Teladan Ulama dalam Mengisi Waktu Luang


“Ada dua nikmat yang kebanyakan orang tertipu padanya: Kesehatan dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhari)

"Dan jika jiwa tidak disibukkan dengan kebenaran, maka ia akan disibukkan dengan hal-hal yang batil.” (Imam Asy-Syafi'i)

Menurut penelitian para ahli, pengangguran menjadi penyebab utama terjadinya tindak kriminalitas di masyarakat. Pengangguran membuat orang lupa akan tujuan hidupnya yaitu mengabdi kepada Allah. Sebagaimana kata Imam Syafi'i di atas, "Jika jiwa tidak disibukkan dengan kebenaran, maka ia akan disibukkan dengan hal-hal batil." 

Seorang muslim yang sadar akan tujuan hidupnya tidak mungkin menganggur. Karena banyak hal bisa ia kerjakan, baik berkaitan urusan duniawi maupun ukhrawi. Islam sangat menekankan bila sudah selesai satu pekerjaan, berlanjut pada pekerjaan berikutnya. Bila pekerjaan duniawi sudah selesai, bisa berlanjut pada pekerjaan duniawi lainnya atau berlanjut pada pekerjaan ukhrawi. Begitulah seterusnya selama 24 jam dalam sehari, kita tidak memberikan kesempatan bagi setan untuk memperdaya kita dikarenakan ketiadaan waktu yang kosong. "Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain)." (QS. Asy-Syarh: 7)

Bilapun membutuhkan hiburan untuk mengusir rasa jenuh, maka waktu berhibur bukanlah kekosongan selagi tidak menyimpang dari syariat-Nya. Karena hiburan dibutuhkan untuk mengusir rasa jenuh atau membangkitkan semangat yang semula kendur. Atau contoh yang lain adalah waktu kita beristirahat. Karena, kita membutuhkan istirahat untuk memulihkan tenaga dan pikiran kita. Penyimpangan dari hal ini hanya akan menumbuhkan bibit-bibit kebatilan dalam diri kita.

Dari Abdullah bin Abdil Malik, beliau berkata, “Kami suatu saat berjalan bersama ayah kami di atas tandunya. Lalu dia berkata pada kami, ‘Bertasbihlah sampai di pohon itu.’ Lalu kami pun bertasbih sampai di pohon yang dia tunjuk. Kemudian nampak lagi pohon lain, lalu dia berkata pada kami, ‘Bertakbirlah sampai di pohon itu.’ Lalu kami pun bertakbir. Inilah yang biasa diajarkan oleh ayah kami.”

Sebagian di antara ulama salaf mewasiatkan kepada teman-temannya, “Apabila kalian pulang dari tempatku ini, maka berpencarlah (jangan berjalan bersama-sama). Karena kalian bisa memanfaatkannya untuk membaca Alquran (dengan hafalan kalian). apabila jalan bersama-sama, pasti kalian akan ngobrol.”

Abdul Halim bin Taimiyah berkata, “Adalah kakek (yaitu Majdudin bin Taimiyah) apabila ia masuk WC, dia berkata kepadaku, 'Bacalah buku ini untukku, keraskanlah suaramu sehingga aku mendengarkannya'." 

Maka Ibnu Rajab mengomentari, “Hal ini menunjukkan akan kuatnya antusias beliau terhadap ilmu, sekaligus semangatnya untuk menggapainya, dan juga penjagaan beliau terhadap waktunya.” (Dzailuth Thabaqatil Hanabilah, Ibnu Rajab, 2/24)

Dawud At-Tha’i rahimahullah memakan alfatit (roti yang dibasahi dengan air). Dia tidak memakan roti kering (tanpa dibasahi). Pembantunya bertanya, “Apakah anda tidak berhasrat makan roti kering?” Dawud menjawab, “Saya mendapatkan waktu yang cukup untuk membaca 50 ayat antara memakan roti kering dan basah.” (Sifatus Shafwah, 3/92)

Ibnu Aqil berkata, “Aku menyingkat semaksimal mungkin waktu-waktu makan, sehingga aku lebih memilih memakan kue kering yang dicelup ke dalam air (dimakan sambil dibasahi) daripada memakan roti kering, karena selisih waktu mengunyahnya (waktu dalam mencelup kue dengan air lebih pendek daripada waktu memakan roti keringi) bisa aku gunakan untuk membaca dan menulis suatu faedah yang sebelumnya tidak aku ketahui.” (Dia melakukan hal itu supaya bisa memanfaatkan waktu lebih). (Dzailut Thabaqatil Hanabilah, Ibnu Rajab,1/177) Imam Adz-Dzahabi menyebutkan bahwa Imam Ibnu Aqil telah menulis satu judul kitab dengan tebal 800 jilid. Sebuah maha karya yang belum ada bandingannya dari segi jumlah. 

Demikianlah orang-orang bijak mengisi kekosongannya dengan berbagai hal yang bermanfaat. Usia mereka yang singkat menghasilkan berbagai macam kebaikan baik dari segi ibadah mahdhah maupun ghair mahdhah. Baik dari segi duniawi maupun ukhrawi. Di sisi manapun kita mengejar mereka tampaknya akan kesulitan kalau kita tidak menjalankan apa yang telah mereka jalankan. Semoga kita menjadi bagian orang-orang yang menjaga waktunya. Aamiin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peran Hadratusy Syaikh Hasyim Asy'ari dalam Perjuangan Bangsa

Manfaat Mempelajari Tafsir Alquran

Akibat Berbuat Zalim

Tiga Sebab Keruntuhan Peradaban Islam di Andalusia

Mengapa Banyak Orang Barat Menjadi Ateis?