Bukti Kebenaran Islam
Sudah tidak terhitung jumlah
umat Islam yang hafal Al Quran. Seandainya seluruh Al Quran yang ada di dunia
ini hangus terbakar, Al Quran akan tetap abadi di dalam dada kaum muslimin yang
telah menghafalnya. Sedikit saja kesalahan dalam tulisan atau bacaannya maka
akan dengan mudah diketahui oleh umat Islam yang lainnya. Al Quran dengan
sempurna dan utuh diwariskan turun temurun secara mutawatir. Oleh karenanya
sangat mustahil mereka bersepakat dalam kebatilan.
Ketika Zaid bin Tsabit diminta
melukiskan kesukaran melakukan tugas suci menghimpun Al Quran, ia berkata,
"Demi Allah, seandainya mereka memintaku untuk memindahkan gunung dari
tempatnya, akan lebih mudah kurasa dari perintah mereka menghimpun Al
Quran." Perkataan Zaid ini menunjukkan beban dan tanggung jawab seorang
mukmin terhadap amanah ilmiah. Beliau tidak main-main dalam memperlakukan Al
Quran
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pernah berkata, "Untuk mengkaji satu ayat saja, saya telah membaca 100 kitab tafsir." Tidak hanya itu, bila mendapatkan masalah ilmu yang cukup pelik, maka beliau beristighfar 1000 kali atau berdoa kepada Allah dalam sujudnya, "Ya Allah Tuhan yang mengajari Adam dan Ibrahim, ajarilah aku!"
Ibnu Umar Ra. ketika meriwayatkan hadits Nabi badannya bergetar karena takut kepada Allah jika saja salah meriwayatkan hadits. Padahal beliau adalah anak dari Amirul Mukminin. Disebutkan juga bahwa beliau adalah salah satu sahabat Nabi yang paling berilmu.Ketakutan beliau menunjukkan kehati-hatian beliau terhadap hadits Nabi. Sebagaimana sabda Nabi Saw.: "Barangsiapa yang berdusta atas namaku secara sengaja, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya di neraka." (HR. Bukhari dan Muslim)
Imam Bukhari mengerjakan
shalat istikharah setiap kali akan menulis hadits Nabi. Beliau kerahkan secara
maksimal seluruh potensi yang ada untuk meraih keshahihan hadits. Tidak hanya
ilmu yang melekat di kepalanya, tetapi terlebih bahwa kebenaran itu datangnya
dari Allah Swt. Oleh karenanya beliau memohon petunjuk dan pertolongan kepada
Allah.
Para ulama menghasilkan ilmu jarh wat ta'dil dengan tujuan menjaga kemurnian dan kebenaran Islam. Bila perawinya dhaif maka akan dikatakan dhaif. Bila perawinya shahih maka akan dikatakan shahih. Semuanya tampak jelas rambu-rambunya, bukan hawa nafsu si penilai.
Selama ini kaum orientalis dan sekuler bingung mencari celah atas kesalahan kaum muslimin terhadap ajaran agamanya. Mereka ingin menyerang Al Quran dan Al Hadits tapi serangan itu semakin menunjukkan betapa bodohnya mereka dan semakin menunjukkan bahwa apa yang mereka lakukan bukanlah suatu yang ilmiah.
DR. Edward Said, dalam bukunya yang kesohor, Orientalism, mengatakan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh para orientalis dalam meneliti agama islam, khususnya hadits, bukanlah pekerjaan yang non profit oriented, artinya mereka memiliki tujuan tertentu dengan meneliti agama Islam sedemikian rupa, tujuan itu antara lain adalah mencari kelemahan Islam dan kemudian mencoba menghancurkannya pelan-pelan dari dalam.
Maka tentu saja perbedaannya akan tampak, yaitu antara ulama dengan para orientalis itu. Yang pertama adalah orang yang mampu mengendalikan hawa nafsu. Sedangkan kelompok kedua adalah orang yang memperturutkan hawa nafsu. Buah dari kelompok pertama adalah petunjuk, sedangkan buah dari kelompok kedua adalah kesesatan.
"Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapatkan petunjuk dari Allah sedikitpun..." (QS. Al Qashash: 50)
Komentar
Posting Komentar