Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2014

Kedustaan di Media Sosial

Gambar
Di dunia maya ini orang bisa bicara sebebas-bebasnya. Dengan membuat banyak akun tidak jelas, foto profil diambil dari orang lain, dst. Lalu mulailah mereka memprovokasi dengan tulisan atau perkataan yang membangkitkan kemarahan. Sebagian orang tampaknya terprovokasi dengan kata-katanya itu. Sebagian lagi merasa diuntungkan dengan kata-kata itu dan menjadikannya sebagai amunisi untuk menyerang dan memfitnah. Tampaknya akan susah bagi kita menangkal fenomena ini. Dibunuh satu bisa t umbuh seribu. Kita bisa saja membuat petisi. Tapi yang paling utama bagi diri kita adalah menyibukkan diri dengan amal perbaikan dan dakwah. Mulailah dari diri kita sendiri untuk tidak mengatakan kedustaan atau ketidakbenaran. Karena hal itulah yang akan menentukan keimanan kita kepada Allah Swt. "Barangsiapa yang beriman pada kehidupan akhirat, maka hendaklah dia berbicara yang baik atau diam."  (HR. Muttafaq alaih). Ya, keimananlah yang menjaga lisan dan perilaku kita dari ketidakbenaran. Ke

Rakyat Rusak karena Ulama dan Penguasanya Menyimpang

Gambar
"Sesungguhnya rusaknya rakyat terjadi karena rusaknya penguasa; dan rusaknya penguasa terjadi karena rusaknya ulama." (Imam Al Ghazali) Mengomentari pernyataan Imam Al Ghazali di atas, Dr. Adian Husaini berkata, "Maka, renungkan: Jika penguasa saat ini rusak, jangan-jangan, memang bermula dari kerusakan yang terjadi di dunia pendidikan, diawali oleh kerusakan ulama dan cendekiawan!" Saat ini institusi pendidikan Islam mulai dari madrasah, pesantren, hingga perguruan tinggi sudah mulai banyak disusupi oleh pemikiran Islam liberal oleh kalangan penganutnya. Akibatnya, banyak dari kyai, santri, dan mahasiswa teracuni oleh pemikiran itu.  Ketika kalangan ulama sudah rusak pemikirannya maka bisikan yang masuk ke telinga penguasa juga ikut menyimpang. Akibatnya lahirlah penguasa yang menyimpang; jauh dari Allah dan Rasul-Nya. Karena penguasa punya kekuasaan, lantas ia gunakan kekuasaannya tersebut untuk merusak rakyatnya. Karena sudah rusak, mereka akhirnya

Efek Negatif Menonton TV Terlalu Lama

Gambar
Seorang psikolog dari Amerika Serikat bernama DR. David Niven berkata, "Ketika Anda di supermarket, apakah Anda membeli sesuatu dari setiap rak? Tentu saja tidak. Anda ke rak yang Anda inginkan dan melewati rak-rak yang tidak Anda butuhkan. Tetapi ketika menonton televisi, sepertinya kita akan membeli sesuatu dari setiap rak." DR. David Niven melanjutkan, Para psikolog menemukan beberapa orang yang banyak sekali menonton televisi sebenarnya menghalangi kemampuan mereka untuk mempedulikan suatu percakapan. Di dalam psikologi ada satu kalimat yaitu: “Televisi merampok waktu kita dan tak pernah mengembalikannya.” Hasil penelitian dari Wu pada tahun 1998 menyebutkan, Menonton televisi terlalu banyak dapat melipatgandakan keinginan kita untuk memiliki barang-barang dan dapat menurunkan kebahagiaan seseorang kira-kira 5% untuk setiap jam sehari disaat kita menonton.  Jika kita melihat survey yang dilakukan oleh sebuah lembaga di Amerika, rata-rata karyawan menonton t