Bukti Keberkahan Tanah Suci: Sebuah Pengalaman Spiritual

Beberapa hari yang lalu saya menonton acara empat mata-nya Tukul yang menghadirkan bintang tamu ust. Subki Al Bughuri.

Ust. Subki menceritakan sebuah pengalaman spiritualnya. Saat di Masjidil Haram, beliau melihat seorang pria yang menurut pandangannya masih muda usia tapi pria tersebut shalat sambil duduk di atas kursi. Apa yang terjadi kemudian? Buruk sangkanya itu terhadap pria tersebut ternyata mengakibatkan beliau tidak dapat berjalan selama dua bulan. Di masa itu beliau hanya bisa shalat sambil duduk.

Ceritanya, saat tiba kembali ke Indonesia, ust. Subki rindu mengendarai motornya. Lalu kemudian beliau mengendarainya. Saat di perjalanan itu ia mengalami kecelakaan fatal yang mengakibatkan dirinya tidak bisa berdiri dan terpaksa kalau shalat sambil duduk. Karena kejadian itu, ia pun teringat dengan buruk sangkanya kepada pria muda yang shalat sambil duduk. Kini ia pun shalat sambil duduk. Tidak tanggung-tanggung 2 bulan lamanya.

Kisah di atas mengingatkan saya pada kejadian yang saya alami ketika berada di tanah suci. Pada saa akan berangkat dari Madinah menuju Makkah, saya menderita sakit perut yang hebat. Entah berapa kali saya BAB. Hal itu sangat mengganggu aktivitas saya dalam beribadah. Tapi saya hanya bisa pasrah setelah sebelumnya minum obat.

Sesampainya di Makkah alhamdulillah saya sembuh dari sakit perut saya. Saya dan rombongan umrah saya berangkat dari hotel menuju Baitullah menggunakan bis. Kami berdesak-desakan di dalamnya. Karena lebih dahulu masuk, saya mendapat tempat duduk. Ketika bis akan berangkat, saya lihat hanya saya yang masih muda duduk di kursi penumpang. Sementara ibu-ibu tua muda banyak yang berdiri. Ada perasaan saya ingin berbagi kursi dengan ibu yang berdiri di sebelah saya. Tapi keengganan saya ternyata jauh lebih besar. Saya merasa baru sembuh dari sakit. Jadi sudah selayaknya saya mendapat tempat duduk itu.

15 menit kemudian kami tiba di masjidil haram. Saat berjalan tak seberapa jauh dari tempat pemberhentian bis menuju masjid, saya merasa perut saya mulas-mulas. Sakit perut itu kembali menyerang saya! Sejak saat itulah saya kembali menderita sakit perut hebat. Seperti yang pernah saya alami sebelum berangkat dari hotel ke masjid.

Hanya karena 15 menit tidak mau berbagi tempat duduk. Hanya karena pikiran negatif saya; saya orang yang layak dikasihani karena baru sembuh. Namun akibatnya saya harus terkapar tak berdaya di tempat tidur. Sepulang dari Umrah, saya beristirahat seharian di hotel; tidak beribadah dan shalat berjamaah di masjidil haram! Padahal sebelumnya saya ingin sekali beri'tikaf di masjid, berlama-lama bermunajat di depan multazam. Saya pun teringat dengan kejadian di bis tadi. Saya hanya bisa beristighfar kepada Allah sambil memegang perut saya yang sakit.

Keesokan harinya saat jam sarapan pagi, saya bercerita kepada pembimbing umrah saya jika saya sakit perut lagi. Beliau menasehati saya untuk bersabar, shalat dan memperbanyak doa di Baitullah serta meminum air zam zam sambil memohon kesembuhan dari Allah.

Entah kenapa saya merasa nasehat itu begitu meresap ke dalam hati saya sehingga saya pun berdoa, "Ya Allah, saya tidak akan pulang ke hotel sebelum Engkau menyembuhkanku." Doanya mungkin terlihat rada-rada maksa, tapi itulah tekad saya; keyakinan saya bahwa Allah pasti mendengar dan mengabulkan doa saya.

Selepas sarapan pagi itu saya langsung berangkat menuju Baitullah dengan berjalan kaki. Lebih melelahkan daripada saya naik bis tapi lebih cepat sampai.

Di masjid saya sibukkan dengan beribadah. Bila sudah bosan, saya minum zam zam. Kemudian beribadah kembali. Kemudian minum zam zam kembali. Sambil diselingi acara menuju toilet untuk mengurangi sakit perut saya. Sesekali berjalan-jalan melihat-lihat masjidilharam. Alhamdulillah selepas ashar, dengan izin Allah sakit perut saya hilang. Saya pun kembali ke hotel sekedar untuk makan, setelah itu kembali lagi ke masjid.

Demikianlah satu pengalaman ruhani saya ketika berada di Makkah. Sebenarnya masih ada pengalaman-pengalaman lainnya. Tapi cukup satu kisah itu dulu yang ingin saya ceritakan. Hikmahnya, sesungguhnya tanah suci (Makkah dan Madinah) adalah tanah yang diberkahi, tempat yang mustajab, karenanya berpikir positiflah selama berada di dalamnya, perbanyak amal saleh baik kepada Allah maupun kepada manusia. Jangan sungkan-sungkan untuk berbagi kepada sesama. Iringilah segera amal keburukan dengan kebaikan agar segera terhapus amal keburukan itu.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peran Hadratusy Syaikh Hasyim Asy'ari dalam Perjuangan Bangsa

Manfaat Mempelajari Tafsir Alquran

Akibat Berbuat Zalim

Tiga Sebab Keruntuhan Peradaban Islam di Andalusia

Mengapa Banyak Orang Barat Menjadi Ateis?