Al Ma'tsurat dan Karomah Imam Hasan Al Banna
Tidak syak lagi kehadiran buku ini dan dibaca terus menerus oleh kaum muslimin, bagi saya adalah karomah Imam Asy Syahid, sebagai hidayah bagi kaum muslimin di seluruh dunia.
Al Ma'tsurat pada hakikatnya adalah sebuah kitab yang mencakup banyak doa dan dzikir, tidak hanya wirid pagi dan petang. Di dalam Al Ma'tsurat Imam Hasan Al Banna membuat lima pembahasan:
Qismul Awwal (bagian pertama), Imam Hasan Al Banna memberi judul Al Wazhiifah, yaitu berisi wirid pagi dan sore yang berasal dari Al Quran dan As Sunnah. Inilah yang umumnya beredar dan manusia mengenal dan menyebutnya dengan Al Ma’tsurat. Dan, ini pula yang menjadi pembahasan kami dalam buku ini.
Qismuts Tsaani (bagian kedua), berjudul Al Wirdul Qur’aniy (wirid Al Quran), yaitu berisi wirid-wirid berasal dari ayat-ayat pilihan dari Al Quran.
Qismuts Tsaalits (bagian ketiga), berjudul Ad’iyah Al Yaum wal Lailah (doa-doa sehari-hari siang dan malam), seperti doa bangun tidur, doa berpakaian, dan lainnya.
Qismur Raabi’, (bagian keempat) berjudul Al Ad’iyah Al Ma’tsurah fi Haalat Mukhtalifah (doa-doa ma’tsur pada berbagai keadaan).
Bagian kelima, adalah Wirdul Ikhwan (wirid Al Ikhwan), yaitu wirid-wirid ma’tsur yang anjurkan untuk dibaca oleh para aktifis Al Ikhwan Al Muslimun. Di dalamnya terdapat doa rabithah, dia bukan doa ma’tsur melainkan susunan Imam Hasan Al Banna sendiri, maka jangan sampai ada yang terkecoh.
Semua inilah Al Ma’tsurat itu. Cukup banyak dan panjang, dalam kitab aslinya –khususnya penerbit Maktabah At Taufiqiyah- ada pada hal. 371 – 413, alias memakan 42 halaman dari kitab Majmu’ah Rasail. Sedangkan Al Ma’tsurat yang saat ini beredar dipasaran adalah hanya pada qismul awwal (bagian pertama) saja, yakni terdapat pada hal. 379-388 (hanya sembilan halaman, sudah mencakup wazhifah sughra dan kubra). Mungkin tujuannya biar lebih praktis dan mudah dibawa kemana-mana.
Saudara-saudara saya dari kalangan salafi mengkritik wirid-wirid Al Ma'tsurat karena mencantumkan hadits-hadits lemah, bilangan-bilangan bacaan, misalnya dibaca 3 kali, dibaca 7 kali, dan doa robithoh yang menurut mereka bid'ah yang berasal dari tarekat hashafiyah.
Saya pernah dua kali membaca kitab Al Adzkar karya Imam Nawawi. Kitab ini boleh dibilang kitab induk doa dan dzikir karena memuat banyak sekali doa dari A sampai Z. Saya dapati wirid-wirid di dalam Al Ma'tsurat ada di dalam kitab tersebut. Kalaupun saudara-saudara saya 'membid'ahkan' Al Ma'tsurat, mereka juga seharusnya 'membid'ahkan' kitab Al Adzkar karya Imam Nawawi. Tapi tampaknya tidak mereka lakukan. Mungkin hal ini terjadi karena nama Imam Hasan Al Banna tidaklah sebesar nama Imam Nawawi dalam segi keilmuan seperti penguasaan hadits.
Sedangkan mengenai doa robithoh menurut saya tidak ada yang salah di dalamnya. Doa ini tidak ada salahnya dibaca dan Imam Hasan Al Banna sendiri tidak sedang berdusta dengan mengatakan bahwa doa ini berasal dari Rasulullah Saw. Kalaupun doa ini berasal dari tarekat, maka harus dilihat isi dan maknanya, apakah ada yang menyimpang atau tidak.
Al Ma'tsurat telah menggambarkan kepada saya bahwa gerakan Ikhwanul Muslimin pada hakikatnya adalah gerakan rabbani. Gerakan yang menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan. Gerakan ini bukan semata gerakan pemikiran, tetapi juga gerakan tazkiyatun nafs dengan membiasakan diri membaca wirid-wirid yang ma'tsur. Kader-kadernya tidak hanya berilmu tetapi juga dekat dengan Allah Swt. Tidak hanya fakih tapi juga sufi dalam hakikat yang sebenarnya.
*foto tampak ibu-ibu sedang membaca Al Ma'tsurat
Komentar
Posting Komentar