ERDOGAN dan IKHWANUL MUSLIMIN

Sudah bukan menjadi rahasia lagi, betapa kuat dukungan Erdogan terhadap Mursi dan Ikhwanul Muslimin. Bisa dikatakan, beliau adalah kepala negara yang memberikan dukungan paling kuat dibanding kepala negara lainnya. Empat jari sebagai simbol rabiah sering ditunjukkan Erdogan dihadapan para pendukungnya. Pemandangan ini tentu saja menjadi perhatian banyak kalangan, tidak sedikit para cendikiawan, keterkaitan antara Erdogan dengan Ikhwanul Muslimin. Apakah Erdogan seorang kader Ikhwanul Muslimin?
Dulu saya pernah membaca, menurut seorang profesor dari Amerika Serikat, Erdogan adalah anggota Ikhwanul Muslimin. Saya juga membaca, Erdogan sudah menjalin komunikasi dengan kader-kader Ikhwanul Muslimin di masa mudanya. Saya berpikir, Erdogan mempunyai hubungan yang erat dengan Ikhwanul Muslimin. Erdogan mungkin membaca karya-karya ulama Ikhwan. Sedangkan apakah Erdogan adalah seorang kader Ikhwanul Muslimin, saya masih kurang yakin. Pertama, tidak seperti Ikhwanul Muslimin di negara-negara Timur Tengah lainnya yang eksis dan terus berkembang, saya belum mendengar tentang sejarah Ikhwanul Muslimin di Turki.
Mungkin keadaannya seperti apa yang terjadi di Pakistan, di mana Ikhwanul Muslimin bergerak pasif. Alasannya karena di sana ada harokah yang memiliki banyak kesamaan pemikiran. Yaitu harokah Jamaat Islami yang didirikan oleh Abul A'la Maududi. Hubungan kedua harokah ini terjalin sangat erat. Ikhwanul Muslimin menganggap dirinya bagian dari Jamaat Islami. Begitupun sebaliknya. Sewaktu Abul A'la Maududi wafat, yang menjadi imam shalat jenazah adalah Syaikh Yusuf Al Qaradhawi yang notabene seorang kader Ikhwanul Muslimin.
Saya melihat, apa yang terjadi di Turki pun demikian karena di sana ada harokah yang memiliki kesamaan pemikiran dengan Ikhwanul Muslimin. Yaitu, jamaah Nursiyah yang dipimpin oleh Badiuzzaman Said Nursi. Nursi pernah berkirim surat kepada al-Banna. Sebuah surat yang konon jadi ingatan penting pengikut Nursi di kemudian hari soal ukhuwah islamiyyah.
“Kami adalah Ikhwan kalian di Turki!” sebut Nursi dalam salah satu kalimatnya kepada sang pendiri Ikhwanul Muslimin.
Dalam konferensi keislaman, slogan senada didengungkan para jamaah pengkaji pemikiran Nursi (Jemaah Nur) ketika bertemu para aktivis Ikhwan, seperti “Kita bersaudara”, “Kita satu”, “kita sama”.
Dalam makalahnya yang bertajuk "Pemikiran Pembaharuan Agama dan Sosial Badiuzzaman Said Nursi", Rose Familia Octaviani (2014) dari Program Pascasarjana Studi Kajian Timur Tengah dan Islam UI mencatat begini:
"Kenyataannya memang Said Nursi menaruh perhatian besar kepada gerakan Ikhwanul Muslimin. Nursiyyah dan IM diekspresikan oleh Badiuzzaman Said Nursi dengan cara yang spesial, beliau berkata: '…keduanya adalah kebetulan yang mutual dan 2 komunitas yang bersahabat'.
Dapat dipahami dari perkataannya bahwa kedua gerakan ini ia melihat adanya kesamaan kedua gerakan ini dan adanya rasa respek terhadap Ikhwanul Muslimin. Kedua gerakan lahir seperti dua saudara kembar. Musim semi tahun1928, bagian pertama karya Risalah An-Nur berhasil dikumpulkan disuatu tempat di Anatolia dan murid-murid Nursi baru mulai berkumpul bersama, disaat bersamaan, Ikhwanul Muslimin muncul di Mesir. Baik Said Nursi maupun Hasan Al-Banna sama-sama melihat adanya problem yang mengancam nilai-nilai keislaman. Sebagaimana Said Nursi yang berjuang menyelamatkan iman umat Islam, Hasan Al-Banna melakukan dakwah dari lingkaran-lingkaran kecil; individu (lewat kafe-ke-kafe), keluarga (usroh) lalu menuju lingkaran yang lebih besar yaitu masyarakat."
Sebagaimana yang telah disebutkan oleh Maryam Jameelah dalam bukunya "Para Mujahid Agung", "Tidaklah keterlaluan untuk mengatakan bahwa apa saja keimanan Islam yang masih ada di Turki pada saat ini adalah atas usaha tanpa kenal lelah dari Badiuzzaman Said Nursi." Para Islamis di Turki dewasa ini telah banyak terwarnai oleh pemikiran Said Nursi. Karena, Nursi lebih banyak bergerak secara kultural sehingga cakupan dakwahnya bisa lebih luas mempengaruhi orang tanpa tersekat oleh nama organisasi.
Jadi, apa yang terjadi selama ini, hubungan antara Erdogan dan Ikhwanul Muslimin, dapat dilihat jauh-jauh hari. Bahwa Jamaah Nursiyah yang menjadi pergerakan Islam terbesar di Turki dan banyak mewarnai pemikiran para islamis di Turki, memiliki hubungan yang erat dengan Ikhwanul Muslimin. Hubungan yang begitu erat antara Jamaah Nursiyah dengan Ikhwanul Muslimin pada akhirnya mencipta suasana kedekatan keduanya hingga kini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peran Hadratusy Syaikh Hasyim Asy'ari dalam Perjuangan Bangsa

Manfaat Mempelajari Tafsir Alquran

Akibat Berbuat Zalim

Tiga Sebab Keruntuhan Peradaban Islam di Andalusia

Mengapa Banyak Orang Barat Menjadi Ateis?