Berkah Menghormati Ulama
Jika Jepang bangkit dari
keterpurukannya setelah di bom atom yaitu dengan mengangkat harkat dan martabat
para gurunya. Maka, Islam akan bangkit setelah para penguasa melakukan hal yang
sama kepada para ulamanya.
Dalam sejarah kebangkitan
umat. Mulai dari zaman Umar bin Abdul Aziz, Nizamul Mulk, Nuruddin Zanki,
Shalahuddin Al Ayyubi, hingga Muhammad Al Fatih, mereka begitu sangat
memuliakan ulama, menjaga adab atasnya, dan menjadikannya sebagai tempat
rujukan atas segenap tindakan-tindakan penting
dalam mengatur pemerintahan.
Suatu saat datang sebuah surat teguran
untuk Nizamul Mulk, seorang perdana menteri di masa Bani Seljuk, yang
menyebutkan bahwa adanya para fuqaha dan para sufi di majelis Nizamul Mulk
membuatnya lalai dari tugasnya sebagai pelaksana pemerintahan.
Namun, apa jawab Nizamul
Mulk terhadap surat itu? Ia menyampaikan, "Kelompok itu adalah penyangga Islam.
Mereka adalah keindahan dunia dan akhirat. Kalau sendainya satu-persatu dari
mereka duduk di atas kepalaku aku pun menerimanya!” (Al Muntadzam li Ibnu Al
Jauzi, 9/460)
Suatu ketika ada orang yang
berkata kepada Sultan Nuruddin Zanki, sang pahlawan perang salib, agar
menghentikan bantuannya kepada orang-orang saleh dan menyerahkan bantuan itu
kepada orang selain mereka, namun apa kata Sultan? Beliau berkata, "Demi
Allah, sesungguhnya aku hanya benar-benar mengharap kemenangan dengan doa-doa
mereka. Sesungguhnya kalian memperoleh rizki dan kemenangan dengan doa orang-orang
lemah dari kalian. Bagaimana aku menghentikan infaq untuk sebuah kaum yang
berperang membelaku sedangkan aku dalam keadaan tidur di atas ranjangku dengan
busur panah yang tidak pernah meleset? Mereka memiliki bagian dari baitul mal,
bagaimana aku memberikan untuk selain mereka?" (Wafayat Al A’yan, 5/188)
Di masa kini sedikit
penguasa yang mau melaksanakan dengan penuh ketawadhuan nasehat para ulama.
Mereka mungkin mendengarkan, tapi tidak mau melaksanakannya. Kalaupun mereka
membutuhkan ulama hanya pada momen-momen tertentu saja, di antaranya sebagai
"pemadam kebakaran" gejolak yang timbul dimasyarakat. Setelah gejolak
itu mereda, mereka memberlakukan ulama seperti halnya memperlakukan orang awam.
Bercermin dari masa
keemasan Islam, bagaimana para penguasa begitu sangat menghormati ulama. Mereka
tidak hanya mendengarkan, tapi juga tawadhu hati mereka ketika berhadapan
dengan ulama, memberi para ulama itu kebutuhan hidup agar sekiranya tetap fokus
berdakwah dan beribadah ditengah-tengah kaum muslimin. Mereka sadar, di dalam
akal para ulama tersimpan hikmah dan ilmu pengetahuan, di dalam tutur katanya
tersimpan kebaikan, dan di dalam hatinya tersimpan keikhlasan. Jadi, bagaimana
mungkin mereka membiarkan anugerah Allah yang telah Allah berikan kepada mereka
atas hadirnya para ulama itu.
Semakin banyak ulama
Rabbani di suatu negeri dan penguasa memberlakukan mereka dengan istimewa,
menandakan ia adalah suatu negeri yang akan dipenuhi kebaikan dan keberkahan.
Komentar
Posting Komentar