Ikhwanul Muslimin yang Saya Kenal (2)
Mungkin
buku wirid doa dan dzikir yang paling banyak dibaca aktivis dakwah adalah Al Ma'tsurat yang
disusun Imam Hasan Al Banna. Tidak hanya kalangan harokah Ikhwanul Muslimin,
tapi juga harokah-harokah lainnya. Saya pernah membaca ust. Ismail Yusanto,
juru bicara HTI juga mengamalkan wirid Al Ma'tsurat.
Al
Ma'tsurat pada hakikatnya adalah sebuah kitab yang mencakup banyak doa dan
dzikir, tidak hanya wirid pagi dan petang. Di dalam Al Ma'tsurat Imam Hasan Al
Banna membuat lima pembahasan:
Qismul
Awwal (bagian pertama), Al Ustadz Al Banna memberi judul Al Wazhiifah,
yaitu berisi wirid pagi dan sore yang berasal dari Al Quran dan As Sunnah.
Inilah yang umumnya beredar dan manusia mengenal dan menyebutnya dengan Al Ma’tsurat.
Dan, ini pula yang menjadi pembahasan kami dalam buku ini.
Qismuts
Tsaani (bagian kedua), berjudul Al
Wirdul Qur’aniy (wirid Al
Quran), yaitu berisi wirid-wirid berasal dari ayat-ayat pilihan dari Al Quran.
Qismuts
Tsaalits (bagian ketiga), berjudul Ad’iyah
Al Yaum wal Lailah (doa-doa
sehari-hari siang dan malam), seperti doa bangun tidur, doa berpakaian, dan
lainnya.
Qismur
Raabi’, (bagian keempat) berjudul Al
Ad’iyah Al Ma’tsurah fi Haalat Mukhtalifah (doa-doa ma’tsur pada berbagai keadaan).
Bagian
kelima, adalah Wirdul Ikhwan (wirid Al Ikhwan), yaitu wirid-wirid ma’tsur yang
anjurkan untuk dibaca oleh para aktifis Al Ikhwan Al Muslimun. Di dalamnya
terdapat doa rabithah, dia bukan doa ma’tsur melainkan susunan Al Ustadz Hasan
Al Banna sendiri, maka jangan sampai ada yang terkecoh.
Semua
inilah Al Ma’tsurat itu. Cukup banyak dan panjang, dalam kitab aslinya
–khususnya penerbit Maktabah At Taufiqiyah- ada pada hal. 371 – 413, alias
memakan 42 halaman dari kitab Majmu’ah Rasail. Sedangkan Al Ma’tsurat yang saat
ini beredar dipasaran adalah hanya pada qismul awwal (bagian pertama) saja,
yakni terdapat pada hal. 379-388 (hanya sembilan halaman, sudah mencakup
wazhifah sughra dan kubra). Mungkin tujuannya biar lebih praktis dan mudah
dibawa kemana-mana.
Saudara-saudara
saya dari kalangan salafi mengkritik wirid-wirid Al Ma'tsurat karena
mencantumkan hadits-hadits lemah, bilangan-bilangan bacaan, misalnya dibaca 3
kali, dibaca 7 kali, dan doa robithoh yang menurut mereka bid'ah yang berasal
dari tarekat hashafiyah.
Saya
pernah dua kali membaca kitab Al
Adzkar karya Imam Nawawi. Kitab
ini boleh dibilang kitab induk doa dan dzikir karena memuat banyak sekali doa
dari A sampai Z. Saya dapati wirid-wirid di dalam Al Ma'tsurat ada di dalam
kitab tersebut. Kalaupun saudara-saudara saya 'membid'ahkan' Al Ma'tsurat,
mereka juga seharusnya 'membid'ahkan' kitab Al Adzkar karya Imam Nawawi. Tapi
tampaknya tidak mereka lakukan. Mungkin hal ini terjadi karena nama Imam Hasan
Al Banna tidaklah sebesar nama Imam Nawawi dalam segi keilmuan seperti penguasaan
hadits.
Sedangkan
mengenai doa robithoh menurut saya tidak ada yang salah di dalamnya. Doa ini
tidak ada salahnya dibaca dan Imam Hasan Al Banna sendiri tidak sedang berdusta
dengan mengatakan bahwa doa ini berasal dari Rasulullah Saw. Kalaupun doa ini
berasal dari tarekat, maka harus dilihat isi dan maknanya, apakah ada yang
menyimpang atau tidak. Kenyataannya isi doa ini sama sekali tidak menyimpang
dari syariat.
Al
Ma'tsurat telah menggambarkan kepada saya bahwa gerakan Ikhwanul Muslimin pada
hakikatnya adalah gerakan rabbani. Gerakan yang menjadikan Allah sebagai
satu-satunya tujuan. Gerakan ini bukan semata gerakan pemikiran, tetapi juga
gerakan tazkiyatun nafs dengan membiasakan diri membaca wirid-wirid yang
ma'tsur. Kader-kadernya tidak hanya berilmu tetapi juga dekat dengan Allah Swt.
Tidak hanya fakih tapi juga sufi dalam hakikat yang sebenarnya.
Komentar
Posting Komentar