Status WA 10


1. Setiap manusia pasti punya kemampuan belajar untuk memahami. Hanya saja ada yang butuh waktu lama, ada yang cepat. Yang butuh waktu lama baru paham, ibaratnya seperti batu yang terus menerus ditetesi air, akan berlubang juga pada akhirnya.

2. “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Alquran maka baginya sepuluh pahala dan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat, dan aku tidak mengatakan alif-lam-mim itu satu huruf, melainkan alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf tersendiri.” (HR. Tirmidzi)

Subhanallah, alangkah banyak pahala yang diperoleh bagi para penghafal Alquran. Dia terus menerus membaca Alquran hingga hafal. Jika dia membaca 1000 huruf saja, maka pahalanya mencapai 100.000. Bagaimana jika 10.000 huruf, 100.000 huruf, dst.? Betapa dahsyat pahala yang bakal mereka terima.

3. Sungguh aneh engkau, saat Allah datangkan kenikmatan padamu lantas engkau merasa diri paling mulia, paling saleh, paling bertakwa. Padahal bisa jadi kenikmatan itu adalah ujian bagimu. “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau berbuat kufur. Siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri. Siapa yang berbuat kufur, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya lagi Mahamulia.” (QS. An Naml: 40)

4. Imam Hasan Al Bashri berkata, “Jika engkau melihat manusia berlomba-lomba dalam masalah dunia, maka saingilah mereka dalam masalah akhirat. Karena sesungguhnya dunia mereka akan hilang sedangkan akhiratmu akan kekal.”

Ada orang yang dunianya tidak dapat, akhiratnya apalagi. Hidupnya banyak di isi oleh dosa dan kesia-siaan. Naudzubillahi mindzalik.

5. Bila doa adalah senjata orang yang beriman, maka sampai kapanpun kita akan selalu membutuhkannya. Di saat berhadapan dengan orang jahat dan ditakuti, kita berdoa. Di saat mengerjakan soal-soal yang sulit, kita berdoa. Imam Ibnu Taimiyah saat tidak bisa memahami suatu persoalan, beliau berdoa: "Ya Allah, Tuhan yang mengajari Adam dan Ibrahim, ajarilah aku." Saat dibakar Nabi Ibrahim As. dibakar Namrudz berdoa, "Cukuplah Allah sebagai penolong dan sebaik-baik pelindung." 

Selalu melibatkan Allah disetiap tempat dan keadaan adalah salah satu bukti keimanan kita kepada Allah Swt.

6. Ada beberapa orang guru yang hingga kini berkesan di hati saya. Dua orang guru SD saya, pak Darwolo yang keras dan tegas, dan pak Gufron yang lembut dan pekerja keras. Lalu ada guru-guru ngaji saya yang mengajari saya membaca Alquran hingga saya merasa bisa menguasainya dengan baik, yakni dari pondok pesantren Hidayatullah. Sabar sekali guru-guru saya ini mengajarkan saya hingga saya merasa terus termotivasi untuk memperbaiki dan membaca Alquran. Lalu ada guru saya almarhum KH. Rahmat Abdullah, walaupun hanya mengikuti beberapa kali pengajiannya tapi saya banyak membaca tulisan-tulisannya. Saya sangat terkesan dengan ceramahnya, betapa berisi dengan nafas-nafas ruhani yang membumi. 

7. Ada sebuah tulisan menarik untuk direnungkan. Inti dari tulisan beliau adalah, untuk menempuh jalan tazkiyatun nafs, tidak cukup hanya dengan mempelajari ilmu-ilmu agama sekalipun ilmu tasawuf. Yang paling utama dan dibutuhkan adalah riyadhah. Yaitu berlatih melakukan amalan-amalan yang membuat jiwanya lurus dan akhlaknya mulia. Misalnya, seorang yang sombong, berlatih menjadi rendah hati dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan rendahan, berpakaian sederhana, hidup sederhana, dst. yang dapat merendahkan dirinya dihadapan orang hingga ada atau tidak adanya pujian, atau bila tetap dihina dia tetap beramal saleh. Atau penyakit banyak bicara, maka dilatih banyak diam dengan memanfaatkan lisannya untuk berdzikir dan matanya untuk ilmu. Wallahu a'lam. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peran Hadratusy Syaikh Hasyim Asy'ari dalam Perjuangan Bangsa

Manfaat Mempelajari Tafsir Alquran

Akibat Berbuat Zalim

Tiga Sebab Keruntuhan Peradaban Islam di Andalusia

Mengapa Banyak Orang Barat Menjadi Ateis?