Agar Tidak Terjebak Fitnah Di Era Informasi
Zaman
sekarang dapat disebut sebagai zaman kebanjiran informasi. Informasi dengan
mudah kita dapatkan semudah membalikkan telapak tangan. Tidak perlu kita
mengejar-ngejar informasi karena sering sekali ia datang dengan sendirinya.
Kita baru berpikir tentang suatu informasi, tiba-tiba saja sudah banyak
informasi di depan mata kita. Hingga pengulangan informasi sering terjadi
membuat otak kita merekamnya sampai dalam taraf menghafalnya.
Ketika
saya membaca semua informasi itu, saya berusaha memilah-milahnya. Tidak semua
informasi saya telan begitu saja. Mungkin perlu penelitian lebih lanjut.
Misalkan, satu situs online menginformasikan tentang suatu berita yang lain
daripada yang lain. Misalkan tentang keburukan seseorang. Berita seperti ini
baru kali ini. Jadi, bisa jadi berita seperti ini masuk dalam kategori maudhu,
dhaif, hingga bisa saja shahih
tapi ahad. Kenaikan peringkat perawi
informasi tergantung banyak hal, salah satunya siapa di balik situs online itu?
Apakah mereka majhul atau tidak dikenal? Apakah mereka orang baik-baik atau
orang jahat? Dari mana situs online itu mendapatkan kabar tersebut, apakah
sumber tersebut adalah orang yang dapat dipercaya atau tidak?
Berita
yang paling baik adalah berita yang diangkat dari beberapa sumber terpecaya,
memiliki akhlak yang baik dan benar dalam menyampaikan berita. Berita seperti
ini masuk dalam kategori mutawatir, sehingga kita boleh mengambilnya sebagai rujukan.
Jadi, saya bukan termasuk orang yang serta merta menelan mentah-mentah
informasi yang ada. Sering saya membanding-bandingkan satu berita dengan berita
yang lainnya. Rasa-rasanya semakin banyak membaca berita yang saya perlukan,
semakin baik untuk saya agar saya mendapatkan kesimpulan yang tepat. Biasanya
bila ada suatu berita yang aneh membuat saya bertanya-tanya, benarkah berita
ini? Dan pada akhirnya membuat saya mencari tahu kebenarannya.
Menurut
saya hal ini penting untuk dilakukan agar kita tidak terjebak pada fitnah.
Fitnah saya sebut sebagai dosa sosial. Beberapa ulama mengatakan bahwa bila
ingin taubat kita diterima dari dosa tersebut, maka kita wajib meminta maaf
kepada yang bersangkutan. Inilah yang berat dari dosa memfitnah orang atau
menzalimi orang. Karena sering sekali mereka enggan entah karena malu atau
karena gengsi.
Rasulullah
Saw. bersabda, “Inginkah kalian aku beritahukan manusia terburuk diantara
kalian?” Para sahabat menjawab: "Ya." Beliau SAW bersabda, “Yaitu
orang-orang yang ke sana ke mari menyebar fitnah, yang memecah belah di antara
orang yang saling mencintai dan meniupkan aib kepada orang-orang yang tidak
berdosa/bersalah.” (HR Ahmad).
Mafhum mukhalafah, memilih
informasi yang benar agar tidak terjerumus pada fitnah atau dosa adalah suatu
bentuk amal saleh bagi kita. Oleh karena itu, jangan malas untuk mencari
informasi yang benar.
Tidak
kalah pentingnya dari memilih informasi yang benar adalah mengambil hikmah dari
informasi-informasi tersebut sehingga kita dapat mengambil manfaat yang
mendalam khususnya untuk kebaikan diri kita sendiri.
Komentar
Posting Komentar