Akibat dari Memperturutkan Hawa Nafsu
Sesungguhnya
memperturutkan hawa nafsu ibarat fatamorgana. Dilihat ada padahal tiada. Kita
berusaha mendapatkannya dengan berbagai cara, bahkan dengan jiwa dan harta.
Namun begitu sampai ke tujuan, ternyata tiada. Semua yang kita keluarkan
ternyata hanya kesia-siaan; kelelahan, kehinaan, kemiskinan, hingga kehancuran
dalam hidup.
Banyak
orang yang berharap dari meminum-minuman keras adalah kenikmatan. Namun
kesudahannya ternyata tidak terperikan. Satu maksiat hanyalah pintu masuk
maksiat selanjutnya. Maksiat kedua adalah pintu masuk maksiat ketiga. Begitupun
selanjutnya. Ibarat berada di dalam lingkaran setan, sulit untuk dihentikan.
Pelaku
maksiat lebih kuat keinginannya untuk berbuat maksiat ketimbang mereka yang
belum berbuat maksiat. Meskipun pelaku maksiat itu berusaha memperbaiki dirinya
untuk tidak lagi berbuat maksiat. Tetapi godaan-godaannya masih terasa. Mereka
ibarat orang yang mencabut paku di sebuah kayu, meskipun paku itu telah
tercabut namun bekasnya masih ada. Itulah mengapa saat bulan Ramadhan tiba,
mereka masih saja berbuat maksiat padahal setan telah dibelenggu. Ya, setan
memang telah dibelenggu, namun bisikannya yang telah berlalu masih mengendap di
dalam benak pelaku maksiat.
Para
pengisap ganja ternyata diawali dari kecanduan merokok. Orang-orang yang
terkena HIV AIDS kebanyakan diantaranya bermula dari seks bebas dan pecandu
narkoba. Artinya keduanya saling beririsan. Setelah menggunakan narkoba banyak
di antara mereka berzina.
Saya
banyak menemukan orang yang kaya di antara ahli maksiat. Namun banyak pula di
antara mereka jatuh miskin dan hidup sengsara setelah terjerumus maksiat.
Saya
juga banyak menemukan orang yang miskin di antara ahli taubat. Namun kemudian
Allah anugerahkan kekayaan, ketenangan, dan kebahagiaan kepada mereka sebagai
balasan atas ketaatan mereka.
Qad aflaha man zakkaha waqad khoba man dassaha
Komentar
Posting Komentar