Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2022

Mereka Mengenal Muhammad Seperti Mereka Mengenal Anak-Anaknya Sendiri (6)

Gambar
  “(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung.”  (QS. Al-A’raf: 157) Imam Ibnu Katsir mengatakan, demikianlah sifat dan ciri khas Nabi Muhammad Saw. yang tertera di dalam kitab-kitab para nabi terdahulu. Para Nabi terdahulu menyampaikan berita gembira kepada umatnya masing-masing akan kedatangan Nabi Muhammad Saw. dan memerintahkan kepada umatnya untuk mengikutinya (apabila mereka hidup di masanya). Dan sifat-sifat Nabi Muhammad Saw. masih t

Mereka Mengenal Muhammad Seperti Mereka Mengenal Anak-Anaknya Sendiri (5)

Gambar
Gereja Buhaira di Bushra Suriah sebagaimana dimuat di laman wikipedia Tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad telah terlihat sejak beliau belum menjadi seorang Nabi dan Rasul. Saat Muhammad masih berumur 12 tahun, beliau mengikuti ekspedisi dagang pamannya, Abu Thalib, hingga ke negeri Syam.  Saat tiba Bushra yaitu daerah antara Syam dan Hijaz, seorang pendeta nasrani bernama Buhaira menemui Abu Thalib. Pendeta itu melihat keajaiban pada rombongan kafilah dagang Abu Thalib. Perhatiannya tertuju pada sosok pemuda yang tak lain adalah Muhammad. Setiap kali Muhammad melangkah, maka sekumpulan awan senantiasa menaunginya. Sang pendeta pun segera menghampiri Muhammad. Buhaira memeriksa sekujur tubuh Muhammad untuk melihat tanda-tanda kenabian yang diterangkan dalam kitab-kitab suci terdahulu.  Ia akhirnya menemukan tanda kenabian itu di punggung Muhammad, di antara kedua pundaknya, lalu ia mencium tanda itu. Menyaksikan tanda-tanda kenabian itu, sang pendeta pun berpesan kepada Abu Thalib a

Mereka Mengenal Muhammad Seperti Mereka Mengenal Anak-Anaknya Sendiri (4)

Gambar
  Ada sebuah pertanyaan yang sangat menarik untuk kita renungkan, pada zaman Rasulullah, mengapa orang Madinah lebih antusias berislam ketimbang orang Makkah? Sehingga Rasulullah Saw. berhijrah ke Madinah. Padahal Makkah adalah tanah kelahiran beliau dan banyak saudara beliau tinggal di sana. Tapi hal itu tidak menyurutkan kebencian orang kafir Makkah terhadap diri Rasulullah Saw. Jawabannya dapat saya jelaskan sebagai berikut: Masyarakat Madinah adalah masyarakat yang heterogen. Di dalamnya tidak hanya terdapat orang musyrik seperti yang terlihat di Makkah, tetapi juga terdapat orang Yahudi. Mereka hidup bersama sudah sejak lama sehingga mereka saling berinteraksi satu sama lainnya. Karena interaksi yang dekat inilah, penduduk Madinah banyak mendengar dari mulut orang-orang Yahudi tentang akan datangnya Nabi akhir zaman dengan tanda-tanda sebagaimana telah dijelaskan di dalam Taurat.  Kemudian penduduk Madinah mendengar kabar tentang orang yang mengaku Nabi, yaitu Muhammad Saw. Mereka

Mereka Mengenal Muhammad Seperti Mereka Mengenal Anak-Anaknya Sendiri (3)

Gambar
Setelah Rasulullah mendapat wahyu pertama kalinya, yaitu surat Al-Alaq ayat 1 sampai 5, beliau menggigil hebat. Lalu Khadijah menyelimuti beliau hingga tidak menggigil lagi layaknya terkena demam. “Apa yang terjadi pada diriku?” Beliau bertanya kepada Khadijah. Maka dia memberitahukan apa yang baru saja terjadi. Beliau bersabda, “Aku khawatir terhadap keadaan diriku sendiri.” Khadijah berkata, “Tidak. Demi Allah, Allah akan menghinakanmu selamanya, karena engkau suka menyambung tali persaudaraan, ikut membawakan beban orang lain, member makan orang yang miskin, menjamu tamu dan menolong orang yang menegakkan kebenaran.” Selanjutnya Khadijah membawa beliau pergi menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza, anak paman Khadijah. Waraqah adalah seorang Nasrani semasa jahiliyah. Dia menulis buku dalam bahasa Ibrani dan juga menulis Injil dalam bahasa Ibrani seperti yang dikehendaki Allah. Dia sudah tua dan buta. Khadijah berkata kepada Waraqah, “Wahai anak pamanku, dengarkanlah kisah

Mereka Mengenal Muhammad Seperti Mereka Mengenal Anak-Anaknya Sendiri (2)

Gambar
Di dalam sejarah kehidupan Rasulullah dan para sahabatnya kita mengenal seorang sahabat bernama Abdullah bin Salam. Beliau adalah kepala pendeta dan pemuka kaum Yahudi Madinah. Sehari-hari beliau mempelajari Taurat dan mengajarkannya kepada orang Yahudi lainnya. Di dalam Kitab Taurat beliau temukan ayat-ayat tentang akan diutusnya Nabi akhir zaman. Semua tanda-tanda itu beliau kumpulkan dan renungkan. Lalu beliau bandingkan dengan apa yang dikatakan orang-orang bahwa ada orang Makkah yang mengaku dirinya sebagai Nabi. Namanya Muhammad. Tak pelak lagi, berita ini menyita perhatiannya. Lalu beliau cocokkan omongan orang tentang Muhammad dengan apa yang tertuang di dalam Taurat. Klop! Sosok Muhammad sama persis seperti apa yang digambarkan oleh Taurat. Jadilah Abdullah bin Salam menjadi sosok yang sangat merindukan kehadiran Rasulullah Muhammad Saw. Ketika Nabi Muhammad Saw. tiba di Madinah, hati Abdullah bin Salam berbahagia. Dia berteriak, "Allahu Akbar! Allahu Akbar!" Kontan

Mereka Mengenal Muhammad Seperti Mereka Mengenal Anak-Anaknya Sendiri (1)

Gambar
“Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.”  (QS. Al-Baqarah: 146) Dalam Kitab Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, Allah Swt. memberitahukan bahwa ulama Ahli Kitab mengenal kebenaran dari apa yang disampaikan oleh Rasulullah Saw. kepada mereka, sebagaimana seseorang dari mereka mengenal anaknya sendiri. Orang-orang Arab biasa membuat perumpamaan seperti ini untuk menunjukkan pengertian pengenalan yang sempurna. Seperti yang disebutkan di dalam sebuah hadits, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada seorang lelaki yang bersama anaknya: “Apakah ini anakmu?” Si lelaki menjawab, “Benar, wahai Rasulullah, aku bersaksi bahwa dia adalah anakku.” Rasulullah Saw. bersabda, “Ingatlah, sesungguhnya dia tidak samar kepadamu dan kamu tidak samar kepadanya.” Imam Al-Qurthubi mengatakan, telah diriwayat