Status WA 6


1. Inabah adalah "kembali". Yaitu kembali kepada Allah. Sebuah proses untuk menguatkan taubat dan menutup celah-celah hati dari dosa. Merupakan salah satu tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh para salik dalam tazkiyatun nafs.

2. Sungguh istighfar merupakan suatu kenikmatan dari Allah bagi hamba-hamba-Nya, yang dengannya mencegah datangnya azab. Betapa banyak azab tidak terjadi karena istighfar. Allah Swt. tidak jadi mengazab kaum Nabi Yunus As. yang ingkar disebabkan mereka, sebelum terjadinya azab itu, beristighfar dan bertaubat. "Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka selama mereka beristighfar." (QS. Al Anfal: 33)

3. Setiap saya ingin membaca Alquran, banyak godaan menghalangi. Ketika memulai, terasa berat dan malas. Semakin ke tengah, semakin mudah. Setelah 1 juz, semakin ringan, bahkan ingin menambah beberapa halaman lagi. Allahummarhamna bil quran.

4. Beruntunglah orang yang menyadari waktunya begitu cepat berlalu dan segera mengisi sisa-sisa waktunya dengan amal saleh. Seolah baru kemarin ia berumur 20 tahun, tidak terasa kini sudah berumur 40 tahun. Dulu masih muda dan gagah, kini sudah semakin sering sakit-sakitan. Dulu rambut masih hitam, sekarang sudah mulai memutih. Hidup ini begitu singkat, yang panjang adalah pertanggungan jawab setelahnya.

5. "Sesungguhnya Aku dekat." Saya tertegun membaca potongan ayat pada Albaqarah 186 ini. Allah Swt. sudah mendeklarasikan bahwa diriNya dekat, mau mengabulkan doa hamba-Nya, tapi justru banyak orang menjauhi-Nya dengan mengerjakan apa yang dilarang dan melalaikan apa yang diperintahkan-Nya, bahkan berani mengatakan Allah itu tidak ada.

6. Saya dapati suatu kisah, orang saleh yang senang berzikir. Zikirnya tidak lagi dibatasi ruas-ruas jari tangan atau butiran-butiran tasbih yang banyak dan panjang. Setiap langkahnya, setiap geraknya adalah zikir. Di setiap adonan roti yang dia olah, kalimat zikir terucap dari lisannya. Cinta-Nya kepada Allah tidak dibatasi oleh waktu dan bilangan. Dia selalu menyebut nama Allah Azza Wajalla. Siapa yang dia harapkan saat perjumpaan nanti? Tidak lain adalah Rabbnya sendiri, Rabbul Izzati. Ya Allah, jika waktuku tiba, wafatkanlah aku dalam keadaan berzikir, mengingat-Mu.

7. Saya teringat kisah seorang ulama mengajarkan anaknya untuk senantiasa berzikir. Suatu ketika saat sedang berjalan berdua, ulama tersebut berkata kepada anaknya, "Ayo kita berzikir dari tempat ini menuju pohon itu." Sang anak mengucapkan zikir yang dikatakan ayahnya dengan jahr. Kemudian sang ayah mengganti zikir yang lain dengan berkata, "Baca zikir ini hingga ke pohon sana." Begitu seterusnya hingga sampai ke tempat tujuan. Sang ayah sedang menanamkan menanamkan nilai-nilai Rabbaniyah kepada sang anak.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peran Hadratusy Syaikh Hasyim Asy'ari dalam Perjuangan Bangsa

Manfaat Mempelajari Tafsir Alquran

Akibat Berbuat Zalim

Tiga Sebab Keruntuhan Peradaban Islam di Andalusia

Mengapa Banyak Orang Barat Menjadi Ateis?