Ulama dan Kejayaan Umat
Sepengetahuan saya yang fakir ini. Para pemimpin Islam yang berjiwa pejuang, mereka sangat dekat dengan para ulama.
Sultan Nuruddin Zanki yang disebut Ibnu al Atsir, seorang sejarawan Muslim penulis kitab Al-Kamil fi-l-Tarikh, menganggapnya sebagai pemimpin Muslim yang paling adil selepas Umar bin Abdul Aziz. Dikenal karena kesalehannya. Dia sangat memperhatikan keadaan ulama di zamannya. Sehingga yang kekurangan akan tercukupi kebutuhannya. Menurut Ibnu al-Asakir, majelis-majelis ilmu yang dihadiri oleh Nuruddin bersama para ulama sangat berbobot dan berkharisma. Saat mereka duduk untuk membahas ilmu, keadaannya begitu khusyu’, “… seakan di atas kepala kami ada burung-burung berterbangan disebabkan kewibawaannya,” terang Ibnu al-Asakir. Maka begitu pula para ulama menyintai, menghormati, dan mendukung perjuangan yang dilakukannya.
Sultan Shalahuddin Al Ayyubi pun demikian. Sebagai penerus Zanki, beliau sangat memperhatikan apa yang telah dilakukan oleh pendahulunya itu. Saat akan menyerang pasukan Salib di Yerussalem, Shalahuddin terlebih dahulu membebaskan Mesir dari cengkraman pasukan Fatimiyah yang Syiah. Dia menempatkan ulama pada posisi terhormat. Masjid Al Azhar yang semula diisi oleh ulama-ulama Syiah, digantinya dengan ulama-ulama Sunni. Perombakan besar-besaran terjadi pada sistem pengajaran yang semula Syiah menjadi Sunni. Hingga kini Universitas Al Azhar menjadi sokoguru ajaran ahlussunnah di seluruh dunia. Biiznillah berkat usaha keras Sultan Shalahuddin Al Ayyubi.
Khalifah Muhammad sang penakluk konstantinopel adalah Khalifah yang saleh, ahli ibadah, dan hafidz quran. Qiyamullail tidak pernah ia tinggalkan semasa hidupnya. Khususnya ketika menjabat sebagai Khalifah pada umur 21 tahun. Juga dikenal sangat dekat dengan ulama, khususnya Syaikh Muhammad bin Ismail Al Kurani dan Syaikh Aaq Syamsuddin. Kedua ulama ini membentuknya menjadi pribadi tangguh, yang "mendoktrin" bahwa Khalifah Muhammad lah yang kelak membebaskan Konstantinopel sebagaimana disebutkan hadits Nabi Saw. Dorongan ini benar-benar mengobarkan semangat juangnya. Yang dikemudian hari firasat kedua ulama itu benar-benar terbukti menjadi kenyataan.
Kisah kepahlawanan arek-arek Suroboyo dalam melawan penjajah Belanda begitu masyhur. Tapi dibalik para pejuang itu ada sosok ulama Arif Billah yang mengobarkan semangat jihad hingga keluarlah resolusi jihad. Beliau tidak lain adalah Hadratusy Syaikh Hasyim Asy'ari rahimahullah. Mengenai betapa hebatnya semangat jihad beliau, di dalam buku Ensiklopedia Ulama Nusantara di halaman 382 tertulis sebagai berikut: "Dengan jiwa dan semangat perjuangan yang tinggi ini, maka setelah Hadratus Syeikh mendapatkan berita bahwa kota Malang yang merupakan basis Hisbullah-Sabilillah, jatuh ke tangan Belanda, beliau pingsan dan jatuh sakit. Utusan Bung Tomo dan Jenderal Sudirman tidak bisa menemuinya karena ulama besar ini sudah tidak sadarkan diri dan dua hari kemudian beliau wafat menghadap Allah Swt, tepatnya tanggal 25 Juli 1947..."
Subhanallah, begitu kuatnya ghirah beliau terhadap kemenangan orang-orang kafir itu membuat beliau merasa terpukul. Menunjukkan betapa geram dan marahnya beliau.
Saat ini ada banyak orang dan kelompok yang menghina para alim ulama yang Amilin dan Mujahidin. Yang seharusnya mereka jaga, mereka hormati, dan mereka dengarkan nasehat-nasehatnya. Padahal keberadaan alim ulama itu adalah anugerah Allah bagi bangsa ini. Maka kemudian berlakulah surat Ibrahim ayat 7: “Barangiapa mensyukuri nikmat-Ku, maka akan Ku tambahkan nikmat baginya. Dan barangsiapa kufur terhadap nikmatKu, sesungguhnya azab-Ku amat pedih."
