Tidak Lurus Tingkah Laku Sebelum Lurus Lisannya
Sekarang
ini banyak orang yang suka bicara kasar. Apalagi di dunia maya ini. Mereka
sudah tidak takut pada dosa. Kebanyakan dari mereka menyembunyikan diri mereka
agar tidak diketahui oleh orang lain. Mereka takut diketahui oleh orang lain,
tapi tidak takut pada Tuhan yang Maha Menyaksikan. Ketika ada orang yang
menegurnya agar berhati-hati terhadap ucapannya, ucapannya malah semakin
menjadi-jadi. Ketika diingatkan akan azab Tuhan, mereka tidak mempedulikannya
karena merasa selama ini aman-aman saja. Kalaupun kemudian ada rasa
takut dihati mereka itu hanya sesaat saja. Tidak lama kemudian penyakitnya
kambuh kembali karena terbukti Tuhan tidak mengazabnya. Inilah apa yang disebut qalbun
maridh (hati yang sakit) dan qalbun mayyit (hati yang
mati). Summun bukmun umyun fahum layarziuun.
Akhir-akhir
ini juga sering kita dengarkan ucapan, "Boleh bicara kasar asal tidak
korupsi." Saya teringat dengan ucapan hampir sama yang pernah dikatakan
Iwan Fals terkait dengan anaknya yang diberi nama "Galang Rambu
Anarki". Baginya, terserah anaknya mau buat apa untuk dirinya sendiri
asalkan tidak anarkis kepada orang lain. Akibatnya sang anakpun kecanduan
narkoba dan mati dalam keadaan overdosis.
Tidak
bisakah kita bersikap tegas di satu sisi, tapi disisi lain juga dapat bertutur
kata sopan santun? Tidak bisakah berlaku jujur tapi juga tetap sopan santun?
Tidak bisakah kita berbuat baik pada diri kita sendiri sekaligus mampu berbuat
baik kepada orang lain?
Ternyata
bisa juga kita menggabungkan dua perbuatan yang menurut mereka saling
berlawanan itu, dalam diri kita. Dalam Al Quran, As Sunnah, dan sejarah Islam,
akan kita dapatkan pemikiran yang integral antara adab dengan tingkah laku.
Antara kejujuran dengan sopan santun. Antara keimanan dengan menjaga lisan.
Rasulullah bersabda, tidak akan lurus tingkah laku seseorang sebelum lurus
lisannya. Oleh karena itu, bagaimana mungkin seorang yang mengaku sebagai
mukmin, berbicara kasar dan jorok terhadap orang lain? Maka, setiap orang yang
mengaku beriman, akan dipertanyakan keimanannya apabila lisannya tidak mampu
dijaga.
Bagi
saya pemikiran boleh bicara kasar yang penting tidak korupsi adalah pemikiran
kaum sekuler; pemikiran yang tamazuq (memisahkan yang satu dengan yang lainnya), akibatnya
jauh lebih membahayakan atau split
personality. Yang paling berbahaya
lainnya, efek domino yang akan ditimbulkannya; bolehlah berbicara kasar kepada
kedua orangtua asal memberi uang bulanan kepada keduanya. Boleh berbicara kasar
kepada ulama asal mengumrohkan atau menghajikan setiap tahun. Boleh memaki-maki
rakyat kecil asal memberi santunan. Naudzubillahi mindzalik.
Komentar
Posting Komentar