Kebangkitan Islam VS Sekulerisme

Orang-orang sekuler atau mereka yang ingin meraih kemajuan bangsa dengan tanpa Islam harus mempelajari Muqaddimah karya Ibnu Khaldun. Ini bukan karena beliau orang Arab dan ulama. Mari kita kesampingkan dulu kepakarannya di bidang agama. Sesuatu yang paling dibenci kaum sekuler. Tapi mari kita pandang dirinya sebagai ilmuwan yang keilmuannya diakui dunia dari zamannya hingga kini. Salah seorang ahli sejarah terkemuka, Arnold Toynbee, mengatakan, "Kitab Muqaddimah-nya tentang filsafat sejarah tanpa ragu lagi merupakan pencapaian yang luar biasa, yang pernah diciptakan oleh akal manusia di sepanjang waktu dan tempat."

Berkat buku itu, Arnold Toynbee terbimbing dalam menulis buku besarnya, A Study History yang terdiri dari 12 jilid. Dia menulis tentang kisah berdirinya 22 peradaban dalam sejarah manusia. Menurutnya, suatu peradaban akan berdiri dan maju dengan merespon tantangan tertentu baik berupa tantangan yang bersifat materi maupun sosial. Sebuah peradaban ketika sampai pada tahap dimana ia tidak mampu untuk merespon tantangan yang dihadapinya, maka sesungguhnya ia masuk dalam tahap kehancuran. 

Ketidakmampuan peradaban dalam merespon tantangan, menurut pandangannya adalah kembali pada sebuah sebab utama yaitu "kehilangan kekuatan moral, nilai, dan spiritualnya" yakni ketika terlihat hancur secara nilai, moral, dan agama. Kehancuran ini sebagaimana yang dilihat Toynbee akan menghantarkan pada stagnasi dan ketidakmampuan untuk melakukan inovasi, dari situ kemudian tidak berdaya menghadapi tantangan. 

Toynbee berpijak bahwa sebab-sebab kematian umat dan peradaban pada dasarnya kembali pada faktor-faktor intern, dan pokok dari faktor-faktor intern tersebut adalah rusaknya nilai-nilai dan kekuatan moral. Dia menyederhanakan pandangannya dalam sebuah kalimat yang mengatakan, "Peradaban tidak mati karena dibunuh, akan tetapi ia mati karena bunuh diri."

Peradaban yang besar tidak akan tercerai berai kecuali ketika ia menghancurkan dirinya sendiri dari dalam, sebagaimana terjadi pada peradaban-peradaban umat-umat yang telah mati seperti kaum Ad, Tsamud, Firaun, kaum Nabi Shaleh, kaum Nabi Luth dan umat-umat lainnya yang memiliki peradaban. Umat-umat tersebut sirna oleh lemahnya keyakinan agama dan penyimpangan moral. 

Ini juga terjadi pada jatuhnya kekhalifahan Abbasiyah, kekhalifahan Islam Andalusia, dan kekhalifahan Utsmaniyah. Khalifah Abbasiyah yaitu Al Mu'tashim pada saat pasukan Mongol telah mengepung Baghdad, ia malah bersenang-senang dengan para biduanita di tempat hiburan yang membuatnya lalai dengan apa yang sedang terjadi di negaranya. Beberapa orang yang merasa kecewa menulis sebuah bait syair dan melemparkannya dengan menggunakan anak panah melalui jendela ruangannya yang mengenai salah satu budak perempuannya.

Contoh lain datang dari Andalusia. Kehidupan mewah Al Mu'tamid bin Ibad di kota Cordova Andalusia sampai pada batas yang tidak terbayangkan.oleh manusia. Salah satu istrinya meminta untuk berendam di dalam lumpur. Demi memenuhi keinginan istrinya tersebut, Al Mu'tamid memerintahkan agar didatangkan minyak misik dan kamper, kemudian dicampur dengan air mawan dan daun inai lalu diletakkan seolah-olah itu adalah lumpur yang berada di atas tanah dengan bentangan jarak yang sangat panjang. Sang istri membawa kantong air mewah yang terbuat dari benang sutera dan memanggulnya bersama putri-putri serta para pelayannya di atas pundak mereka kemudian berjalan di lumpur tersebut. Al Mu'tamid benar-benar mewujudkan keinginan istrinya itu. 

Dengan pemborosan seperti itu nyatalah apa yang dijanjikan oleh Allah ketika mengaitkan jatuhnya peradaban dengan kehidupan mewah dan sikap yang berlebih-lebihan, sebagaimana firman-Nya, "Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadap perkataan (ketentuan Kami) kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya." (QS. Al Isra: 16)

Tidaklah mengherankan bila sejarah mencatat juga gerakan kebangkitan yang mana menjadikan moral Islam sebagai sokogurunya. Dimulai dari kajian-kajian tasawuf atau tazkiyatun nafs. Tulisan-tulisan tentang zuhud, qonaah, ikhlas, taubat, ridho, istiqomah, sabar, syukur, dan sebagainya begitu dominan di saat fase-fase ini guna mengangkat kembali jiwa yang terpuruk, membersihkan hati agar kembali taat, menyemangati diri untuk beramal saleh sebelum datangnya maut menghampiri. Imam Al Ghazali rahimahullah, ditengah keterbatasan yang ada saat itu, menyadari pentingnya kembali mengangkat tema itu. Beliau menulis Ihya Ulumuddin yang berarti menghidupkan ilmu-ilmu agama. Seolah beliau melihat apa masalah sebenarnya saat itu. Ditengah keterpurukan daulah Islam, yang perlu diangkat adalah ajaran moralnya. 

Gerakan-gerakan kebangkitan justru berawal dari gebrakan Imam Al Ghazali dan para ulama yang semisal dengannya. Putra-putra kebangkitan tumbuh ditanah yang telah disirami para ulama dengan air kehidupan ruhani. Seperti yang terjadi pada diri Nuruddin Zanki, Shalahuddin Al Ayyubi, Muzaffar Saifuddin Qutuz, Utsman Bey, Muhammad Al Fatih, dan Sulaiman Al Qanuni. 

Di zaman ini ketika sebagian orang menganggap pentingnya sekularisme untuk meraih kemajuan pada hakikatnya sedang menyeret umat ke jurang kehancuran. Mereka yang menghalalkan apa yang Allah haramkan, bersikap hedonis, menghalalkan homoseksual, merajalelanya perzinahan, korupsi, dan kezaliman dengan alasan kebebasan dan kemajuan sesungguhnya adalah pembuat kerusakan. "Dan bila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar." (QS. Al-Baqarah: 11-12)

Kebangkitan Islam mau tidak mau harus melalui kebangkitan moral umat sebagaimana sunnatullah yang terus berlaku sepanjang sejarah. Ini sudah menjadi watak sejarah umat Islam yang mendarah daging.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peran Hadratusy Syaikh Hasyim Asy'ari dalam Perjuangan Bangsa

Manfaat Mempelajari Tafsir Alquran

Akibat Berbuat Zalim

Tiga Sebab Keruntuhan Peradaban Islam di Andalusia

Mengapa Banyak Orang Barat Menjadi Ateis?