Menjadikan Kritikan dan Hinaan Sebagai Cambuk Penyemangat
Suatu
saat ketika masih kecil, Malik bin Anas bersama dengan saudaranya berbincang
dengan sang ayah. Saat itu sang ayah bertanya kepada keduanya mengenai ilmu.
Ternyata Malik bin Anas menjawab dengan jawaban yang salah sedangkan saudaranya
menjawab dengan jawaban yang benar.
“Merpati
telah melalaikanmu dari menuntut ilmu!” kata sang ayah kepada Malik bin Anas.
Imam
Malik pun amat tersinggung dengan nasehat itu, hingga akhirnya ia memilih untuk
menghabiskan waktunya untuk berguru kepada Ibnu Hurmuz selama tujuh
tahun.
Agar
tidak terganggu belajarnya dengan Ibnu Hurmuz, Malik bin Anas pun memberi para
pembantu Ibnu Hurmuz korma dan mengatakan kepada mereka, "Jika ada yang
bertanya kepada kalian mengenai syeikh, katakana bahwa ia sedang sibuk”.
Akhirnya,
karena ketekunan Malik bin Anas dalam menuntut ilmu ia pun menjadi mujtahid
besar pengasas madzhab Maliki yang diikuti madzhabnya oleh ribuan ulama besar.
(lihat, Tartib Al Madarik, 1/55)
Bagi
orang yang pesimis dan lemah, segala kritikan, nasehat, bahkan hinaan hanyalah
menambah pesimis dan kelemahannya. Apa yang dikatakan orang lain kepada dirinya
dianggap sebagai kejelekan dirinya. Bahwa ia tidak bisa berbuat lebih baik
lagi.
Bagi
orang yang optimis dan bersemangat, segala kritikan, nasehat, bahkan hinaan
bisa menjadi energi untuk tampil lebih baik dari hari ke hari. Merekalah yang
telah berikrar dan berteguh hati memberi yang terbaik dalam hidup ini. Dulu
miskin dihina sekarang kaya raya dipuji. Dulu bodoh di ejek sekarang pandai
dihargai.
Komentar
Posting Komentar