Dua Sisi dari Nikmat Allah
Indonesia, dari sisi
geografis, adalah negara yang unik. Salah satu keunikannya adalah karena ia
dikelilingi oleh pegunungan berapi atau yang dikenal dengan istilah ring
of fire. Kondisi ini menyimpan dua potensi sekaligus; potensi keindahan,
kekayaan, dan kesuburan alamnya, serta potensi bencana. Artinya, dibalik
keindahan alam Indonesia tersimpan bencana yang mengerikan, yang sewaktu-waktu
akan terjadi.
Kapankah terjadinya bencana
itu? Para ilmuwan sendiri menyebutkan bahwa kejadiannya sulit diprediksi.
Hingga saat ini belum ditemukan alat yang mampu memprediksinya. Bila kemudian
bencana itu terjadi pada hari ini atau di zaman kita hidup, bolehlah kita
merenung diri, mengapa? Seperti saat kita berada di sebuah lapang golf yang
luas. Tiba-tiba saja sebuah bola golf mengenai kepala kita. Mengapa mengenai
kepala kita, tidak mengenai kepala orang lain? Atau mengapa tidak jatuh pada
tempat lain? Saya percaya ini bukan sebuah kebetulan. Bila kita percaya kepada
Allah, Sang Maha Pencipta. Tentu sebuah peristiwa datang dengan
sepengetahuan-Nya. Daun-daun yang jatuh hingga suara jalan semut, Allah Maha
Melihat dan Maha Mengetahuinya. Apalagi bencana yang menimpa kita, yang jauh
lebih besar dan lebih terlihat!
Artinya, setiap peristiwa yang
terjadi pada diri kita, sesungguhnya Allah sedang memberikan kabar, entah itu
sebuah teguran, ujian, atau laknat sekalipun. Semuanya itu bertujuan agar dapat
dijadikan pelajaran oleh siapapun. Kota Pompeii, misalnya, walaupun sejarahnya
terjadi ribuan tahun yang lalu tetapi menyimpan pelajaran berharga bagi
orang-orang kemudian. Menurut Harun Yahya, daerah di mana kaum Pompeii tinggal
dikenal dengan kesuburan dan keindahannya. Namun kaum Pompeii tidak sanggup
menerima ujian Allah itu. Mereka berbuat maksiat dan melupakan Tuhan yang
memberikan mereka banyak kenikmatan. Akhirnya Allah letuskan gunung berapi di
dekat mereka secara tiba-tiba. Binasalah mereka semuanya. Jasad-jasad mereka
yang membeku karena abu vulkanik masih bisa dilihat hingga kini.
Allah telah memberi mereka
nikmat yang banyak, namun mereka mengkufurinya. Allah memberi mereka tubuh yang
kuat dan dengan tubuh itu mereka mampu membuat gedung-gedung yang tinggi dan
megah. Allah juga memberi mereka lahan pertanian dan perkebunan yang subur,
namun dengan tiba-tiba Allah musnahkan semua itu dari mereka. Begitu mudahnya
Allah melakukannya seperti membalikkan telapak tangan, bahkan lebih mudah lagi.
Begitu sangat dekatnya
kenikmatan, seiring dengan begitu dekatnya kengerian bencana. Oleh karena itu,
nikmat yang banyak yang Allah berikan kepada kita, bukanlah tolok ukur bahwa
Dia mencintai kita. Seperti halnya musibah, pada hakikatnya nikmat itu adalah
ujian bagi kita. Jika kita mendapat musibah, Allah menguji kita apakah kita
bersabar atau tidak. Jika kita mendapat nikmat, Allah menguji kita apakah kita
bersyukur atau tidak.
Jangan seperti tetangga Qarun
yang melihat Qarun dan mereka menginginkan seperti apa yang dimiliki Qarun.
Mereka melihat Qarun dengan takjub, padahal Qarun adalah orang yang jahat.
Mereka melihat Qarun dari segi materi belaka, tetapi buta akan kejahatannya.
Kemudian datanglah orang-orang yang ingat akan kehidupan yang kekal abadi di
akhirat nanti. Mereka memperingatkan tetangga-tetangga Qarun itu tentang siapa
Qarun sebenarnya dan memberikan pelajaran tentang hakikat dunia yang fana ini.
Kemudian Allah memperlihatkan kebenaran apa yang dikatakan oleh orang-orang
yang berilmu itu. Yaitu mengazab Qarun dengan cara membenamkannya ke dalam
tanah. Lalu, tetangga Qarun itu pun sadar dan bertaubat. Mereka berkata, “Aduhai,
benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari
hamba-hambanya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya
atas kita, benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah,
tidak beruntung orang- orang yang mengingkari (nikmat Allah).” (QS.
al-Qashash: 82).
Semoga kita dapat mengambil
pelajaran dari peristiwa yang sudah terjadi.Rabbanaghfirlana dzunubana...
Allahumma a'inni ala dzikrika wa syukrika wa husni ibadatik.
Komentar
Posting Komentar