Malu dan Adab
Orang yang mempunyai rasa malu
dapat terlihat dari penjagaan adab-adab yang baik pada dirinya.
Seorang wanita yang mempunyai
rasa malu tentu bukan seorang yang mengumbar auratnya di depan publik. Tapi
wanita yang berjilbab sesuai dengan aturan syariat.
Seorang suami yang mempunyai
rasa malu tentu bukanlah suami yang selingkuh. Tapi suami yang setia baik sang
istri berada di sisinya maupun sedang tidak bersama dengannya.
Seorang pelajar yang mempunyai
rasa malu tentu bukanlah pelajar yang gemar mencontek agar dapat nilai bagus.
Tapi pelajar yang mengerjakan sendiri soal-soalnya; entah kelak dia mendapat
nilai bagus atau tidak. Yang penting dirinya telah berusaha.
Seorang yang punya rasa malu
tentu akan menjaga lisannya dari dusta dan berkata yang tidak baik.
Bahkan dalam hal bersetubuh
pun, suami-istri hendaknya mempunyai rasa malu. Jangan menyamai istri dengan
hewan, yaitu ketika nafsu birahi memuncak, langsung saja bersetubuh tanpa perlu
perantaraan terlebih dahulu. Yang beradab adalah didahului dengan foreplay atau
cumbu rayu. Rasulullah Saw. bersabda: “Siapa pun diantara kamu, janganlah menyamai
isteri seperti seekor hewan bersenggama, tapi hendaklah ia dahului dengan
perantaraan." Selanjutnya, ada yang bertanya: "Apakah perantaraan
itu?" Rasulullah Saw. bersabda, “yaitu ciuman dan ucapan-ucapan
romantis." (HR. Bukhari, Muslim dan Tirmidzi).
Itulah mengapa para ulama
menekankan betapa pentingnya mempelajari dan mengamalkan adab-adab sehari-hari.
Karena, adab sangat beririsan dengan rasa malu. Imam Muhammad bin Sirrin
rahimahullah berkata: “Mereka dulu (para sahabat Nabi) mempelajari adab-adab
sebagaimana mereka mempelajari ilmu."
Komentar
Posting Komentar