Status WA 16


1. Imam Al Ghazali di akhir masa hidupnya masih saja terus belajar. Walaupun seorang ulama besar, ahli fikih dan ushul fikih, beliau tidak segan-segan menimba ilmu dari para ahlinya. Duduk bermuwajahah dengan para ahlinya. Saat itu beliau memperdalam lagi kitab Shahih Bukhari kepada Abu Sahl Al Hafshi, Sunan Abu Daud kepada Al Qadhi Abu Al Fath Al Hakimi Ath Thusi. Begitupun dengan Imam Ibnu Al Jauzi, seorang alim besar di zamannya, di masa tuanya, saat itu berumur 90 an tahun, beliau masih rutin mengikuti majelis. Padahal majelis yang dibinanya sendiri dihadiri ribuan orang. Banyak pelajaran di sini tentang pentingnya menuntut ilmu, kerendahan hati, dan lebih memilih kebenaran ketimbang pendapatnya sendiri.

2. Sering sekali karena dilihat orang lain, kita baru bisa bersemangat dalam beramal. Tapi setelah dalam kesunyian, rasa malas menghinggapi kita. Maka, tanda seseorang berada di dalam keikhlasan, kata para ulama, adalah, amalnya di saat sunyi sama seperti amalnya di saat ramai, bahkan lebih baik lagi. Kebalikan dari itu adalah melekatnya kemunafikan dalam hati. "Apabila berdiri untuk shalat, mereka (orang-orang munafik) melakukannya dengan malas dan bermaksud riya di hadapan manusia. Mereka pun tidak mengingat Allah, kecuali sedikit sekali." (QS. An Nisa: 142)

3. Apa hukum menjawab salam dalam Islam? Para ulama sepakat hukum menjawab salam adalah wajib. Hal ini pun berlaku untuk hukum menjawab salam dalam pesan singkat. Menjawab salam adalah salah satu hak sesama muslim sebagaimana QS. Annisa ayat 86 dan hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Oleh karenanya bila ada seorang muslim tidak menjawab salam, maka ulangilah memberi salam, jika tetap tidak juga menjawabnya karena alasan tidak mau menjawab, maka ingatkanlah tentang kewajiban menjawab salam, tentang hak sesama muslim yang telah dia langgar dan akibatnya jatuh dosa kepadanya.

4. Memang berat hidup tanpa dibarengi dengan keimanan dan kesabaran. Iman terkait dengan janji-janji Allah di masa depan, dan sabar terkait dengan harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan berujung kekecewaan. Hal ini penting untuk selalu diingatkan agar diri tetap istiqomah beramal saleh. Ingatlah Allah merendengkan kata "al iman", "amal saleh", dan "ash shabr" dalam satu surat yakni "al ashr". Menunjukkan bahwa ia adalah satu kesatuan yang utuh, seperti bunga yang tidak kuasa menahan wewangiannya.

5. Orang lain berharap kepada kita. Sebaliknya, kita juga berharap kepada orang tersebut. Seperti sebuah magnet, sisi positif bertemu sisi positif atau sisi negatif bertemu sisi negatif, tidak akan pernah bersatu. Jangankan bersatu, bertemu saja bawaannya pasea. Artinya, salah satu harus ada yang bersabar dan mengalah. Introspeksi diri. Jangan main ego sendiri. Mengalah bukan untuk kalah. Tapi mengalah untuk meraih harapan bersama.

6. Saat-saat segala kenikmatan duniawi memeluk kita, bersiap diri memasuki zona nyaman. Merasa sudah berada di puncak kejayaan, sehingga cukup dengan amalan yang ala kadarnya. Tidak perlu memperbaharui taubat. Tidak perlu memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri. Padahal nyatanya dunia ini hanya sementara, bukan zona nyaman kita. Tempat kita menanam, bukan menuai hasil. 

7. Ada seekor tikus yang masuk ke dalam rumah. Saya berusaha menjebaknya dengan lem tikus. Tikus itu masuk perangkap. Dia berontak ingin lepas dari lem itu. Melihatnya, saya tempelkan lem bagian lain ke tubuhnya. Saya sudah senang duluan mendapatkan hasil buruan. Sejenak saya pergi lalu kembali lagi ke tempat tikus itu, ternyata tikus itu sudah tidak ada! Apes benar saya. Dipikir-pikir, coba tadi saya getok kepalanya biar pingsan. Qodarullah, apa yang kita inginkan belum tentu dapat kita miliki. Apa yang Allah kehendaki terjadi, terjadilah!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peran Hadratusy Syaikh Hasyim Asy'ari dalam Perjuangan Bangsa

Manfaat Mempelajari Tafsir Alquran

Akibat Berbuat Zalim

Tiga Sebab Keruntuhan Peradaban Islam di Andalusia

Mengapa Banyak Orang Barat Menjadi Ateis?