Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2016

Bukan Ulama Biasa

Gambar
Lucu juga membaca satu kisah dalam buku " Bukan Ulama Biasa " yang ditulis Prof. DR. Muhammad Rajab Al Bayyumi. Disebutkan, ada seorang sultan dari Daulah Mamalik bernama Al Ghauri. Dia dikenal karena kezalimannya kepada ulama. Pada suatu ketika Al Ghauri membangun sebuah masjid yang megah dan mewah. Dana pembangunannya besar tidak sepadan dengan kondisi rakyatnya yang kekurangan. Seorang ulama fikih yang dahulu pernah ditindas Al Ghauri ditanya tentang masjid itu. Dia menjawa b, "Sungguh, ini adalah masjid haram." Mendengar hal itu segolongan besar manusia menjadi riuh oleh tepuk tangan. Berita ini sampai ke telinga Al Ghauri, amarahnya meledak, lalu dia memerintahkan untuk memanggil ulama fikih tadi supaya memperoleh hukuman atas ucapannya. Tetapi sang ulama pandai berdiplomasi, dengan tenang dia menjawab, "Maksudku masjid itu serupa dengan masjid al haram di kota Makkah. Jadi manusia harus menghormatinya dengan penuh keagungan dan kemuliaan."

Selagi Halal, Jangan Gengsi Mencari Nafkah

Gambar
Sedikit saya ceritakan tentang masa lalu saya. Pada awal umur 20 an saya sudah mulai mencari nafkah sendiri. Saya berjualan apa saja, yang penting halal. Mulai dari menjual bulpen, buku, makanan, hingga cairan penguras septictank. Setiap jumat saya berjualan di emperan masjid PUSDAI hingga pada akhirnya saya diberi lapak tersendiri oleh pihak masjid. Fasilitas itu membuat dagangan saya lebih laku daripada sebelumnya. Setiap minggu pagi saya berjualan di Telkom gegerkalong hi lir, di pengajiannya ustadz Aam Amiruddin. Minggu siangnya berdagang di depan masjid Daarut Tauhid saat pengajian Aa Gym. Saya juga memasukkan barang dagangan ke toko-toko. Ada yang cash dan ada yang konsinyasi. Saya merasakan bahwa berdagang pada saat itu jauh lebih menguntungkan dibandingkan sekarang. Daya beli masyarakat pada saat itu lebih tinggi daripada sekarang. Pengalaman-pengalaman itu telah mewarnai hidup saya. Sebagai pelajaran yang berharga. Setidaknya saya pernah merasakan bagaimana berjuang da

Manfaat dari Menulis Pemikiran Kita Sendiri

Gambar
Saya berpikir, alangkah pentingnya menulis pemikiran kita dalam sebuah tulisan ataupun buku. Agar orang tahu apa sejatinya kita. Agar orang bisa langsung membaca dan mengomentari pemikiran kita dan mengungkap tentang benar atau tidaknya diri kita. Bukan sebatas kata fulan dan fulan tentang kita, yang bisa saja salah memahami sejatinya kita. Saya mengambil satu contoh saja. Yaitu sosok Imam Abu Hasan Asy Syadzili. Beliau adalah pendiri tarekat Syadziliah. Sekilas dari sejarah  yang saya baca tentang diri beliau, beliau adalah sufi yang hanif atau dalam bahasa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, shufiyyah al haqaiq. Selain dikenal sebagai seorang sufi, beliau juga dikenal sebagai ahli hadits dan fuqaha terutama mazhab Maliki. Keahlian ini membuatnya memiliki pengendalian diri terhadap segala bentuk aktivitas kesufiannya. Baginya, mengikuti sunnah Rasulullah merupakan sebuah syarat untuk sukses melangkah di jalan kesufian. Pemikiran ini sepertinya tidak jauh berbeda dengan pemikiran k

Beginilah Ketidakadilan PBB

Gambar
Saya terkesan dengan pernyataan Presiden Filipina yang mengancam akan keluar dari PBB karena ikut campur dengan kebijakan yang diambil pemerintah Filipina saat ini yang menghukum mati pengedar Narkoba. Setidaknya ini adalah contoh mereka yang berani menyuarakan ketidakadilan PBB. Bagaimana tidak? PBB begitu cepat bertindak dengan kebijakan yang baru dimulai dan kebijakan tersebut pun bisa dikatakan positif. Sementara ratusan ribu hingga jutaan orang terbunuh akibat kebiadaban  Amerika dan Zionis mereka biarkan! Hingga saat ini PBB sangat bisa dikatakan mandul dalam menghasilkan tindakan yang efektif untuk menciptakan perdamaian dunia. Hal ini terjadi karena dua hal: Pertama, PBB berada di Amerika Serikat yang notabene sebagai polisi dunia. Kedua, adanya hak veto dan hanya dimiliki oleh 5 negara maju saja. Negara yang punya Hak Veto ini dapat membatalkan seluruh keputusan PBB meskipun Mayoritas negara telah menyetujuinya! Sebagai contoh Amerika Serikat memveto Palestina meskipun

Konstribusi Ulama Bagi Peradaban Dunia

Gambar
Membaca buku ulama-ulama di era keemasan Islam seperti melihat para ekonom, pengamat politik, filsuf, sejarawan, dan psikolog sedang berbicara. Maksud saya, mereka adalah ulama yang peka di zamannya. Mereka tidak sebatas menghabiskan waktu dengan buku-buku tempo dulu. Tapi juga membuka cakrawala berpikir dan realita masa kini. Mereka mempelajari dan menulis apa yang sedang berkembang di zamannya dengan sangat detail. Kehadiran mereka benar-benar memberikan solusi untuk umat di zamannya. Semangat seperti ini seharusnya ada dalam diri kita agar umat Islam lebih banyak mengambil perannya untuk bangsa bahkan dunia.

