Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2014

Perjuangan Melawan Hawa Nafsu

Gambar
Sesungguhnya perjuangan melawan hawa nafsu akan terus terjadi hingga kita mati. Karena bagi orang beriman, dunia ini ibarat penjara yang memagari hawa nafsu. Sedangkan bagi orang kafir, dunia ibarat surga; mereka bebas melakukan apa saja yang mereka mau. Bila saja kita berhenti berjuang, niscaya berhenti pula semua karunia yang kita rasakan. Bahkan semenit saja kita lepas dari mengingat Allah, maka menit-menit selanjutnya hidup terasa kurang bermakna. Apakah kita termasuk di antara orang yang paginya mukmin, sorenya menjadi ahli maksiat? Atau sorenya mukmin, paginya menjadi ahli maksiat? Semoga Allah menjauhi kita dari hal semacam itu. Gara-gara tidak dapat menjaga pandangan, timbullah asmara dihati. Lalu muncullah keinginan untuk melakukan perbuatan tercela. Padahal sebelumnya dia adalah ahli ibadah. Namun hanya gara-gara tidak dapat menjaga pandangan, menodai hatinya yang bersih. Tak begitu lama, rasa malas beribadah menghiasi diri dan begitu ringan ia melakukan kemaksia

Tujuh Amalan Pelancar Rezeki

Gambar
Setiap orang pasti mendambakan rezeki yang halal, baik, berkah, dan melimpah. Tentu, dengan rezeki tersebut seseorang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dan untuk mendapatkannya, selain dengan bekerja keras secara ikhlas, tuntas dan cerdas, seseorang harus mengetahui amalan-amalan apa saja yang dapat memperlancar turunnya rezeki.   Pertama , bertaubat dan memperbanyak istighfar. Allah Swt. berfirman, “Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-,niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh:10 – 12). Dengan dalil ini, Imam Hasan Al-Bashri selalu menganjurkan kepada orang yang datang kepadanya karen masalah kekeringan, kemiskinan, kemandulan, paceklik dan lain sebagainya untuk selalu membaca istighfar. Rasulullah Saw. juga bersabda, “Barangsiapa yang

Menuntut Ilmu Agama Harus Diikuti Ketakwaan

Gambar
Menuntut ilmu agama haruslah diiringi dengan ketakwaan. Karena jika telah memperoleh banyak ilmu, biasanya timbul dalam hati perasaan ujub. Sedangkan ketakwaan membawa hati tetap tawadhu. Bahwa di atasnya masih ada orang yang lebih tinggi ilmunya. Dan semua ilmu pada akhirnya adalah milik Allah Azza wa Jalla. Al Hasan Al Bashri berkata, “Tahukah kalian apa itu  tawadhu’ ?  Tawadhu’  adalah engkau keluar dari kediamanmu lantas engkau bertemu seorang muslim. Kemudian engkau merasa bahwa ia lebih mulia darimu.” Imam Asy Syafi’i berkata, “Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah menampakkan kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah menampakkan kemuliannya.” (Syu’abul Iman, Al Baihaqi, 6: 304)

Nikmatnya Dunia Tak Sebanding dengan Nikmatnya Qona'ah

Gambar
"Pastilah Anda mengetahui betapa sedikitnya kenikmatan duniawi yang diberikan kepada manusia, jika dibandingkan dengan apa yang dirasakan oleh binatang. Makhluk Allah itu tampaknya lebih banyak menerima kenikmatan daripada yang manusia dapatkan. Binatang bahkan memperolehnya dengan tenang, sedangkan Anda mendapatkannya dengan penuh kekhawatiran. Oleh karena itu, jika bagian harta Anda dilipatgandakan seperti yang Anda kehendaki, maka Anda akan bersama kelompok hewan dan binatang itu." (Imam Ibnu Al-Jauzy) Selalu merasa tidak puas dengan apa yang ada adalah ciri orang yang serakah. Orang seperti itu menghabiskan waktu untuk meraih materi duniawi. Sementara urusan akhirat dia lalaikan. Dia mampu menata dunia yang fana, tetapi tidak mampu menata akhirat yang baqa. Bila memberi, pelitnya bukan main. Berpikir seribu kali untung-ruginya. Tetapi bila untuk kesenangan pribadinya, tak segan-segan dia habiskan untuk berbuat maksiat. Setelah itu dia baru menyadari hartanya te

Syaikh Prof. Sayyid Sabiq: Faqih Abad ke-20

Gambar
Fikih Sunnah   adalah karya beliau yang paling terkenal. Karya beliau ini bermula ketika beliau rutin menulis majalah Ikhwanul Muslimin. Beliau mengambil metode yang membuang jauh-jauh fanatisme madzhab tetapi tidak menjelek-jelekkannya. Ia berpegang kepada dalil-dalil dari Kitabullah, as-Sunnah dan Ijma’, mempermudah gaya bahasa tulisannya untuk pembaca, menghindari istilah-istilah yang runyam, tidak memperlebar dalam mengemukakan   ta’lil   (alas an-alasan hukum), lebih cenderung untuk memudahkan dan mempraktiskannya demi kepentingan umat agar mereka cinta agama dan menerimanya. Beliau juga antusias untuk menjelaskan hikmah dari pembebanan syari’at ( taklif ) dengan meneladani Al-Qur’an dalam memberikan alasan hukum. Juz pertama dari kitab beliau yang terkenal “ Fikih Sunnah ” diterbitkan pada tahun 40-an di abad 20. Ia merupakan sebuah risalah dalam ukuran kecil dan hanya memuat fiqih thaharah. Pada mukaddimahnya diberi sambutan oleh Imam Hasan Al-Banna yang memuji manhaj (me