Memilih Teman, Memilih Masa Depan
Memilih teman bukanlah perkara remeh dalam Islam. Memilih
teman mempunyai peran yang cukup besar dalam kehidupan kita. Memilih teman pada
hakikatnya memilih masa depan kita. Yaitu masa depan yang baik atau masa depan
yang buruk.
Allah Swt. berfirman, “Dan bersabarlah kamu
bersama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan senja hari dengan
mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka
(karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu
mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta
menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al-Kahfi:28)
Bilamana ayat di atas adalah seruan dan peringatan di
dunia, maka permasalahannya di akhirat kelak lebih keras dan seram lagi,
sebagaimana firman-Nya, “Dan (ingatlah) hari (ketika) orang yang zalim itu
menggigit dua tangannya, seraya berkata, ‘Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil
jalan (yang lurus) bersama Rasul shallallahu 'alahi wasallam. Kecelakaan
besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan jadi teman
akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran telah datang kepadaku. Dan syaitan itu tidak akan menolong manusia.’” (QS. Al-Furqan: 27-29)
Rasulullah saw bersabda: "Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang
penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan
memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan
kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai
besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau
tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap." (HR. Bukhari dan Muslim)
Mengenai makna hadis ini, Imam Ibnu Hajar Al Asqalani
mengatakan: “Hadits ini menunjukkan larangan berteman dengan orang-orang yang
dapat merusak agama maupun dunia kita. Hadits ini juga mendorong seseorang agar
bergaul dengan orang-orang yang dapat memberikan manfaat dalam agama dan dunia.”
Imam Abu Hatim ar-Raziy juga berkomentar, bahwa hadis ini
adalah dalil untuk memilih teman yang baik dalam hal yang berkaitan dengan
agama.
Menurut Imam an-Nawawi, hadits ini menunjukkan keutamaan
bergaul dengan teman shalih dan orang baik yang memiliki akhlak yang mulia,
sikap wara’, dan adab. Sekaligus juga terdapat larangan bergaul dengan orang
yang buruk, ahli bid’ah, dan orang-orang yang mempunyai sikap tercela lainnya.
Rasulullah Saw. juga bersabda, “Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian
melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud, Ahmad, dan Tirmidzi)
Umar bin Khaththab Ra. berkata, “Hendaklah kamu memiliki
saudara-saudara yang jujur, niscaya kamu dapat hidup di bawah naungan mereka,
sebab mereka adalah perhiasan di masa senang dan bekal di masa sulit.”
Imam Ibnul Qayyim juga meriwayatkan dari para ulama enam
sifat dan manfaat bergaul dengan orang-orang yang shalih, yaitu: pindah dari
ragu menjadi yakin, dari Riya` menjadi ikhlash, dari lalai menjadi ingat, dari
suka dunia menjadi suka akhirat, dari sombong menjadi tawadhu dan dari niat
yang buruk menjadi nasehat.
Alangkah besar keutamaan memilih teman dari golongan orang-orang
saleh, dan alangkah meruginya memilih teman dari golongan orang-orang fasiq.
Maka, mulai dari sekarang, mari kita bertekad pada diri kita untuk memilih
teman yang baik, yaitu dari golongan orang-orang saleh karena bersama merekalah
kita akan senantiasa berada dalam kebaikan.
Komentar
Posting Komentar