Jangan Khawatir, Allah Maha Melihat!

Suatu waktu Hatim al-Asham berkata kepada anak-anaknya, "Saya bermaksud melaksanakan ibadah haji." Anak-anaknya menangis dan berkata, "Siapa yang akan menanggung makan kami?" Saat itu Hatim al-Asham mempunyai seorang anak perempuan. Anak perempuannya berkata, "Biarkanlah bapak pergi. Toh, ia bukan pemberi rezeki!" Maka Hatim berangkat. Sampai larut malam anak-anak Hatim kelaparan. Mereka tidak henti-hentinya mencerca dan menyalahkan anak perempuan tersebut. Si anak perempuan berdoa, "Ya Allah, janganlah engkau menjadikanku cemoohan mereka!"

Dalam saat yang sama seorang gubernur lewat ke rumah mereka. Gubernur berkata kepada sebagian orang yang menemaninya, "Tolong carikan air!" Keluarga Hatim menyuguhkan sebuah kendi baru yang berisi air yang dingin. Sang gubernur meminumnya dan berkata, "Rumah ini milik siapa?" Para pengawalnya berkata, "Ini rumah Hatim al-Asham." Sang gubernur memasukkan seikat emas ke dalam kendi bekas air dan beliau berkata, "Orang yang mencintaiku pasti mengikutiku." Maka pasukan pengawal sang gubernur ikut serta memasukkan beberapa keping uang ke dalam kendi.

Setelah gubernur dan pengawalnya pergi, anak perempuan Hatim menangis. Ibunya berkata, "Kenapa engkau menangis? Bukankah Allah telah memberi rezeki yang banyak kepada kita?" Ia menjawab, "Makhluk saja yang melihat kepada kita memberikan bantuan kecukupan, bagaimana jika Allah melihat kepada kita?"

Benarlah apa yang dikatakan anak perempuan Hatim al-Asham. Sesungguhnya Allah lebih sayang kepada makhluk-Nya daripada kasih sayang yang ditunjukkan makhluk-Nya kepada makhluk-Nya yang lain. Jika manusia memberikan emas permata, sesungguhnya Allah memberikan kepada kita udara yang dapat membuat kita tetap hidup, akal yang dapat membuat kita berpikir, hati yang dapat membuat kita merasa, seluruh indera yang kita miliki, dan doa-doa yang dikabulkan-Nya, tetapi seringkali kita tidak menyadarinya.

Jika kita mengatakan kepada seseorang, "Tolonglah saya. Saya belum makan. Saya lapar dan kehausan." Lalu orang tersebut menolong kita. Lalu, bagaimana dengan Allah? Bukankah Dia Maha Mengetahui, Maha Melihat, Maha Mendengar, dan Maha Berkehendak atas segala sesuatu?

"Aku menuruti keyakinan (sangka) hamba-Ku terhadap-Ku, dan Aku selalu menyertainya bila ia mengingat-Ku. Maka jika ia mengingat Aku dalam dirinya, Aku pun mengingatnya didalam diri-Ku, dan jika dia mengingat-Ku ketika dia sedang berada di tengah-tengah khalayak ramai, niscaya Kuingat dia di dalam kumpulan orang yang lebih baik daripada mereka itu. Bila ia mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya sehasta, dan bila ia mendekat kepada-Ku sehasta, maka aku mendekat kepadanya sedepa, dan jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku datang kepadanya dengan berlari." (HR : Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peran Hadratusy Syaikh Hasyim Asy'ari dalam Perjuangan Bangsa

Manfaat Mempelajari Tafsir Alquran

Akibat Berbuat Zalim

Tiga Sebab Keruntuhan Peradaban Islam di Andalusia

Mengapa Banyak Orang Barat Menjadi Ateis?