Sultan Nuruddin Zanki yang disebut Ibnu al Atsir, seorang sejarawan Muslim penulis kitab Al-Kamil fi-l-Tarikh, menganggapnya sebagai pemimpin Muslim yang paling adil selepas Umar bin Abdul Aziz. Dikenal karena kesalehannya. Dia sangat memperhatikan keadaan ulama di zamannya. Sehingga yang kekurangan akan tercukupi kebutuhannya. Menurut Ibnu al-Asakir, majelis-majelis ilmu yang dihadiri oleh Nuruddin bersama para ulama sangat berbobot dan berkharisma. Saat mereka duduk untuk membahas ilmu, keadaannya begitu khusyu’, “… seakan di atas kepala kami ada burung-burung berterbangan disebabkan kewibawaannya,” terang Ibnu al-Asakir. Maka begitu pula para ulama menyintai, menghormati, dan mendukung perjuangan yang dilakukannya.
Sultan Shalahuddin Al Ayyubi pun demikian. Sebagai penerus Zanki, beliau sangat memperhatikan apa yang telah dilakukan oleh pendahulunya itu. Saat akan menyerang pasukan Salib di Yerussalem, Shalahuddin terlebih dahulu membebaskan Mesir dari cengkraman pasukan Fatimiyah yang Syiah. Dia menempatkan ulama pada posisi terhormat. Masjid Al Azhar yang semula diisi oleh ulama-ulama Syiah, digantinya dengan ulama-ulama Sunni. Perombakan besar-besaran terjadi pada sistem pengajaran yang semula Syiah menjadi Sunni. Hingga kini Universitas Al Azhar menjadi sokoguru ajaran ahlussunnah di seluruh dunia. Biiznillah berkat usaha keras Sultan Shalahuddin Al Ayyubi.
Khalifah Muhammad sang penakluk konstantinopel adalah Khalifah yang saleh, ahli ibadah, dan hafidz quran. Qiyamullail tidak pernah ia tinggalkan semasa hidupnya. Khususnya ketika menjabat sebagai Khalifah pada umur 21 tahun. Juga dikenal sangat dekat dengan ulama, khususnya Syaikh Muhammad bin Ismail Al Kurani dan Syaikh Aaq Syamsuddin. Kedua ulama ini membentuknya menjadi pribadi tangguh, yang "mendoktrin" bahwa Khalifah Muhammad lah yang kelak membebaskan Konstantinopel sebagaimana disebutkan hadits Nabi Saw. Dorongan ini benar-benar mengobarkan semangat juangnya. Yang dikemudian hari firasat kedua ulama itu benar-benar terbukti menjadi kenyataan.
Kisah kepahlawanan arek-arek Suroboyo dalam melawan penjajah Belanda begitu masyhur. Tapi dibalik para pejuang itu ada sosok ulama Arif Billah yang mengobarkan semangat jihad hingga keluarlah resolusi jihad. Beliau tidak lain adalah Hadratusy Syaikh Hasyim Asy'ari rahimahullah. Mengenai betapa hebatnya semangat jihad beliau, di dalam buku Ensiklopedia Ulama Nusantara di halaman 382 tertulis sebagai berikut: "Dengan jiwa dan semangat perjuangan yang tinggi ini, maka setelah Hadratus Syeikh mendapatkan berita bahwa kota Malang yang merupakan basis Hisbullah-Sabilillah, jatuh ke tangan Belanda, beliau pingsan dan jatuh sakit. Utusan Bung Tomo dan Jenderal Sudirman tidak bisa menemuinya karena ulama besar ini sudah tidak sadarkan diri dan dua hari kemudian beliau wafat menghadap Allah Swt, tepatnya tanggal 25 Juli 1947..."
Subhanallah, begitu kuatnya ghirah beliau terhadap kemenangan orang-orang kafir itu membuat beliau merasa terpukul. Menunjukkan betapa geram dan marahnya beliau.
Saat ini ada banyak orang dan kelompok yang menghina para alim ulama yang Amilin dan Mujahidin. Yang seharusnya mereka jaga, mereka hormati, dan mereka dengarkan nasehat-nasehatnya. Padahal keberadaan alim ulama itu adalah anugerah Allah bagi bangsa ini. Maka kemudian berlakulah surat Ibrahim ayat 7: “Barangiapa mensyukuri nikmat-Ku, maka akan Ku tambahkan nikmat baginya. Dan barangsiapa kufur terhadap nikmatKu, sesungguhnya azab-Ku amat pedih."
Komentar
Posting Komentar