Mengingat Mati dari Sejarah Masa Lalu
Ketika
saya membaca buku sejarah membuat saya sering teringat akan kematian. Saya
berpikir tentang mereka-mereka yang ada di dalam sejarah, dimanakah mereka kini
berada? Dikuburan-kuburan mereka berada. Ada yang ratusan tahun lamanya tinggal
di dalamnya. Berselimutkan tanah, cacing sebagai karibnya, munkar dan nakir
teman-temannya.
Saya
berpikir tentang keadaan mereka yang mati, apa yang saat ini mereka hadapi?
Apakah mereka hidup dalam kebahagiaan atau sedang mendapat siksa? Mereka
yang dulunya gagah berani, tampan rupawan, takluk diterjang waktu. Semua
makhluk-Nya pasti mati. Itulah sunnatullah tidak terkecuali.
Lalu
saya berpikir tentang diri saya, sudah cukupkah bekal saya dalam menghadapi
kematian? Apakah amal kebaikan saya lebih banyak daripada amal keburukan saya?
Apakah saya selamat dari siksa kubur? Disebutkan dalam sebuah hadits, umur umat
Nabi Muhammad bila dirata-ratakan sama seperti umur ketika Nabi Muhammad wafat,
yakni 63 tahun. Bila demikian, saat ini kita sedang berangkat menuju kematian.
Mungkin sebentar lagi. Tidak terasa waktu terus beranjak. Yang dulu bayi, kini
sudah beranjak dewasa. Kemudian menikah, punya anak, memasuki masa pensiun, dan
menunggu datangnya ajal. Bisa saja kita berhenti untuk selamanya disebuah fase
sebelum fase pensiun terjadi.
Imam
Hasan Al Bashri berkata, "Maut telah menunjukkan kesalahan-kesalahan dunia
dan tidak menyisakan kegembiraan bagi orang yang mau berpikir."
Komentar
Posting Komentar