Islam Sebagai Solusi Problematika Kehidupan
"Ketika saya sedang
menulis, saya membagi pikiran dan perasaanku ke dalam dua bagian: Satu bagian
berupaya mengenal realitas Islam dengan teliti, yaitu kondisi-kondisi yang
nampak maupun tersembunyi dari umat kita, dan yang lainnya menyerap arahan-arahan
Islam yang sifatnya menyembuhkan penyakit dan memperkuat keberadaan Islam.
Dalam pengenalan itu saya
mencoba memilah penyakit-penyakit warisan dari luar sehingga saya tidak sesat
jalan. Saya tidak akan kompromi dengan berbagai jenis penampilan-penampilan
serupa yang ingin menipuku sehingga saya tidak mampu mengetahui virus-virusnya
yang beragam!
Dan dalam upaya mencari obat,
saya membedakan ajaran Islam yang berasal dari sumber-sumbernya yang ma'shum
dengan perjalanan sejarahnya yang mengalami pasang surut, baik sejarah itu
sifatnya politis maupun kebudayaan." (Syaikh Muhammad Al Ghazali
rahimahullah)
Kata-kata di atas adalah
sebuah renungan yang menusuk relung hati saya. Yang membuat saya menyadari
kesalahan saya selama ini. Tentang betapa malasnya saya dalam menuntut ilmu.
Tentang waktu yang banyak terbuang untuk hal-hal yang mubah, makruh hingga yang
diharamkan-Nya. Padahal kewajiban lebih banyak daripada waktu yang
tersedia.
Betapa bodohnya diri saya!
Saat saya mengetahui problematika di dunia modern saat ini, saya tidak dapat
menunjukkan kegemilangan Islam dengan memberikan solusi terhadap problematika
itu. Karena, saya tidak banyak mengetahui ajarannya! Bahkan mungkin pengetahuan
saya tentang diluar Islam jauh lebih banyak daripada ajaran Islam itu sendiri.
Maka, bagaimana mungkin yang banyak menggeser yang sedikit! Atau yang sedikit
menutupi yang banyak! Bagaimana mungkin saya dapat menunjukkan kegemilangan
Islam sementara saya sendiri tidak mengetahui apa yang ada di dalam Islam! Tidak
menghafal ayat-ayat-Nya dan Sunnah Nabi-Nya! Malas membaca sejarah dan khazanah
ilmu yang ada padanya!
Akibat dari kebodohan akan
sumber-sumber Islam, kita tidak mampu berpikir kritis. Kita hanya
berputar-putar mencari solusi pada peradaban yang bukan bersumber dari Islam.
Padahal peradaban itu sedang bermasalah. Bahkan ada yang mengatakannya sedang
kritis!
Orang-orang saleh dari
kalangan ulama begitu mudahnya mensitir suatu ayat atau hadits untuk dijadikan
solusi dan inspirasi terhadap problematika yang ada sehingga tampak wujud
kegemilangan Islam. Bahwa ternyata peradaban Islam jauh lebih unggul, jauh lebih
komprehensif daripada peradaban selainnya. Sehingga umat kemudian menyadari
kekeliruannya selama ini.
Rasulullah Saw. bersabda, "Didiklah anak-anakmu dengan tiga hal: mencintai Nabimu, mencintai keluarganya dan membaca Al-Qur'an. Sebab, orang-orang yang ahli Al-Qur'an itu berada dalam lindungan singgasana Allah pada hari tidak ada perlindungan selain daripada perlindungan-Nya beserta para Nabi dan orang-orang yang disucikan-Nya." (HR. Thabrani)
Dr. Abdullah Nashih Ulwan menjelaskan kandungan hadits ini dalam buku Tarbiyatul Aulad fil Islam jilid 1, "Rahasianya adalah agar anak-anak mampu meneladani perjalanan hidup orang-orang terdahulu, baik mengenai gerakan, kepahlawanan maupun jihad mereka; agar mereka juga memiliki keterkaitan sejarah, baik perasaan maupun kejayaannya; dan juga agar mereka terikat dengan Al-Qur'an baik semangat, metode maupun bacaannya."
Salah
seorang sahabat Nabi yang bernama Sa'ad bin Abi Waqqash juga berkata,
"Kami mengajar anak-anak kami tentang peperangan Rasulullah Saw. sebagaimana
kami mengajarkan surah Al-Qur'an kepada mereka."
Filsuf muslim kenamaan, Imam
Al-Ghazali di dalam kitabnya, Ihya Ulumuddin, memberikan wasiat
sebagai berikut, "Dengan mengajarkan Al-Qur'an Al-Karim kepada anak-anak,
hadits-hadits, hikayat orang-orang baik, kemudian beberapa hukum agama."
Sejarawan terkemuka, Imam Ibnu
Khaldun, di dalam Muqadimah-nya, mengisyaratkan akan pentingnya
mengajarkan dan menghafalkan Al-Qur'an kepada anak-anak. Ia juga menjelaskan
bahwa pengajaran Al-Qur'an merupakan dasar bagi seluruh kurikulum sekolah di
berbagai dunia Islam. Sebab, Al-Qur'an merupakan salah satu syiar agama yang
dapat menguatkan akidah dan keimanan.
Ahli kedokteran muslim
terkemuka, Ibnu Sina, dalam buku As-Siyasah memberikan nasihat
agar seorang anak sejak kecil sudah mulai diajari Al-Qur'an. Hal ini
dimaksudkan agar ia mampu menyerap bahasa Al-Qur'an serta tertanam dalam hati
mereka ajaran-ajaran tentang keimanan.
“Hai manusia, sesungguhnya
telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Rabbmu (Muhammad dengan mukjizatnya)
dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (al-Qur’an).” (QS. Al-Nisa’:174).
Maka,
untuk meraih kegemilangan itu, mau tidak mau kita harus terus berinteraksi
dengan ajaran agama kita. Karena disanalah sumber kegemilangan dan kejayaan.
Tidak ada kata terlambat untuk memulai mempelajarinya. Mari kita mulai dari Al
Quran, kemudian As Sunnah, kemudian sejarah Islam. Setelah makna-makna
ketiganya melekat pada diri kita, maka akan dengan mudah kita memberikan solusi
atas setiap problematika yang ada dengan solusi yang benar dan tepat.
Komentar
Posting Komentar