Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2015

Poligami Jangan Dilihat Enaknya Saja

Gambar
Saya mendengar ada beberapa petinggi partai yang poligami. Ada yang gagal, tapi ada juga yang berhasil membina rumah tangga. Maksudnya, mungkin dia menjadi lebih baik daripada sebelum berpoligami; lebih dekat kepada Allah. Lebih takwa. Bagaimana dengan yang tidak berhasil alias perilakunya semakin jauh dari Allah seperti korupsi atau berakhlak buruk lainnya? Sepertinya mereka tidak mampu mengatur rumah tangganya dengan baik. Persoalan ekonomi bisa saja yang melatarbelakangin ya. Menambah istri bisa dikatakan menambah pengeluaran. Dengan kata lain pendapatan juga harus bertambah. Tadinya 2 juta untuk satu istri, kini harus 4 juta, 6 juta, 8 juta bila istrinya terus bertambah. Uang dari mana? Poligami jangan mau enaknya saja tapi tanggung jawabnya kurang. Tanggung jawab disini bisa dibagi dua; tanggung jawab memberikan nafkah yang berkaitan dengan materi (duniawi), anak-istri tidak terlantar sandang-papan-pangannya. Dan yang kedua, tanggung jawab menjaga nafkah tersebut agar t

Ulama Su' di Mesir

Gambar
Saya terkejut dan heran dengan pernyataan Syaikh Mukhtar Jumah, menteri agama-nya rezim kudeta, bahwa boleh mendoakan keburukan untuk mursi dan tidak boleh mendoakan keburukan untuk as sisi. Karena mursi adalah presiden yang sah, sedangkan As Sisi adalah presiden yang sah. Fakta seperti apakah dia bisa berkata seperti itu? Secara fakta bagi orang yang berakal sehat bahwa pernyataan seperti itu ibarat orang yang terbalik akalnya alias gila. Mursi adalah presiden yang dipilih  oleh rakyat. Sedangkan As Sisi adalah presiden yang diraih dengan kekerasan dan kezaliman. Mursi adalah orang saleh. Sedangkan As Sisi adalah orang zalim. Lalu saya mengingat sejarah tentang ulama-ulama   su'  (buruk) diseputar penguasa. Ternyata jumlah mereka tidak sedikit. Merekalah yang turut andil melegitimasi penyiksaan penguasa atas ulama-ulama saleh seperti terhadap Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Ibnu Taimiyah, Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyah, dan Imam Hasan Al Banna. Bagaimana bisa legitimasi itu