Akibat Berbuat Zalim
Rasulullah Saw. bersabda, “Ada seorang wanita disiksa karena
seekor anak kucing yang dikurungnya. Sehingga kucing tersebut mati karena
kelaparan. Kerena sebab itu ia masuk neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Wanita tersebut tidak memberikan makan dan minum kepada
kucing tersebut saat mengurungnya. Ia juga tidak melepaskannya sehingga kucing
tersebut bisa mencari makan dari serangga bumi.
Dari Abdullah ibnu ‘Umar ra, ia sedang lewat di depan
pemuda-pemuda Quraisy yang melempari seekor burung, dan mereka berikan kepada
pemilik burung itu satu tombak untuk setiap lemparan yang salah. Ketika mereka
melihat Ibnu ‘Umar datang, pemuda-pemuda itu berlarian, beliau berkata, “Siapa
yang lakukan ini? Allah telah laknat pelaku perbuatan ini! Sungguh Rasulullah
saw melaknat orang yang menjadikan sesuatu yang bernyawa sebagai target sasaran (kekerasan).”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Dari Anas bin Malik ra berkata, Rasulullah saw
telah melarang untuk menahan binatang sampai mati (HR. Bukhari dan Muslim).
Jika kepada binatang saja sebegini berat sangsi yang
diterima seorang yang berbuat zalim, lalu bagaimana jika kezaliman semacam itu
ditimpakan kepada manusia?
Di dalam Al Quran terdapat kurang lebih ayat yang khusus
membicarakan dan menjelaskan segala hal yang berkaitan dengan masalah “zalim”
atau “kezaliman”, suatu perkara yang sangat dibenci oleh Allah Swt. Sebagaiman
yang tersurat dalam firman-Nya: “Adapun
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, maka Allah akan memberikan
kepada mereka dengan sempurna pahala amalan-amalan mereka; dan Allah sangat
benci kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Ali Imran: 57)
Kata zalim berasal dari bahasa Arab, dengan huruf “dzo la ma” (ظ ل م )
yang bermaksud gelap. Di dalam Al Quran menggunakan kata zhulm selain itu juga digunakan kata baghy, yang artinya juga sama
dengan zalim yaitu melanggar haq orang lain. Namun demikian pengertian zalim
lebih luas maknanya ketimbang baghyu,
tergantung kalimat yang disandarkannya. Kezaliman itu memiliki berbagai bentuk
di antaranya adalah syirik.
Kalimat zalim bisa juga digunakan untuk melambangkan sifat kejam, bengis,
tidak berperikemanusiaan, suka melihat orang dalam penderitaan dan
kesengsaraan, melakukan kemungkaran, penganiayaan, kemusnahan harta benda,
ketidak adilan dan banyak lagi pengertian yang dapat diambil dari sifat zalim
tersebut, yang mana pada dasarnya sifat ini merupakan sifat yang keji dan hina,
dan sangat bertentangan dengan akhlak dan fitrah manusia, yang seharusnya
menggunakan akal untuk melakukan kebaikan.
Besarnya sangsi orang yang berbuat zalim tergambar dalam
hadits berikut ini: Dari Abu Hurairah Ra., Nabi Saw.bersabda: “Tahukah kamu
siapa yang bangkrut itu?“ Mereka (sahabat) berkata: “Ya Rasulullah, orang yang
bangkrut menurut kami ialah orang yang tidak punya kesenangan dan uang.”
(kemudian) Rasulullah menjawab: “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku
ialah orang yang datang (pada hari kiamat) membawa pahala sholat, zakat, puasa
dan haji. Sedang (ia) pun datang (dengan membawa dosa) karena memaki-maki orang, memukul orang,
dan mengambil harta benda orang (hak–hak orang), maka kebaikan-kebaikan orang
(yang menzalimi) itu diambil untuk diberikan kepada orang-orang yang terzalimi.
Maka tatkala kebaikan orang (yang menzalimi) itu habis, sedang hutang
(kezalimannya) belum terbayarkan, maka diambilkan kajahatan-kejahatan dari
mereka (yang terzalimi) untuk di berikan kepadanya (yang menzalimi), kemudian
ia (yang menzalimi) dilemparkan kedalam neraka.” (HR. Muslim)
Begitu besar dosa orang yang berbuat zalim
sampai-sampai disebut sebagai orang yang bangkrut. Akibat kezalimannya itu,
kebaikan yang ada padanya diberikan kepada orang yang dizaliminya hingga tak
tersisa lagi dosa kezaliman itu pada dirinya. Apabila amal kebaikannya sudah
habis sedangkan dosa kezalimannya masih banyak, maka dosa-dosa orang yang
terzalimi dilimpahkan kepadanya hingga bertambahlah dosa yang ada pada dirinya
dan berkuranglah dosa pada diri orang yang dizaliminya. Akibat semakin
banyaknya dosa si penzalim, Allah kemudian melemparkannya ke dalam neraka. Dan inilah
seburuk-buruknya tempat kembali.
Selain keterangan di atas, hadits ini secara
tersirat memberi kabar gembira bagi orang yang terzalimi. Yaitu, hendaklah
mereka bersabar karena kelak mereka akan mendapat karunia yang besar dari Allah
sebagaimana disebutkan di atas.
Semoga dengan penjelasan tentang akibat berbuat zalim
ini, kita dapat menjauh dari perbuatan tercela tersebut. Aamiin ya Rabbal
alamiin.
Komentar
Posting Komentar