Kedustaan di Media Sosial
Di dunia maya ini orang bisa bicara sebebas-bebasnya. Dengan membuat banyak akun tidak jelas, foto profil diambil dari orang lain, dst. Lalu mulailah mereka memprovokasi dengan tulisan atau perkataan yang membangkitkan kemarahan. Sebagian orang tampaknya terprovokasi dengan kata-katanya itu. Sebagian lagi merasa diuntungkan dengan kata-kata itu dan menjadikannya sebagai amunisi untuk menyerang dan memfitnah.
Tampaknya akan susah bagi kita menangkal fenomena ini. Dibunuh satu bisa tumbuh seribu. Kita bisa saja membuat petisi. Tapi yang paling utama bagi diri kita adalah menyibukkan diri dengan amal perbaikan dan dakwah. Mulailah dari diri kita sendiri untuk tidak mengatakan kedustaan atau ketidakbenaran. Karena hal itulah yang akan menentukan keimanan kita kepada Allah Swt."Barangsiapa yang beriman pada kehidupan akhirat, maka hendaklah dia berbicara yang baik atau diam." (HR. Muttafaq alaih).
Tampaknya akan susah bagi kita menangkal fenomena ini. Dibunuh satu bisa tumbuh seribu. Kita bisa saja membuat petisi. Tapi yang paling utama bagi diri kita adalah menyibukkan diri dengan amal perbaikan dan dakwah. Mulailah dari diri kita sendiri untuk tidak mengatakan kedustaan atau ketidakbenaran. Karena hal itulah yang akan menentukan keimanan kita kepada Allah Swt."Barangsiapa yang beriman pada kehidupan akhirat, maka hendaklah dia berbicara yang baik atau diam." (HR. Muttafaq alaih).
Ya, keimananlah yang menjaga lisan dan perilaku kita dari ketidakbenaran. Keimanan itu bukan tampak hanya ketika orang lain melihat kita. Dimana disaat itu kita tampil penuh kebaikan, namun ketika sepi melakukan banyak kemungkaran. Tapi keimanan itu selalu melekat dimanapun kita berada. Itulah keimanan yang hidup dan menghidupkan. Kata Sayyid Quthb, orang yang beriman itu seperti bunga yang tidak kuasa menahan wanginya yang harum.
Komentar
Posting Komentar