Jihad Pena Melawan Kezaliman
Situs-situs
islam diblokir. Beberapa FB atau fanpage yang kritis kepada pemerintah juga
ikut diblokir. Melihat kezaliman yang dilakukan musuh-musuh Islam di negeri
ini, membuat tangan ini merasa gatal untuk terus menulis menyuarakan kebenaran.
Saya
pernah hidup di akhir masa kepemimpinan Soeharto, BJ Habibie, Gus Dur,
Megawati, SBY, dan Jokowi. Dan saya melihat era Jokowi yang baru seumur jagung
sangat terasa permusuhannya kepada rakyat pada umumnya dan umat Islam pada
khususnya. Banyak kasus yang tidak perlu saya sebutkan satu persatu
karena hampir semua kita sudah mengetahuinya. Buktinya menurut survei indonesia
monitoring development, rakyat menginginkan Jokowi lengser. Ini membuktikan
rakyat sudah muak dengan rezim saat ini.
Tapi
saya harus akui tidak mudah untuk konsisten dan banyak menulis. Saya menghadapi
dua masalah: Pertama, terkait wawasan. Saya hanya menulis apa
yang saya ketahui dan pahami. Sehingga sudah pasti tulisan yang saya buat tidak
terlalu banyak disebabkan keterbatasan wawasan saya dalam banyak hal. Kedua, masalah
waktu. Agar tidak mengganggu dan terganggu dalam menulis, saya biasa menulis di
tengah malam atau saat anak-anak saya tidur. Jadi waktu saya menulis juga
terbatas.
Saya
berpikir, ditengah keterbatasan saya ini, pasti banyak muslim yang memiliki
semangat seperti saya. Bahkan mereka lebih fakih daripada saya yang dhoif ini.
Umat ini harus disadarkan betapa pentingnya memiliki kemampuan menulis dan
rajin menulis pada tema-tema yang bermanfaat bagi umat. Karena, pena-pena
mereka pada hakikatnya sama seperti senjata kaum mujahidin di medan jihad.
Tinta muslim yang peduli kepada Islam dan umatnya sejajar dengan darah para
syuhada.
Bila
rezim ini menutup situs-situs islam sehingga umat terhalang dari mendapatkan
informasi keislaman, maka kita secara pribadi bisa tampil mengisi kekosongan
ini. Misalnya dengan menulis di blog dan mensharenya ke banyak orang. Mati satu
tumbuh seribu. Satu situs Islam diblokir, seribu situs islam akan hadir.
Jangan
biarkan rezim ini menghentikan dakwah kita. Karena yang menghentikan dakwah
kita hanyalah kematian. Selain itu tidak boleh ada.
Komentar
Posting Komentar