Melihat Indonesia dari Luar Negeri (1)
Walaupun
masih tergolong "muda" bepergian ke luar negeri. Yakni sejak tahun
2013, ingin sekali saya berkeliling dunia. Ya setidaknya setahun sekali saya
dapat ke luar negeri. Oleh karenanya saya alokasikan uang saya untuk kesana.
Menurut
saya pergi ke luar negeri banyak sekali manfaatnya. Bukan semata berlibur.
Lebih dari itu, pergi ke luar negeri bagi saya adalah perjalanan spiritual,
yakni melihat keagungan dan kekuasaan Allah melalui penciptaan
makhluk-Nya yang beraneka ragam.
"Katakanlah: 'Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikan
bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan'." (QS. Al An'am: 11)
"Katakanlah: 'Berjalanlah di muka bumi, maka perhatikanlah
bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah
menciptakannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu'." (QS. Al Ankabut:
20)
Imam
Al Qasimi rahimahullah berkata, "Mereka berjalanlah dan pergi ke beberapa
tempat untuk melihat berbagai peninggalan sebagai nasehat, pelajaran dan
manfaat lainnya." (Mahasinut Ta'wil, 16/ 225)
Ridwan
Kamil, walikota Bandung, sudah berkeliling ke 150 kota di dunia. Dan lihatlah
hasil yang ia dapatkan dari perjalanan itu. Sebagaimana penuturannya sendiri,
pembangunan beberapa fasilitas di kota Bandung banyak terinspirasi dari hasil
perjalanan itu.
Ketika
saya berada di luarnegeri ada kesan yang berbeda dalam melihat kondisi negara
saya sendiri. Kadang saya membanding-bandingkan negara yang saya kunjungi
dengan negara saya sendiri; mengapa bangsa saya tidak semaju bangsa lain?
Faktor-faktor apa yang bisa membangkitkan kemajuan bangsa saya? Mengapa,
misalnya, Jepang yang di bom atom oleh Amerika mampu bangkit dari keterpurukan
itu dan kemudian menjadi bangsa yang sejajar dengan bangsa yang pernah
mengalahkannya dalam perang itu?
Saya
melihat di beberapa negara maju yang saya kunjungi, besarnya keteraturan,
ketaatan pada hukum, dimana hukuman yang berat menanti bagi sang pelanggar
hukum. Mungkin tidak perlu terlalu jauh membandingkan, bila kita mengunjungi
Malaysia tidak ada yang merokok ditempat-tempat umum. Bahkan di terminal bis
yang kita sudah mafhum di Indonesia para supir dan banyak orang di dalamnya
merokok seenaknya sendiri. Asap rokok ditambah asap knalpot sudah menjadi
pemandangan umum di terminal-terminal bis di Indonesia. Ini hanya salah satu
contoh kecil saja. Untuk memulai seribu langkah dimulai dari langkah pertama.
Apabila bangsa kita tidak mampu melakukan kebaikan yang kecil ini saja, apalagi
yang besar! Dulu Malaysia banyak belajar dari kita. Mereka mengirimkan banyak
pelajarnya untuk bersekolah di Indonesia. Tapi kini keadaan berbalik, banyak
pelajar kita yang memilih bersekolah di Malaysia. Sedangkan pelajar Malaysia
semakin jauh berkurang, kalaupun mereka belajar lebih baik ke negara-negara
yang lebih maju daripada mereka. Bukannya lebih rendah daripada mereka!
Komentar
Posting Komentar