Kesabaran dan Pengorbanan yang Luar Biasa dari Penduduk Daraya Suriah

Gambar
Daraya akhirnya jatuh ke tangan Asad setelah bertahun-tahun lamanya dikepung dan dibombardir oleh tentara Asad. Saya melihat secara geografis di peta, penduduk daraya terputus dari dunia luar karena pengepungan ini. Saya melihat foto-foto kehancuran bangunannya jauh lebih dahsyat daripada kehancuran Gaza oleh tentara Israel. Karena Israel mungkin masih punya rasa takut terhadap kecaman dunia internasional apabila secara membabibuta mereka mengebom seperti yang Asad, Rusia, dan Iran lakukan. Hasbunallah wani'mal wakil!

Menjaga Adab Terhadap Ulama

Gambar
Bagi saya, Ibnu Taimiyah itu adalah seorang pemikir besar seperti halnya Al Ghazali, Ibnu Hazm, Al Qurthubi, dsb. Pendapatnya bisa diterima dan juga bisa ditinggalkan sebagaimana juga pendapat ulama lainnya. Oleh karena itu, mereka yang menghina ulama seperti Ibnu Taimiyah atau Al Ghazali atau yang lain, sungguh mereka adalah orang-orang yang kurang adab. Dan, ilmu mereka menjadi rusak karena kurang adab terhadap ulama.

Resensi Singkat Buku Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah

Gambar
Saya mendapatkan buku ini ketika saya duduk dikelas 1 SMA. Yaitu sekitar tahun 1995/1996. Ketika baru pertama kali mendapatkannya, saya sangat antusias membacanya hingga berhasil mengkhatamkannya tidak hanya sekali. Saya terbantu dengan terjemahannya yang bagus sehingga membuat saya yang awam ini mudah memahaminya. Alhamdulillah ketika orang lain saat ini bingung tentang siapa itu Ibnu Taimiyah, saya sudah mendapat gambaran yang jelas tentang diri beliau sejak lama melalui buku ini. Mengapa buku ini? Pertama, buku ini ditulis oleh Syaikh Abul Hasan Ali Al Hasani An Nadawi, ulama besar asal India. Nasab beliau sampai kepada Hasan bin Ali bin Abi Talib r.a. Beliau terkenal lewat bukunya "Maza khasiral alam bi inhitatil Muslimiin" (Apakah Kerugian Dunia Akibat Kemunduran Umat Islam) yang telah dipuji banyak ulama sebagai karya yang patut dibaca dan juga telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa. Karya tersebut telah mengantarkan beliau untuk mendapatkan The King Faishal

Ikatlah Ilmu dengan Menuliskannya

Gambar
Sudah 20 kali Imam Bukhari terbangun dari tidur malamnya. Beliau mencatat ilmu yang terlintas di dalam pikirannya. Ilmu seringkali tidak datang dalam satu waktu. Tapi mungkin berjarak.Maka, beliaupun berusaha mengikatnya lewat tulisan. Alangkah meruginya orang diberi Allah ilmu dan hikmah, tapi tidak mengikatnya lewat tulisan. Karena hikmah itu barang yang mahal harganya; diberikan Allah kepada orang tertentu saja. "Allah menganugerahkan al hikmah kepada siapa yang dikehend akiNya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran." (QS. Al Baqarah:269) Saya tidak heran bila begini adanya tingkah laku ulama memperlakukan ilmu. Lihatlah kitab-kitab yang mereka tulis. Lihatlah kitab-kitab yang ditulis Imam Bukhari, jangan dikira hanya Al Jami Ash Shahih dan Adabul Mufrad saja. Tapi masih banyak kitab lainnya. Lihatlah Tafsir Ath Thabari berapa banyak halamannya

Dimana Engkau Saat Islam Dihina?

Gambar
Seorang Yahudi bernama Ibnu an-Naghrilah menghina dan “menginjak-injak” al-Quran, namun tidak ada yang menegurnya apalagi menghukumnya. Bahkan pemimpin di negerinya, Badis bin Habus, justru membela si Yahudi itu. Dengan kemarahan yang menyala-nyala, Imam Ibnu Hazm kemudian menulis buku berjudul ar-Rad’ ala Ibni an-Naghrilah al-Yahudi (Bantahan terhadap Ibnu an-Naghrilah si Yahudi). Namun anehnya seruannya itu malah dianggap penghinaan. Beliau kemudian diusir da ri negerinya, diasingkan, dan kekayaannya di sita negara. Keadaannya yang cukup menyedihkannya ini membuatnya menulis, “…dan tuan tahu bahwa pikiranku goncang, perasaanku hancur karena jauh dari negeri sendiri, sunyi dari tanah kelahiran, berubahnya waktu, hukuman sultan, berubahnya para sahabat, buruknya kondisi, hilangnya masa senang, keluar dari semua harta kekayaan dari yang kecil sampai yang besar, terputus dari hasil usaha bapak dan nenek para leluhur, merasa asing dalam negeri, hilang harta dan kehormatan, pikiran me