Mereka Mengenal Muhammad Seperti Mereka Mengenal Anak-Anaknya Sendiri (5)

Gereja Buhaira di Bushra Suriah sebagaimana dimuat di laman wikipedia

Tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad telah terlihat sejak beliau belum menjadi seorang Nabi dan Rasul. Saat Muhammad masih berumur 12 tahun, beliau mengikuti ekspedisi dagang pamannya, Abu Thalib, hingga ke negeri Syam. 

Saat tiba Bushra yaitu daerah antara Syam dan Hijaz, seorang pendeta nasrani bernama Buhaira menemui Abu Thalib. Pendeta itu melihat keajaiban pada rombongan kafilah dagang Abu Thalib. Perhatiannya tertuju pada sosok pemuda yang tak lain adalah Muhammad. Setiap kali Muhammad melangkah, maka sekumpulan awan senantiasa menaunginya.

Sang pendeta pun segera menghampiri Muhammad. Buhaira memeriksa sekujur tubuh Muhammad untuk melihat tanda-tanda kenabian yang diterangkan dalam kitab-kitab suci terdahulu. 

Ia akhirnya menemukan tanda kenabian itu di punggung Muhammad, di antara kedua pundaknya, lalu ia mencium tanda itu. Menyaksikan tanda-tanda kenabian itu, sang pendeta pun berpesan kepada Abu Thalib agar menjaga keponakannya itu dengan hati-hati, karena dia adalah calon rasul yang dinanti umat manusia.

Buhaira juga berpesan kepada Abu Thalib agar ia berhati-hati terhadap rencana jahat orang Yahudi. Allah telah mentakdirkan nabi terakhir berasal dari bangsa Arab dan nabi itu adalah Muhammad. Sementara orang-orang Yahudi menginginkan agar status kenabian itu selamanya milik Bani Israel. Itulah sebabnya mereka akan selalu berusaha untuk membunuh Muhammad jika mereka mendapat kesempatan.

Prediksi Buhaira dari Kota Bushra itu menjadi kenyataan. Ketika menginjak usia 40 tahun, Muhammad memperoleh wahyu saat menyendiri di Gua Hira. Nabi Muhammad menjadi rasul penutup bagi umat manusia yang hidup di akhir zaman.

Buhaira telah membuktikannya sendiri tanda-tanda kenabian yang tercantum di dalam kitab suci agama samawi sangat cocok pada diri Muhammad, sehingga dia tidak lagi ragu untuk menasehati Abu Thalib agar betul-betul menjaga Muhammad. 

Nasehat Buhaira ini betul-betul dipegang teguh oleh Abu Thalib. Terbukti jika Abu Thalib meskipun masih kafir adalah seorang pelindung Muhammad yang paling gigih. Wafatnya Abu Thalib membuat Rasulullah Saw. merasa kehilangan. Sehingga tahun di mana Abu Thalib wafat menjadi penyebab disebut sebagai tahun kesedihan. 

Semakin terbuktilah kebenaran firman Allah Swt. yang berbunyi, "(Nabi Isa As. berkata): 'Dan (aku) memberikan kabar gembira dengan seorang rasul yang datang sesudahku yang bernama Ahmad (Muhammad)'." (QS. Ash Shaff: 6).  

Bersambung.... 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peran Hadratusy Syaikh Hasyim Asy'ari dalam Perjuangan Bangsa

Manfaat Mempelajari Tafsir Alquran

Akibat Berbuat Zalim

Tiga Sebab Keruntuhan Peradaban Islam di Andalusia

Mengapa Banyak Orang Barat Menjadi Ateis?