Mengapa Turki Membuka Kembali Kedutaan Besar Israel?

Kompensasi dari dibukanya kembali kedutaan besar Israel di Turki adalah:
Pertama, Israel meminta maaf kepada keluarga korban mavi marmara.
Kedua, Israel membayar 20 juta dolar atau sekitar 260 milyar rupiah untuk keluarga korban mavi marmara.
Ketiga, Turki akan bebas memberikan bantuan kepada rakyat Gaza. Tahap pertama, pada awal juli lalu Turki sudah memberikan 11 ribu ton bantuan pangan. Selanjutnya Turki akan membangun fasiltas-fasilitas di Gaza seperti pembangkit listrik, pabrik pengolahan air minum, termasuk kontruksi pembangunan rumah tinggal dan 200 tempat tidur untuk rumah sakit persahabatan Turki-Palestina. Agen Pembangunan dan Kerjasama Internasional Turki (TIKA) meluncurkan proyek senilai 13 juta dolar untuk membangun 320 unit rumah di Jalur Gaza untuk warga Palestina yang rumahnya dihancurkan pada 2014 oleh Zionis Israel.
Saya menyebut upaya Turki untuk membantu rakyat Gaza sebagai "jalur turki". Setelah sebelumnya banyak bantuan dikirim lewat "jalur mesir" tapi tampaknya pemerintah Mesir sekarang tidak menyukai rakyat Gaza. Bantuan pun tersendat alias tidak bebas masuk. Jadi,dengan dibukanya "jalur Turki" ini, rakyat gaza dapat "hidup" kembali.
Mengapa bantuan lewat Rafah Mesir sulit dilakukan? Junta militer Mesir “lebih dekat kepada Israel ketimbang Hamas” dan mereka “akan semakin menekan Jalur Gaza lebih dari yang dibutuhkan,” ungkap perwira senior Israel, seperti dikutip dari kantor berita Safa.
Pernyataan perwira senior ini pertama kali dirilis oleh Majalah The Economist dan beberapa media Israel. “Permusuhan rejim Mesir atas Hamas lebih besar dari permusuhan Israel atas gerakan Islam itu,” tuturnya. Jadi, bantuan via jalur mesir hampir tidak bisa diharapkan untuk saat ini.
Membiarkan penduduk Gaza yang sedang kesulitan tanpa bantuan, sama saja membunuhnya perlahan-lahan. Blokade yang dilakukan pemerintah Israel di Jalur Gaza telah berlangsung selama satu dekade. Menurut badan PBB, United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East (UNRWA), blokade tersebut telah merusak perekonomian di wilayah tersebut dan menyebabkan tingginya tingkat pengangguran.
"Blokade ketat pergerakan barang dan orang masuk serta keluar Gaza tak hanya menghancurkan ekonomi yang berbasis perdagangan di wilayah tersebut, mereka juga bertanggung jawab atas meningkatnya pengangguran, kemiskinan dan kerawanan pangan," ujar laporan tersebut.
Seperti dilansir Middle East Monitor, laporan juga mengatakan blokade berkontribusi pada depresi, putus asa dan pengukungan, khususnya di kalangan kaum muda. Blokade menurut UNRWA juga menambah biaya bagi organisasi kemanusiaan yang beroperasi di Gaza.
Umat Islam di seluruh dunia sudah seharusnya terpanggil untuk membantu saudara-saudara mereka di Gaza. Dan salah satu negara yang merasa terpanggil untuk itu adalah Turki. Turki tahu kondisi Gaza saat ini benar-benar dalam kondisi darurat. Mereka berpikir apa yang bisa mereka lakukan untuk membuka blokade ini. Pada akhirnya mereka membuka kembali kedutaan besar Israel di Turki. Tujuannya tidak lain adalah untuk rakyat Palestina itu sendiri.
Maroji:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peran Hadratusy Syaikh Hasyim Asy'ari dalam Perjuangan Bangsa

Manfaat Mempelajari Tafsir Alquran

Akibat Berbuat Zalim

Tiga Sebab Keruntuhan Peradaban Islam di Andalusia

Mengapa Banyak Orang Barat Menjadi Ateis?