Belajar dari Semangat Menulis Imam Jalaluddin As Suyuthi
Imam Jalaluddin As Suyuthi
adalah salah satu ulama yang produktif dalam menulis. Dikabarkan karya tulisnya
mencapai 600 judul dalam berbagai disiplin ilmu mulai dari hadits, tafsir,
Fiqh, Ushul Fiqh, bahasa Arab dengan berbagai cabang ilmunya, sirah Nabawiyah,
dan Tarikh. Jadi boleh dikatakan beliau adalah salah seorang ulama yang paling
produktif menulis dalam sejarah Islam.
Begitu usianya menginjak 40
tahun, ia segera mengasingkan diri dari keramaian, dan menunjukkan
perhatian dalam bidang karang-mengarang, sehingga hanya dalam waktu 22
tahun saja ia telah membanjiri perpustakaan-perpustakaan Islam dengan
karya-karyanya dalam berbagai bidang. Beliau berdiam diri di dalam kamar khusus
yang di sebut Raudhah Al-Miqyas dan hampir-hampir tidak beranjak dari situ. Ia
terus menerus terlibat dalam hal ini hingga akhir hayatnya sesudah menderita
sakit dan kelumpuhan total pada tangan kirinya selama seminggu.
****
Imam Jalaluddin As Suyuthi
hidup di zaman kekuasaan Islam mulai melemah. Penghancuran kekhalifahan
Abbasiyah beserta asset intelektualnya oleh tentara Mongol sedikit banyak telah
menyumbang pelemahan ini. Sebagai salah seorang ulama yang memiliki ilmu yang
tinggi dan wawasan yang luas, Imam As Suyuthi turut merasakan pelemahan ini.
Beliau kemudian terpanggil untuk menghimpun kembali warisan ilmiah umat Islam
yang banyak tercecer di berbagai belahan dunia Islam. Beliau melihat warisan
ilmiah di masa lampau adalah ibarat harta karun yang sangat bernilai harganya
dan bisa digunakan untuk meraih kemuliaan Islam dan kaum muslimin, sebagaimana
yang telah diraih pendahulu-pendahulunya. Jika warisan itu tidak diperoleh,
berarti umat Islam akan terputus dari sejarah masa lalunya yang sangat istimewa
dan berharga itu.
Di masa mudanya beliau begitu
gigih dalam menuntut ilmu. Guru tempat beliau menuntut ilmu mencapai ratusan
orang dalam berbagai bidang disiplin ilmu. Dari sana beliau banyak memperoleh
ilmu yang bermanfaat. Dan lalu ilmu-ilmu itu beliau himpun dalam buku-buku yang
beliau tulis. Ada dua hal yang paling menonjol yang tampak dari karya-karya
tulis beliau: Pertama, beliau banyak menghimpun kutipan-kutipan atau
pendapat-pendapat dari masa lalu yang kemudian beliau gabung-gabungkan sesuai
dengan tema buku yang beliau tulis sambil sesekali beliau mengomentarinya.
Kedua, beliau banyak meringkas buku-buku yang berjilid-jilid tebalnya hingga
satu-dua jilid saja, sehingga umat islam pada umumnya dan para pelajar pada
khususnya dapat memperoleh gambaran tentang isi buku aslinya.
Jadi, Imam As-Suyuthi ibarat
jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa depan. Beliau berusaha dengan
sekuat tenaga menyelamatkan warisan intelektual umat Islam masa lampau untuk dimanfaatkan
di masanya dan masa yang akan datang. Sehingga kemudian banyak umat Islam
mengetahui ilmu yang sangat bermanfaat, yang semula disangka
"hilang", yaitu dari buku-buku yang beliau tulis.
Hikmah dan pelajaran
Ikatlah ilmu dengan
menuliskannya. Demikianlah Sayidina Ali bin Abi Thalib Ra. berkata. Ilmu akan
hilang bila kita tidak segera menuliskannya. Imam As Suyuthi telah menjadi
contoh bagaimana beliau telah banyak menulis. Dari buku-buku yang beliau tulis
itu, beliau telah memberikan kepada kita warisan ilmiah yang melimpah dan
bermanfaat. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw. bahwa salah satu amal jariyah
adalah ilmu yang bermanfaat, maka menulis adalah amal jariyah karena menulis
adalah bagian dari ilmu yang bermanfaat. Jadi, sungguh beruntung para penulis
itu karena mereka akan mendapatkan pahala yang terus menerus mengalir untuknya
meskipun dirinya sudah meninggal dunia.
Komentar
Posting Komentar