Hidup Zuhud Meskipun Kaya Harta
Mungkin sudah biasa kita dengar bila ada ulama hidup
zuhud. Tapi sungguh luar biasa bila ada orang yang kaya harta tapi dapat hidup
dengan zuhud. Kekayaan yang ada padanya tidak menghalanginya hidup zuhud.
Betapa banyak manusia yang terjerumus dalam dosa akibat menyalahgunakan
kekayaan yang dimilikinya. Mereka gunakan kekayaan untuk berbuat maksiat. Para
pezina tidak sedikit dalam mengeluarkan uang untuk melakukan hubungan intim
dengan wanita yang diidam-idamkannya. Begitupun dengan orang menghabiskan
banyak uang untuk menzalimi orang lain. Sedangkan bagi orang-orang saleh menjadikan kekayaan yang mereka miliki sebagai jalan untuk mendekatkan diri
kepada Allah.
Dari Sahl bin Sa’ad As-Sa’idy Ra., ia berkata: Datang seorang laki-laki
kepada Rasulullah Saw. dan berkata: “Wahai Rasulullah! Tunjukkan kepadaku
suatu amalan yang jika aku beramal dengannya aku dicintai oleh Allah dan
dicintai manusia.” Maka Rasulullah menjawab: “Zuhudlah kamu di dunia niscaya Allah
akan mencintaimu, dan zuhudlah terhadap apa yang ada pada manusia niscaya
mereka akan mencintaimu.” (HR. Ibnu Majah).
Al Hafizh Ibnu Rajab ketika beliau menjelaskan hadits ini dalam Jami’ul
‘Ulum wal Hikam (2/186) dari Abu Sulaiman Ad Darani. Beliau mengatakan: “Para
‘alim ulama di Iraq berselisih pendapat mengenai pengertian zuhud. Di antara
mereka ada yang mengatakan bahwa zuhud adalah menjauhi dari manusia. Ada pula
yang mengatakan bahwa zuhud adalah meninggalkan berbagai nafsu syahwat. Ada
juga yang mengatakan bahwa zuhud adalah meninggalkan diri dari kekenyangan.
Semua definisi ini memiliki maksud yang sama” Kemudian Ad Darani
mengatakan bahwa beliau cenderung berpendapat bahwa zuhud adalah meninggalkan segala
sesuatu yang dapat melalaikan dari mengingat Allah ‘Azza wa Jalla.
Yunus bin Maisarah berkata,
“Zuhud terhadap dunia itu bukanlah mengharamkannya, bukan pula membuangnya.
Tapi zuhud terhadap dunia berarti kamu yakin dan percaya kepada apa yang ada
dalam genggaman Allah daripada apa yang ada dalam genggamanmu. Juga menyimpan
keadaan dan sikap yang sama, baik ketika engkau mendapat musibah atau tidak,
baik ketika ada orang yang memuji atau mencelamu.”
Di dalam sejarah Islam akan banyak kita temukan ulama
yang kaya raya namun dapat hidup zuhud. Di antaranya adalah Utsman bin Affan
Ra. Meski memiliki harta yang melimpah, Sayidina Utsman hidup dengan sangat
sederhana. Jubah yang beliau kenakan hanya seharga 4 dirham. Makanan yang
beliau konsumsi juga sangat sederhana: roti yang seringkali tanpa lauk. “Utsman
memberikan makanan istana kepada orang lain, tapi ia sendiri hanya makan cuka
dan minyak zaitun,” demikian kata Syurahbil.
Rasulullah Saw sendiri menggambarkan Utsman bin Affan
sebagai pribadi yang paling jujur dan rendah hati di antara kaum muslimin.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Aisyah bertanya kepada Rasulullah Saw, ‘Abu
Bakar masuk tapi engkau biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus, lalu
Umar masuk engkau pun biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus. Akan
tetapi ketika Utsman masuk engkau terus duduk dan membetulkan pakaian,
mengapa?’ Rasullullah menjawab, “Apakah aku tidak malu terhadap orang yang
malaikat saja malu kepadanya?”
Saat Perang Tabuk, Utsman mendermakan 950 ekor unta dan
70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham (setara 700 juta rupiah), nilainya sama
dengan sepertiga biaya perang tersebut. Utsman bin Affan juga menunjukkan
kedermawanannya tatkala membeli mata air yang bernama Rumah dari seorang lelaki
suku Ghifar seharga 35.000 dirham (setara 2,45 miliar rupiah). Mata air itu ia
wakafkan untuk kepentingan rakyat umum. Pada masa pemerintahan Abu Bakar,
Utsman juga pernah memberikan gandum yang diangkut dengan 1000 unta untuk
membantu kaum miskin yang menderita di musim kering.
Contoh yang lain adalah Imam Sufyan Ats Tsauri. Beliau
adalah seorang ulama terkemuka di Basrah. Suatu hari ia memerintahkan seorang
santri yang bernama Abdullah untuk menyampaikan kepada Ahmad, guru Abdullah di
kampung. Sufyan berpesan, ”Sampaikan kepada gurumu, agar ia tidak cinta dunia.”
Mendengar pesan itu Abdullah merasa bingung. Di matanya,
Ahmad adalah seorang yang sangat sederhana, bahkan miskin. Sedangkan Imam
Sufyan Ats-Tsauri yang menyampaikan pesan itu adalah seorang yang kaya-raya.
Rumahnya besar lengkap dengan perabotan mewah. Kebunnya sangat luas dan juga
memiliki ternak sapi yang amat banyak.
Dalam kebingungan tersebut, Abdullah pulang ke tempat
asalnya. Dan menyampaikan pesan Imam Ats-Tsauri kepada Ahmad. Mendengar isi
pesan itu, Ahmad terenyuh dan meneteskan air mata. Ia justru membenarkan ucapan
Imam Ats-Tsauri karena selama ini dalam kemiskinannya ia masih saja memikirkan
dunia.
Demikianlah contoh teladan orang-orang yang kaya harta
tapi dapat hidup zuhud. Mereka mencari penghidupan di dunia ini tapi tidak
membuat mereka lalai dari mengingat Allah. Kekayaan yang ada pada mereka,
mereka gunakan untuk kebaikan di jalan Allah Swt. Mereka lebih mementingkan keutamaan
yang abadi ketimbang sesaat. Mereka telah menjadi contoh tentang orang kaya
sejati. Yaitu, orang yang tidak hanya kaya harta, tapi juga kaya hati dengan
kedermawanan dan sifat-sifat mulia yang ada pada diri mereka.
Komentar
Posting Komentar