Hikmah Gempa Di Nepal
Saya
mendapatkan foto ini dari seorang teman yang mensharenya di FB. Terkait dengan
kejadian gempa Nepal beberapa hari yang lalu. Kabarnya, menurut data terakhir
yang saya lihat di TV One, jumlah korban tewas mencapai 5600 orang. Tapi
kemungkinan besar terus bertambah karena orang yang belum ditemukan tidak
dimasukkan ke dalam korban tewas.
Menurut
berita yang banyak di share di FB tersebut, beberapa hari sebelum terjadinya
gempa hebat tersebut, di adakan upacara pembantaian hewan terbesar di dunia
dalam rangka suatu upacara persembahan kepada dewa-dewa di Nepal. Jutaan
pemeluk agama Hindu berduyun-duyun mendatangi lokasi upacara yang digelar tiap
lima tahun sekali di Kuil Gadhimai, Dewi Kekuatan, di Bariyarpur, Nepal. Lebih
dari 250.000 hewan dibariskan untuk dilakukan pembantaian di acara tersebut.
Festival tersebut diakhiri dengan ritual membunuh 5000 kerbau. Ritual itu
selesai dilakukan selama dua hari. Hewan-hewan tersebut tidak untuk dikonsumsi,
melainkan untuk dijadikan sesajen bagi dewa-dewa mereka.
Membaca
berita di atas membuat saya tidak habis pikir. Betapa ngerinya. Betapa dahsyatnya
pembantaian tersebut. Dan lebih dahsyat lagi, jutaan orang menyaksikannya
secara langsung, tidak merasa apa yang mereka lakukan adalah perbuatan yang
sangat buruk. Setiap lima tahun sekali mereka melakukannya. Awalnya tidak
terjadi apa-apa atas diri mereka. Mereka anggap dewa-dewa mereka senang
menerimanya. Kemudian mereka melakukannya lagi dan lagi dengan penuh suka cita,
tanpa merasa bersalah. Padahal Allah sedang memasukkan mereka ke dalam
istidraj. Sehingga ketika masanya tiba, Allah mengazab mereka tanpa mereka
sadari kedatangannya.
Rasulullah
Saw. bersabda, “Jika kamu melihat (suatu keadaan di mana) Allah
memberikan kenikmatan dunia pada seorang hamba karena kemaksiatannya, maka hal
itu merupakan istidraj.”Kemudian beliau membaca ayat: “Maka tatkala mereka
melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan
semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira
dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan
sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS.
Al-An’am: 44) (HR. Ahmad dan Ath-Thabari)
Allah
Swt. berfirman,
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي
النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Ruum: 41).
Menurut
Ibnu Zaid, yang dimaksud kerusakan di darat dan dilautan adalah dosa. Dalam
bahasa Arab, agar adalah “li” atau huruf lam untuk
menunjukkan makna akibat. Jadi, makna kerusakan pada bagian pertama adalah
kekurangan, keburukan, dan penderitaan yang diturunkan oleh Allah di bumi
karena perbuatan maksiat hamba-Nya.
Mujahid
Ra. berkata, “Sesungguhnya binatang ternak melaknat ahli maksiat dari keturunan
Adam. Jika paceklik menimpa dan hujan tidak turun mereka berkata, ‘Ini akibat
maksiat yang dilakukan oleh keturunan Adam’.”
Ikrimah
Ra. berkata, “Binatang melata dan serangga di bumi hingga kumbang kelapa dan
kalajengking berkata, ‘Kami tidak merasakan walau hanya setetes hujan karena
dosa-dosa keturunan Adam’.” (Dikutip dari Kitab al-Jawabul Kafi Liman
Saala Anid Dawaaisy Syafi karya Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah).
Demikianlah para binatang itu.
Mereka tidak bisu terhadap kezaliman yang dilakukan oleh manusia. Hanya saja
mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Bukan mereka yang menghukum manusia atas
kezaliman terhadap diri mereka. Allah-lah yang akan turun tangan langsung
menghukum manusia yang zalim tersebut. Bila ada orang yang masuk neraka
gara-gara berbuat zalim kepada seekor anjing, sebagaimana sebuah hadits
menyebutkan, apatah lagi ratusan ribu hewan dibantai dan disiksa sedemikian
rupa!
Komentar
Posting Komentar