Jenggot dan Sunnah Nabi
Zaman sekarang ini
niat orang memelihara jenggot berbeda-beda. Sebagian karena mode, sebagian lagi
karena mengikuti sunnah Rasul, mungkin saja ada yang karena alasan kesehatan.
Di dalam kitab"Bagaimana Menyentuh Hati" karya Syaikh Abbas As Sisi rahimahullah disebutkan sebuah kisah tentang
hal ini. Suatu ketika Syaikh Abbas menaiki kendaraan umum. Di dalam kendaraan
tersebut ada seorang pemuda yang berjenggot. Syaikh pun bertanya, "Untuk
apa antum berjenggot?" Pemuda itu menjawab, "Mengikuti Sunnah Rasul."
Tentu saja seorang muslim yang tidak
berjenggot tidak berarti pula dia orang yang sesat. Tapi berjenggot dengan niat
ittibaur Rasul itulah yang menjadikan amal yang kelihatan remeh itu menjadi
besar disisi Allah. Rasulullah Saw. bersabda, Man Ahabba Sunnati Faqad Ahabbani, "Barangsiapa yang mencintai
sunnahku, maka sesungguhnya dia mencintaiku." Dalam hadits shahih yang lain disebutkan, di
akhirat nanti kita akan bersama dengan orang yang kita cintai. Siapa lagi kalau
bukan bersama Rasulullah Saw.
Bagi saya mengejek muslim berjenggot
(yang berniat ittibaur Rasul)
adalah sebuah penghinaan kepada masalah ushuliyah yang berakibat pada kesesatan orang
yang mengejek. Sebagai contoh terkait istihza atau memperolok-olok agama. Karena
tidak mungkin bagi seorang mukmin melakukan istihza. Imam Al Fakhrur Razi dalam
tafsirnya mengatakan: "Sesungguhnya, memperolok-olok agama, bagaimanapun
bentuknya, hukumnya kafir. Karena olok-olokan itu menunjukkan penghinaan;
sementara keimanan dibangun atas pondasi pengagungan terhadap Allah dengan
sebenar-benar pengagungan. Dan mustahil keduanya bisa berkumpul." (At Tafsir Al Kabir (XVI/124).
Kondisi orang yang beriman digambarkan
oleh Allah dalam firman-Nya, "Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya
itu timbul dari ketaqwaan hati." [Al Hajj:32].
Komentar
Posting Komentar