Berdakwah kok Pensiun?


Salah satu penulis yang saya kagumi adalah Syaikh Yusuf Al Qaradhawi. Tulisannya mencakup beragam tema mulai dari fikih, hadits, tasawuf, sastra hingga sosial politik ekonomi Islam. Jumlahnya ratusan judul. Dan yang paling anyar kabarnya kitab Fikih Jihad yang tebalnya mencapai 1300 halaman. Kitab ini ditulis pada saat beliau berusia 85 tahun. Sungguh luar biasa jika dilihat dari kemampuan beliau menulis sebanyak itu di usia yang sudah sangat sepuh. Ya, saya mengagumi produktivitas beliau dalam menulis. Sampai usia sepuh pun beliau masih produktif menulis. 

Saya melihat banyak penulis yang dulunya aktif menulis dimana tulisannya tersebar kemana-mana namun kini tidak terdengar lagi kabarnya. Ada yang bilang si Fulan itu sudah pensiun dari menulis. Lha, dakwah kok pensiun? Jika menulis adalah bagian dari dakwah yakni dakwah bil qalam maka ia tak ada istilah pensiun.

Kita harus memahami bahwa menulis yang dimaksud bukan mengeluarkan energi kita dari kerja menulis kita. Tapi justru apa yang kita tulis adalah untuk diri kita sendiri. Ia memasukkan energi ke dalam diri kita. Menjadi lebih baik. Menjadi lebih bersemangat dalam beramal saleh. Kita butuh dakwah. Bukan dakwah butuh kita. Menulis adalah dzikir kita kepada Allah dimana niat kita karena Allah saja membuahkan pahala apalagi mengerjakannya.

Oleh karena itu, bila kita ingin tetap produktif menulis dimanapun dan kapanpun kita berada, jadilah seorang da'i. Bahwa kita adalah para da'i-da'iNya, nahnu duat qobla kulli syai'in. Seorang da'i sesuai dengan kemampuan kita, ballighul anni walau ayah. Dengan tetap terus juga belajar menjadi lebih baik. Meningkatnya kemampuan kita dalam ilmu pengetahuan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peran Hadratusy Syaikh Hasyim Asy'ari dalam Perjuangan Bangsa

Manfaat Mempelajari Tafsir Alquran

Akibat Berbuat Zalim

Tiga Sebab Keruntuhan Peradaban Islam di Andalusia

Mengapa Banyak Orang Barat Menjadi Ateis?