Menulis Sejarah Artinya Menulis Ilmu Itu Sendiri
Menulis tentang sejarah tidaklah
semudah yang saya bayangkan. Karena menulis sejarah artinya menulis tentang
ilmu itu sendiri. Bukan hanya sekedar mengetahui kapan lahir, kapan mati,
tempat lahir, tempat mati, nama lengkapnya, nama ayah ibunya, tapi
menulis sejarah artinya menulis tentang segala apa yang ada pada dirinya,
termasuk maknanya yang mendalam.
Alangkah inspiratifnya
perkataan Syaikh Muhammad Abu Zahra berikut ini, "Seseorang yang
mempelajari sejarah disiplin ilmu filsafat, berarti ia juga mempelajari isi
ilmu filsafat itu sendii. Jika seseorang mempelajari sejarah ilmu hukum berarti
juga mempelajari ilmu hukum itu sendiri. Bagi mereka yang mempunyai perhatian
serta keinginan mengetahui dasar dan tujuan sebuah ilmu fikih, maka mempelajari
sejarah ilmu fikih berarti juga mempelajari isi ilmu fikih. Sebab sejarah
sebuah disiplin ilmu merupakan bagian dari ilmu itu sendiri." (Syaikh Abu
Zahra, Imam Syafi'i, hal. 15)
Para sejarawan muslim dahulu
kala hingga zaman sekarang adalah seorang ulama yang juga pakar sejarah. Mereka
telah menulis buku-buku besar tentang sejarah, entah itu sejarah tokoh, sejarah
kekhalifahan, sejarah ilmu, dan sebagainya. Sebut saja misalnya Imam Ibnu Jarir
Ath-Thabari, seorang mufassir dan mujtahid mutlak, adalah juga seorang
sejarawan berkat karyanya yang gemilang Tarikh ar-Rusul wa al-Muluk (Sejarah
Para Nabi dan Raja), atau lebih dikenal sebagai Tarikh ath-Thabari.
Kitab ini berisi sejarah dunia hingga tahun 915, dan terkenal karena
keakuratannya dalam menuliskan sejarah Arab dan Muslim. Lalu ada Imam Ibnu Al
Atsir yang menulis kitab al-Kāmil fi t-tarīkh dan Usd
al-Ghabah fi ma’rifati ash-sahabah, Imam Ibnu Katsir menulis kitab sejarah Al-Bidayah
wa an Nihayah, Al-Fusul fi Sirah ar-Rasul, dan Tabaqat
asy-Syafi'iyah. Imam Adz Dzahabi menulis kitab Siyar A’lam
An-Nubala, Imam Jalaluddin As Suyuthi menulis kitab Tarikh Al
Khulafa, dan Imam Ibnu Khaldun menulis kitab Muqaddimah.
Di Indonesia kita mengenal
beberapa nama, di antaranya Prof. Abu Bakar Atjeh, seorang ulama besar dari
Aceh selain menulis buku-buku keislaman, juga menulis buku tentang sejarah,
seperti: Gerakan Salafiyah di Indonesia, Perbandingan mazhab
ahlussunnah, perbandingan mazhab syiah, sejarah ka'bah dan manasik haji,
pengantar sejarah sufi dan tasawuf, sejarah alquran, sejarah hidup KH. Wahid
Hasyim, sekitar masuknya Islam di Indonesia, sejarah filsafat islam.
Ulama lainnya, seperti Prof.
Ali Hasymi menulis buku sejarah masuk dan perkembangan islam di
indonesia, Syeikh Abdurrauf Syiah Kuala ulama negarawan yang bijaksana,
kerajaan saudi arabia, pahlawan-pahlawan yang gugur di zaman nabi, sejarah
kebudayaan islam, aceh merdeka di bawah seri ratu, apa sebab rakyat aceh
sanggup berperang puluhan tahun melawan agresi belanda, iskandar muda meukuta
alam, sumbangan kesustraan aceh dlm pembinaan kesustraan indonesia.
Lalu ada Prof. HAMKA ketua MUI
periode pertama yang juga sastrawan dan sejarawan. Beliau adalah pencetus
"teori makkah" yang telah menjadi rujukan kaum sejarawan baik muslim
maupun orientalis. Yaitu teori yang menyebutkan bahwa awal masuknya berasal
dari Makkah sekitar abad ke 7 M. Namun anehnya walaupun mempunyai bukti yang
kuat dan otentik, buku-buku pelajaran sekolah banyak mengadopsi pemikiran
orientalis, Snouck Hurgronje yang menyebutkan bahwa Islam di Indonesia datang
dari pedagang-pedagang Gujarat. Lalu ada Prof. Ahmad Mansur Suryanegara, guru
besar sejarah UNPAD yang mempunyai semangat keislaman dengan menulis buku Menemukan
Sejarah dan Api Sejarah.
Mereka menulis tentang sejarah
ulama A, maka mereka sangat paham betul tentang pemikiran ulama A tersebut.
Mereka menulis sejarah perkembangan ilmu hadits, mereka paham betul tentang
riwayah dan dirayah hadits. Mereka menulis sejarah perkembangan ilmu tafsir,
mereka paham betul asbabun nuzul-nya, nasikh mansukh-nya,
sanadnya, adabnya, makna-maknanya, baik yang berhubungan lafadz-lafadznya
maupun yang berhubungan dengan hukum-hukumnya, dan sebagainya.
Jadi, bila ada yang ingin
menulis buku sejarah, adalah sangat kurang bila kita tidak memahami seluk beluk
pemikiran sejarah yang kita tulis itu sendiri. Karena sejarah artinya ilmu itu
sendiri.
Komentar
Posting Komentar