Sejarah Antara Penulis Sekuler dan Muslim
Bila sejarah modern banyak ditulis oleh orang-orang sekuler, sejarah dimasa kejayaan Islam justru ditulis oleh para ulama. Sebut saja misalnya kitab Tarikh yang ditulis Imam Ath-Thabari, Imam Ibnu Atsir, Imam Ibnu Katsir, Imam As-Suyuthi, mereka selain ahli sejarah juga pakar dibidang ilmu agama. Seolah sejarah telah masuk dalam ilmu agama itu sendiri. Dampak penulisan sejarah akan jauh berbeda antara penulis sejarah dari kaum sekuler dengan penulis sejarah dari para ulama. Yang pertama berupaya melepaskan ruh dan nilai-nilai agama yang terkandung di dalamnya sehingga seolah sejarah adalah milik mereka. Sedangkan yang kedua menuliskan sejarah apa adanya sambil memetik ibrah (pelajaran) yang terkandung di dalamnya.
Bagi mereka yang pernah membaca buku "Menemukan Sejarah" atau buku "Api Sejarah" karya Prof. Ahmad Mansur Suryanegara, akan menemukan fakta-fakta mengejutkan yang tidak kita peroleh dari buku-buku sejarah yang kita baca waktu kita duduk dibangku sekolah dulu.
Di dalam buku sejarah Indonesia pada umumnya tidak kita temukan betapa dekatnya RA. Kartini pada Islam dan kepedulian beliau terhadap ilmu Islam. Tidak kita temukan bahwa sesungguhnya Sisingamangaraja dan Patimura adalah dua orang muslim yang taat. Tidak kita temukan sejarah luar biasa penaklukan batavia oleh Fatahillah yang menamai daerah penaklukannya dengan nama "Fathan Mubina" atau "Kemenangan yang nyata" yang kemudian menjadi "Jayakarta" atau "Jakarta" yang mempunyai arti yang sama. Kalimat "Fathan Mubina" diambil dari QS. Al-Fath: 1. Saya ingat, waktu SD saya mendapati komik penaklukan Jakarta ini. Para pejuangnya ditampilkan bertelanjang dada dengan rambut digulung dan celana pendek diatas lutut seperti orang-orang hindu majapahit. Padahal para penakluk itu adalah para mujahid dan para ulama dengan jubahnya yang khas. Mereka tidak mungkin membuka auratnya apalagi ketika berada di medan jihad.
Prof. Ahmad Mansur adalah seorang sejarawan muslim yang sangat kental dengan semangat keislaman. Bandingkan dengan sejarawan sekuler yang menulis sejarah Indonesia pada umumnya, fakta-fakta seperti di atas tidak kita temukan. Tentu saja hal ini mempunyai dampak yang besar bagi umat Islam Indonesia, yaitu menjauhkan umat Islam dari agamanya yang haq dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Umat Islam Indonesia tidak mengenal sejarahnya yang membanggakan, yang ditoreh oleh para ulama, syuhada, dan pahlawan Islam. Umat Islam Indonesia hanya mengenal nama-nama para pahlawan tanpa tahu landasan dan niat para pahlawan itu dalam berjuang.
Demikianlah sejarah di tangan penulis sekuler dan muslim memiliki nilai yang berbeda. Masing-masing memiliki worldview (pandangan hidup). Di dalam worldview inilah terdapat keyakinan dasar atau metaphysical belief yang pada gilirannya akan mempengaruhi epistemological belief dan juga proses mencari dan memperoleh ilmu pengetahuan.
Bagi mereka yang pernah membaca buku "Menemukan Sejarah" atau buku "Api Sejarah" karya Prof. Ahmad Mansur Suryanegara, akan menemukan fakta-fakta mengejutkan yang tidak kita peroleh dari buku-buku sejarah yang kita baca waktu kita duduk dibangku sekolah dulu.
Di dalam buku sejarah Indonesia pada umumnya tidak kita temukan betapa dekatnya RA. Kartini pada Islam dan kepedulian beliau terhadap ilmu Islam. Tidak kita temukan bahwa sesungguhnya Sisingamangaraja dan Patimura adalah dua orang muslim yang taat. Tidak kita temukan sejarah luar biasa penaklukan batavia oleh Fatahillah yang menamai daerah penaklukannya dengan nama "Fathan Mubina" atau "Kemenangan yang nyata" yang kemudian menjadi "Jayakarta" atau "Jakarta" yang mempunyai arti yang sama. Kalimat "Fathan Mubina" diambil dari QS. Al-Fath: 1. Saya ingat, waktu SD saya mendapati komik penaklukan Jakarta ini. Para pejuangnya ditampilkan bertelanjang dada dengan rambut digulung dan celana pendek diatas lutut seperti orang-orang hindu majapahit. Padahal para penakluk itu adalah para mujahid dan para ulama dengan jubahnya yang khas. Mereka tidak mungkin membuka auratnya apalagi ketika berada di medan jihad.
Prof. Ahmad Mansur adalah seorang sejarawan muslim yang sangat kental dengan semangat keislaman. Bandingkan dengan sejarawan sekuler yang menulis sejarah Indonesia pada umumnya, fakta-fakta seperti di atas tidak kita temukan. Tentu saja hal ini mempunyai dampak yang besar bagi umat Islam Indonesia, yaitu menjauhkan umat Islam dari agamanya yang haq dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Umat Islam Indonesia tidak mengenal sejarahnya yang membanggakan, yang ditoreh oleh para ulama, syuhada, dan pahlawan Islam. Umat Islam Indonesia hanya mengenal nama-nama para pahlawan tanpa tahu landasan dan niat para pahlawan itu dalam berjuang.
Demikianlah sejarah di tangan penulis sekuler dan muslim memiliki nilai yang berbeda. Masing-masing memiliki worldview (pandangan hidup). Di dalam worldview inilah terdapat keyakinan dasar atau metaphysical belief yang pada gilirannya akan mempengaruhi epistemological belief dan juga proses mencari dan memperoleh ilmu pengetahuan.
Komentar
Posting Komentar