Keterkaitan Antara Amalan Ruhiyah dengan Produktivitas Berkarya dan Berprestasi
Pada suatu hari saya merasa malas
dalam membaca dan menulis. Kalaupun ingin mulai menulis, otak terasa beku dan
tidak tahu apa yang ingin saya tulis. Setelah saya teliti lebih dalam lagi,
ternyata ada beberapa amalan ruhiyah yang tidak saya kerjakan pada hari itu.
Orang-orang mungkin akan bertanya, apa
hubungan antara amalan ruhiyah dengan membaca dan menulis? Bagi saya amalan
ruhiyah memberikan pengaruh yang besar bagi hati dan akal pikiran ini. Selain
berkah dan rahmat Allah sehingga motivasi dan inspirasi begitu melimpah, juga
memberikan kenikmatan tersendiri ketika mengerjakannya. Saya bercermin pada
tradisi intelektual ulama Islam yang begitu produktif dalam membaca dan
menulis. Misalnya Imam Malik bin Anas, pendiri mazhab Maliki dan penulis kitab Al
Muwatha. Imam Bukhari, seorang ahli hadits yang menulis kitab sepertiJami
Ash Shahih dan Adabul Mufrad. Imam Ibnu Qudamah, seorang
ulama besar mazhab hanbali dan penulis kitab Al Mughni. Imam Ibnul
Qayyim Al Jauziyah menulis 96 judul kitab dan dalam satu judulnya terdiri dari
beberapa jilid kitab.
Dari sini kita seringkali terjebak
hanya melihat ujungnya, tanpa melihat pangkalnya. Kita tidak melihat mengapa
mereka mampu melakukan pekerjaan berat itu. Tapi bagi yang jeli melihatnya,
tradisi intelektual itu tidak pernah lepas dari ibadah yang kuat, amalan yang
istiqomah. Seperti halnya pondasi yang kuat, maka bangunan yang berdiri di
atasnya bisa kokoh, sebesar dan seberat apapun.
Tentang amalan ruhiyahnya Imam
Bukhari, beliau tidak meletakkan 1 hadits pun dalam kitabnya, kecuali mandi dan
salat 2 rakaat terlebih dahulu.
Tentang amalan ruhiyahnya Imam Malik
bin Anas, Abu Mush’ab dan Ahmad bin Ismail berkata: Malik bin Anas berpuasa
sehari dan berbuka sehari selama 60 tahun dan ia salat setiap hari 800 rakaat.
Tentang amalan ruhiyahnya Imam Ibnu
Qudamah, Imam Ibnu Rajab al-Hanbali berkata, “Ibnu Qudamah salat antara Maghrib
dan Isya’ sebanyak 4 rakaat, dengan membaca surat Sajdah, Yasin Tabaraka dan
ad-Dukhan. Beliau salat Tasbih setiap malam Jumat antara Maghrib dan Isya’ dan
memanjangkannya. Di hari Jumat ia salat 2 rakaat dengan membaca al-Ikhlas 100
kali. ia salat sunah sehari semalam sebanyak 72 rakaat. ia memiliki banyak wiridan.
Ia melakukan ziarah kubur setiap Jumat setelah Ashar”
Tentang amalan ruhiyah Imam Ibnul
Qayyim Al Jauziyah, Imam Ibnu Katsir berkata, “Beliau seorang yang bacaan
al-Quran serta akhlaknya bagus, banyak kasih sayangnya, tidak iri, dengki,
menyakiti atau mencaci seseorang. Cara shalatnya panjang sekali, beliau
panjangkan ruku’ serta sujudnya hingga banyak di antara para sahabatnya yang
terkadang mencelanya, namun beliau rahimahullah tetap tidak bergeming.”
Imam Ibnu Katsir berkata lagi, “Beliau
rahimahullah lebih didominasi oleh kebaikan dan akhlak shalihah. Jika telah
usai shalat Shubuh, beliau masih akan tetap duduk di tempatnya untukdzikrullah
hingga sinar matahari pagi makin meninggi. Beliau pernah mengatakan, ‘Inilah
acara rutin pagi buatku, jika aku tidak mengerjakannya nicaya kekuatanku akan
runtuh.’ Beliau juga pernah mengatakan, ‘Dengan kesabaran dan perasaan tanpa
beban, maka akan didapat kedudukanimamah dalam hal din (agama).’”
Imam Ibnu Rajab berkata tentang Imam
Ibnul Qayyim, “Beliau melakukan beberapa kali haji dan berdiam di Makkah.
Penduduk Makkah senantiasa menyebutkan perihal beliau berupa kesungguhan dalam
ibadah dan banyaknya thawaf yang beliau kerjakan. Hal mana merupakan suatu yang
menakjubkan yang tampak dari diri beliau.”
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata menyifati
diri Imam Ibnul Qayyim, “Beliau rahimahullah, biasanya setelah mengerjakan
shalat shubuh duduk ditempat beliau berdzikir kepada Allah hingga hari telah
meninggi.”
Dari sini saya menyimpulkan adanya
keterkaitan antara amalan ruhiyah dengan produktivitas dalam berkarya dan
prestasi. Bahwa dakwah akan lancar manakala ruhiyah kita bersinar. Bagi yang
ingin istiqomah dalam berkarya dan berprestasi, maka dirinya harus ditunjang
dengan banyak mengerjakan amalan-amalan ruhiyah seperti shalat, shaum, tilawah,
doa, dan dzikir.
Komentar
Posting Komentar