Sufi yang Haroki


Syaikh Said Hawwa rahimahullah di antara tokoh Ikhwanul Muslimin yang banyak mengkaji tasawuf. Beliau adalah ulama yang adib dan pembaca kitab yang kuat, sufi yang fakih, ahli ibadah, zuhud, setiap hari beliau memakai pakaian yang sangat sederhana dan berbahan kasar. Sering sekali para sahabatnya menasehatinya untuk memakai pakaian yang layak demi kedudukan beliau yang istimewa di tengah umat. Tapi beliau hanya tersenyum dan qonaah dengan apa yang selama ini dipakai.


Hampir semua buku yang beliau tulis adalah perpaduan antara kesufian, kefakihan, dan aktivitas beliau dalam pergerakan Islam. Beliau memandang pentingnya totalitas Islam dalam menjalani kehidupan di dunia. Setidaknya ada 3 judul buku yang sangat kental nuansa kesufian beliau:
1. Tarbiyatuna ar ruhiyah (sebuah pengantar yang padat berisi untuk bimbingan tasawuf para aktivis gerakan Islam)
2. Mukhtakhlas fi Tazkiyatil anfus (sebuah intisari kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Al Ghazali yang ditulis secara apik, ringkas, dan padat)
3. Mudzakiratin fi Manazilis Shiddiqin wal Rabbaniyin (syarah dari kitab Al Hikam Imam Ibnu A'thaillah As Sakandari, betapa beliau menjelaskan alhikam dgn sangat fasih dan menjiwai)

Tasawuf yang beliau jalani adalah tasawuf yang berdasarkan nash atau tasawuf sunni, sebagaimana para pendahulu beliau semisal Imam Junaid Al Baghdadi, Imam Abdul Qadir Al Jailani, Imam Al Ghazali, dan Imam Ibnu A'thaillah As Sakandari rahimahumullah. Beliau menunjukkan keutamaan ilmu tasawuf namun disisi lain beliau tidak menafikan adanya kerusakan yang dilakukan oknum-oknum yang mengatasnamakan tasawuf. Beliau mengatakan:

"Dalam perjalanan sejarahnya, ilmu tasawuf banyak bercampur aduk, lebih dari disiplin ilmu-ilmu keislaman lainnya, dengan berbagai hal yang menjadikannya sebuah misteri dan teka teki. Terkadang ia dijadikan sesuatu yang bukan ilmu dan bukan nash. Bahkan terkadang ia juga diumpamakan semacam ilham yang memiliki kekuatan wahyu dalam menentukan suatu syariat dan ketetapan-ketetapan hukum..... Ilmu yang seharusnya menjadi jalan bagi penerapan nash-nash Alquran dan Hadits, justru berubah menjadi sesuatu yang berada di luar agama, yang melukai hati para fuqaha."

Oleh karenanya beliau merasa terpanggil untuk panjang lebar menulis kitab-kitab yang membahas tasawuf sunni ini, meluruskan yang menyimpang, dan mengembalikan nafas-nafas ruhani yang sesungguhnya, sebagaimana telah digariskan oleh ulama-ulama shalihin, pendahulunya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peran Hadratusy Syaikh Hasyim Asy'ari dalam Perjuangan Bangsa

Manfaat Mempelajari Tafsir Alquran

Akibat Berbuat Zalim

Tiga Sebab Keruntuhan Peradaban Islam di Andalusia

Mengapa Banyak Orang Barat Menjadi Ateis?