Dahsyatnya Amal Seorang Mukmin (1)
Bila
membaca sejarah Nabi Saw., para sahabatnya, orang-orang saleh, dan para
syuhada, membuat saya berpikir, betapa dahsyatnya amal seorang mukmin.
Keimanan
mengobarkan semangat mereka dalam beramal. Mereka tidak dapat melihat Allah,
tapi mereka meyakini bahwa Allah ada. Patuh dan taat dalam menjalankan
perintah-Nya.
Sekalipun
mereka tidak pernah melihat Rasulullah Muhammad Saw., mereka beriman kepadanya,
yakin bahwa mengikuti sunnah Nabi adalah jalan terbaik; keselamatan dunia dan
akhirat. Meskipun jarak mereka hidup dengan Nabi sangatlah jauh namun hati
mereka dekat dengan Nabi. Bahkan merindukan pertemuan dengan Nabi.
Mereka
belum pernah melihat surga tapi sangat ingin masuk ke dalamnya. Mereka juga
belum pernah melihat neraka tapi sangat ingin menjauh darinya. Walaupun belum
pernah melihat surga dan neraka, mereka meyakini keduanya ada.
Mereka
juga meyakini adanya malaikat pencatat amal baik dan amal buruk. Padahal mereka
tidak melihatnya sama sekali. Keimananlah yang membuat mereka sadar bahwa para
malaikat itu ada dan karenanya mereka terus berusaha agar catatan amal baik
mereka jauh lebih banyak daripada amal keburukan mereka.
Merekalah
yang terdepan dalam amar ma'ruf
nahi munkar, menyeru pada kebaikan
dan mencegah kemungkaran walaupun nyawa taruhannya, di depan mereka terdapat
seorang penguasa zalim, dan mendapat kebencian orang-orang sombong.
Merekalah
yang terdepan dalam beribadah. Mereka mendirikan shalat fardhu, sangat rajin
mengerjakan shalat sunah, berpuasa dibulan ramadhan dan puasa sunah dihari-hari
yang lain. Bibir mereka tidak jauh dari zikir, tilawah dan dakwah. Kondisi
mereka ibarat fursanun fin nahar
war ruhbanun fil lail, siangnya
ibarat singa (berjihad, mencari nafkah, dan aktivitas duniawi yang bermanfaat),
malamnya ibarat rahib (beribadah dengan penuh kekhusyuan). Bila mereka selesai
satu urusan, mereka beralih pada urusan bermanfaat lainnya; faidza faraghta fanshab wa ila raabbika farghab. Bila orang kafir beribadah seminggu sekali
selebihnya untuk aktivitas duniawi, maka orang yang beriman beribadah
menyucikan jiwa mereka setiap hari bahkan setiap waktu. Oleh karena itu, tidak
mungkin sama jiwa-jiwa mukmin dengan jiwa-jiwa kafir.
Merekalah
yang terdepan dalam ilmu dan prestasi. Mereka meyakini bahwa menuntut ilmu
adalah perintah agama oleh karenanya memiliki banyak sekali keutamaan baik di
dunia maupun di akhirat. Bila orang kafir menganggap menuntut ilmu tidak ada
sangkut pautnya dengan agama; tidak ada sangkut pautnya dengan pahala, maka
tidak bagi seorang mukmin. Oleh karena itulah, bagi seorang mukmin
lembaran-lembaran pengetahuan yang mereka baca dan majelis-majelis ilmu yang
mereka ikuti dipenuhi dengan taburan pahala. Bahkan bila mereka mati saat
menuntut ilmu akan diganjar dengan surga. Siapa yang tidak mau?
Mereka
terdepan dalam akhlakul karimah. Islam berkembang pesat bukan karena pemberian uang
kepada orang kafir agar mau masuk Islam. Atau memaksa mereka dengan kekerasan.
Tetapi Islam tersebar karena keindahan akhlak yang diperagakan kaum mukminin.
Sangat jauh berbeda dengan umat agama lain dalam menyebarkan agamanya yang
sering menghalalkan segala cara.
Seorang
suami yang mukmin sangatlah baik memperlakukan istrinya. Begitupun sebaliknya.
Orangtua yang mukmin berakhlak baik dalam memperlakukan anak-anaknya. Tidak
dengan cara kekerasan melainkan dengan hikmah dan kasih sayang. Hingga kepada
orang kafir pun Islam memancarkanakhlakul karimah.
Komentar
Posting Komentar