Bahasa Menunjukkan Kualitas Seseorang
Sultan-sultan
melayu di zaman dulu sangat memperhatikan dunia kesusastraan. Mereka sangat
menghargai karya-karya sastra. Pejabat tinggi hingga rakyat jelata, ulama
hingga para pengikutnya berlomba-lomba dalam dunia sastra ini; baik dalam
bertutur kata maupun melalui karya tulis yang mereka buat.
Sastra
disini bukan sekedar sastra itu sendiri. Sastra disini adalah sastra yang
mengandung budi pekerti, nilai-nilai religi, hingga sebagai alat untuk memahami
ilmu pengetahuan. Bila ada peribahasa mengatakan, bahasa menunjukkan
bangsa, sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai luhur. Baik buruk sifat dan
tabiat orang dapat dilihat dari tutur kata atau bahasanya. Seorang ayah
berbahasa kepada putra putrinya, seorang anak berbahasa kepada orangtuanya,
seorang ulama berbahasa kepada penguasa, seorang penguasa berbahasa kepada
ulama dan rakyatnya. Semua orang berbahasa. Semakin baik bahasanya, semakin
tinggi kualitas dirinya.
Karya-karya
ulama di negeri ini. Mulai dari zaman Hamzah Fanshuri, Nuruddin Ar Raniry, Raja
Ali Haji hingga Buya HAMKA, begitu sangat kuat nilai-nilai sastra dalam
karya-karya mereka, begitu bermaknanya mereka dalam bertutur kata menunjukkan 2
hal: Pertama, lingkungan mereka yang sangat kental dengan sastra.
Dan kedua, sastra menunjukkan kualitas diri mereka.
Ketinggian
nilai-nilai satra ditunjukkan di dalam Al Quran. Semakin menunjukkan kepada
kita semakin tinggi kualitas seseorang, semakin tinggi kualitas bahasanya.
Begitupun sebaliknya, semakin tinggi kualitas bahasa seseorang, semakin tinggi
kualitas diri orang tersebut. Al Quran menunjukkan siapa sebenarnya ia dan
siapa sebenarnya yang mengatakannya. Sehingga ia berani menantang kepada para
sastrawan hingga cendikiawan untuk membuat satu ayat hingga satu surat seperti
halnya Al Quran. Luar biasanya, tantangan itu disertai jaminan bahwa tidak ada
yang bisa melakukannya. Dan memang betul tidak ada yang mampu menandinginya
hingga kini.
Komentar
Posting Komentar