Hijrah Di Abad Modern
Saya
pernah membaca sebuah buku bagus karya Prof. Ismail Al-Faruqi yang berjudul
"Hijrah". Bukunya tipis tapi memuat gagasan yang brilyan dan patut dilaksanakan.
Tapi sebelumnya izinkan saya memperkenalkan sosok Prof. Ismail Al-Faruqi
terlebih dahulu.
Prof.
Ismail termasuk ilmuwan langka yang pernah dimiliki umat Islam di abad modern.
Karena, beliau adalah perpaduan ilmuwan barat dan ulama yang alim ilmu agama.
Beliau termasuk pelopor Islamisasi ilmu pengetahuan.
Ismail Raji al Faruqi lahir di Jaffa, Palestina pada
tanggal 1 Januari 1921. Pada tahun 1926-1936 bersekolah di
Colleges des Freres yang terletak di Libanon. Kemudian pada tahun 1941 lulus dari
American University of Beirut. Di
Amerika, ia melanjutkan pendidikan Master dalam bidang filsafat di University
of Indiana dan University of Harvard. Beliau melanjutkan pendidikannya dengan mengambil gelar doktor filsafat
di University of Indiana dan di Al-Azhar University pada tahun 1952. Artinya,
beliau meraih gelar dua master sekaligus dan dua gelar doktor sekaligus dari
universitas yang berbeda. Beliau kemudian
mengajar beberapa universitas diseluruh dunia diantaranya universitas di
Kanada, Pakistan dan Amerika Serikat. Pada
tahun 1968, dia menjadi guru besar Studi Islam di Temple University, Amerika
Serikat.
Ditangan
beliau banyak ilmuwan muslim dididik dan dibina. Para ilmuwan itu kemudian
kembali ke tanah kelahiran mereka untuk mengembangkan ilmunya dengan paradigma
Islam. Maka, seperti di Indonesia, misalnya, dikenal dengan pendirian
sekolah-sekolah Islami dan kampus-kampus Islami. Atau, pendirian bank-bank
Islam, yayasan-yayasan Islam, dan sebagainya. Gelombang Islamisasi ini ternyata
sangat ditakuti pihak Barat. Lalu, dengan menggunakan tangan orang lain, mereka
membunuh Prof. Ismail Al-Faruqi dan istrinya secara sadis. Ini adalah upaya
memotong jalur Islamisasi dalam ilmu pengetahuan modern.
Berkat
kegigihan Prof. Ismail Al-Faruqi itulah banyak muslim yang kembali berhijrah ke
negara asal mereka, setelah sebelumnya menetap di negara-negara Barat. Bagi
Prof. Ismail, pada tahap pertama pengiriman muslim untuk belajar ilmu
pengetahuan ke negara-negara Barat, tidak mengapa muslim ke negara-negara
Barat. Tapi setelah lulus, mereka hendaknya kembali ke tanah air mereka untuk
mengabdikan diri dan mengajar kepada masyarakat muslim. Nah, buku
"Hijrah" Prof. Ismail Al-Faruqi banyak membahas tentang ini.
Komentar
Posting Komentar