Ikhwanul Muslimin yang Saya Kenal (1)
Saya
mengenal gerakan Ikhwanul Muslimin sejak saya duduk dibangku SMP. Saya ingat
saat itu kakak saya meminjamkan kepada saya beberapa buku Islam. Di antaranya
adalah karya-karya Imam Hasan Al Banna, DR. Yusuf Al Qaradhawi, Syaikh Muhammad
Al Ghazali, dan DR. Abdullah Azzam. Di dalam buku-buku yang mereka tulis
tergambar akhlak dan fikrah kader-kader Ikhwanul Muslimin.
Dari
Imam Hasan Al Banna saat itu saya membaca buku "Wasiat-Wasiat Imam Hasan Al Banna" dan "Al
Ma'tsurat". Saya membaca
buku Wasiat-Wasiat itu hingga tuntas. Sedangkan doa dan dzikir Al Ma'tsurat
kadang saya baca, kadang tidak saya baca. Mungkin karena saya merasa bahwa doa
dan dzikir itu tidak begitu penting bagi saya. Saya baru merasakan betapa
kuatnya efek yang ditimbulkan dari membaca Al Ma'tsurat pagi dan petang saat
saya duduk dibangku kuliah. Saya sering mengamalkan doa dan dzikir di dalamnya.
Bila tidak bisa semua dalam sehari, minimal sebagian.
Wasiat-Wasiat
Imam Hasan Al Banna mencerminkan gelora ruhiyah beliau guna mewujudkan syakhsiyah
Islamiyah (kepribadian Islami).
Berikut ini intisari sepuluh wasiat yang ada dalam buku itu:
1.
Jika terdengar azan, maka segeralah bangun untuk menunaikan shalat berjamaah
walau bagaimanapun keadaan seseorang itu.
2.
Perbanyakkan bacaan Al-Qur'an, selalu membuka kitab-kitab untuk menambah ilmu,
pergi ke majelis-majelis Ilmu, perbanyakkan zikrullah dan jangan membuang masa
dalam perkara yang tidak mendatangkan faedah.
3.
Berusaha untuk bertutur dalam bahasa Arab yang Fushah karena Bahasa Arab yang
betul (Fushah) adalah lambang (syiar) Islam.
4.
Jangan memperbanyak perdebatan dalam berbagai bidang pembicaraan sebab hal ini
semata-mata tidak akan mendatangkan kebaikan.
5.
Jangan banyak tertawa sebab hati yang selalu berkomunikasi dengan Allah
(dzikir) adalah tenang dan tentram.
6.
Jangan bergurau karena umat yang berjihad tidak berbuat kecuali dengan
bersungguh-sungguh terus-menerus.
7.
Jangan mengeraskan suara di atas suara yang diperlukan pendengar, karena hal
ini akan mengganggu dan menyakiti.
8.
Jauhilah dari membicarakan kejelekan orang lain atau melukainya dalam bentuk
apapun dan jangan berbicara kecuali yang baik.
9.
Berta’aruflah dengan saudaramu yang kalian temui walaupun dia tidak meminta,
sebab prinsip dakwah kita adalah cinta dan ta’awun (kerja sama).
10.
Pekerjaan rumah kita sebenarnya lebih bertumpuk daripada waktu yang tersedia,
maka manfaatkanlah waktu dan apabila kalian mempunyai sesuatu keperluan maka
sederhanakanlah dan percepatlah untuk diselesaikan.
Masya
Allah, sepuluh wasiat ini begitu indah bila kita amalkan. Sederhana tapi seolah
dapat mewakili di antara banyaknya amal shaleh. Oleh karena itu, setiap kader
dakwah Ikhwanul Muslimin berusaha menjalankan sepuluh wasiat ini di manapun ia
berada. Mereka bergerak dan bertingkah laku dengan standar yang ketat dan
semangat yang kuat. Jadilah jiwa-jiwa mereka menebar manfaat di manapun mereka
berada. Yaitu jiwa yang hidup dan rela berkorban. Pengorbanan itu dicontohkan
sendiri oleh Imam Hasan Al Banna dengan penembakan terhadap beliau oleh
orang-orang yang tidak menyenangi Islam. Pengorbanan juga dicontohkan oleh
kader-kadernya yang dihukum gantung, dipenjara, dibunuh, disiksa, seperti yang
terjadi pada Sayyid Quthb, DR. Abdul Qadir Audah, Muhammad Farghali, DR.
Abdullah Azzam hingga Ahmad Yasin.
Komentar
Posting Komentar