Bersedih-nya Orang Saleh
Ibnu Abdi Qais adalah ulama shalih dari kalangan tabi’in yang dikenal dengan ibadah shalatnya. Pada saat hendak wafat, para sahabat beliau menyaksikan beliau menangis. Salah satu dari mereka pun bertanya, “Apakah engkau takut kematian?”
Beliau pun menjawab, “Demi Allah, aku tidak menangis karena takut mati atau menginginkan kehidupan dunia. Akan tetapi aku menangis karena tidak bisa berlapar-lapar karena puasa dan tidak bisa mendirikan shalat malam di saat musim dingin.” (Sifat Ash Shafwah, 3/202)
Begitulah orang yang sudah merasakan nikmatnya beribadah. Mengerjakan ibadah menjadi suatu kenikmatan yang tiada taranya. Bila tidak dikerjakan seolah ada yang hilang dalam dirinya. Yaitu suatu kehilangan yang sangat besar.
Ketika yang lain bersedih, bahkan sampai ada yang menangis, karena terlewat dari menonton acara TV kesukaannya. Ketika yang lain bersedih, bahkan menangisi harta kekayaannya yang hilang. Orang-orang saleh justru bersedih saat waktu terlewat tanpa amal saleh, malam tanpa qiyamul lail, siang hari tanpa puasa.... Karena mereka menyadari bila dunia ini hanyalah persinggahan sementara. Ia bukan untuk diramaikan melainkan hanya untuk dilalui. Diambil secukupnya untuk menguatkan diri mengabdi kepada-Nya.
Komentar
Posting Komentar