Ikhwanul Muslimin dalam Perang Palestina
Ikhwanul Muslimin Mesir pada bulan Oktober 1948 mengirim sepuluh
ribu mujahidin sebagai kloter pertama masuk dalam kancah perang melawan
Israel. Tapi, pemerintah Mesir terus menekan dan mempersempit ruang
gerak mereka dengan cara melarang bepergian kecuali dalam jumlah yang
terbatas.
Kendati demikian, ratusan mereka yang dapat
berpartisipasi dalam pertempuran benar-benar memainkan peranan
kepahlawanan yang besar di mana nasib mereka berakhir dengan penangkapan
dan penjara sebelum kembali ke Mesir. Pergerakan IM dibekukan sebelum
usainya peperangan pada bulan desember 1948. Badan intelejen Mesir
berhasil menangkap Hasan Al Banna pada tanggal 11 Februari 1949, tidak
berapa lama sebelum ditandatanganinya kesepakatan genjatan senjata
dengan entitas Zionis.
Pergerakan IM menjadi teladan karena
merupakan salah satu dari contoh yang layak untuk dicatat. Khususnya
karena kemampuannya untuk menggalang umat Islam dari berbagai
kebangsaan. Juga memobilisasi mereka untuk memerangi musuh yang dapat
memberikan harapan akan kembali terulangnya eksperimen ini.
Peran IM di wilayah selatan Mesir sangat dikenal dengan menghancurkan
pemukiman-pemukiman dan memotong transportasi Yahudi. Peranan menonjol
IM yaitu dalam peperangan Tabbah 86, yang dianggap oleh militer bahwa
hal ini yang dapat memelihara nuansa Arabnya wilayah Gaza. Mereka juga
ikut andil dalam meringankan beban pengepungan terhadap militer Mesir di
wilayah Paluja. Sebagaimana mereka juga berpartisipasi dalam peperangan
Al Quds, Al Khalil, dan Beithlehem, serta secara khusus yaitu Shuwr
Bahr. Selain itu adalah peperangan Ramat Rahil, merebut kembali Mar
Ilyas, mempertahankan "Tabbah" Yaman yang disebut dengan "Tabbah
Ikhwanul Muslimin" karena kepahlawanan dan kesatriaan perjuangan mereka.
Mereka yang syahid dari IM Mesir sebanyak 100 dan 100 lainnya cidera.
Di antara ksatria IM dan pimpinan mereka adalah Yusuf Thal'at, Muhammad
Faraghli, (dua tokoh ini tidak begitu lama pulang dari jihad justru
kemudian dihukum gantung oleh pemerintah Mesir) dan Kamil Asy Syarif
penulis buku Al Ikhwan Al Muslimun fi Harbi Filistin (IM dalam perang
Palestina)
IM Suriah ikut berperan besar dalam peperangan Al Quds
dengan kepemimpinan Muraqib Am, Prof. DR. Mushtafa As Siba'i, seperti
dalam perang Bab Al Khalil, Al Qasthal, Al Qathmun, dan lainnya.
IM Jordan juga ikut ambil bagian dengan dipimpin oleh Muraqib Am,
Syaikh Abdul Lathif Abu Qaurah, dan berperang di wilayah Aian Karim dan
Shuwar Bahir.
Penanggung jawab IM di wilayah Irbid, Syaikh Ahmad
Al Khatib berperang memimpin rekan-rekannya dalam perang menghadapi
Yahudi di utara Palestina.
IM Irak juga berpartisipasi secara
aktif dengan dipimpin Muraqib Am Syaikh Muhammad Mahmud Ash Shawaf
dengan sejumlah besar anggotanya dalam divisi sukarelawan seperti divisi
"Al husain" dan "Al Qadisiyah" dan lainnya, belum lagi dengan mereka
yang bergabung dalam pasukan penyelamat.
Tidak diragukan lagi
bahwa IM Palestina juga punya peranan vital. Dengan 20 devisi di
berbagai kota dan desa Palestina, mereka bertempur hingga titik akhir di
masing-masing wilayah. Mereka berperang di bawah pimpinan dan komando
lokal baik bersama dengan Pasukan Penyelamat (Jaisy al inqaaz) maupun al
Jihad al Muqaddas. Mereka yang berada di wilayah selatan bergabung
dengan kekuatan-kekuatan IM Mesir di bawah komando Kamil Syarif. IM
Palestina ini dapat mendayagunakan seluruh kemampuan yang ada kendati
pergerakan mereka di Palestina dikategorikan baru.
Sayang sekali
pengorbanan kaum mujahidin dalam berjihad di jalan Allah ditikam oleh
para pengkhianat dari kaum munafikun yang bersekutu dengan kaum kafirun
membuktikan kebenaran risalah Rasulullah Saw. Abdullah bin Umar Ra.
bertanya kepada Abdullah bin Jabir bin Atik,,"Apakah engkau tahu tiga
hal yang diminta oleh Rasulullah Saw.?" Aku menjawab, "Ya, aku tahu."
Beliau berkata, "Beri tahu aku tiga hal itu!" Aku berkata, "Rasulullah
SAW berdoa agar tidak dikalahkan oleh musuh dari golongan orang kafir.
Dan agar tidak dibinasakan dengan paceklik. Keduanya dikabulkan oleh
Allah Swt. Rasulullah Saw juga berdoa agar permusuhan umatnya tidak
terjadi antar sesama mereka. Tetapi, permohonan ini tidak dikabulkan.’
Ibnu Umar berkata, ‘Engkau benar. Sehingga peperangan, fitnah, dan
perselisihan terus berlangsung hingga Hari Kiamat nanti."
Kekalahan umat Islam di Palestina bukan karena kalah dari kafirun zionis
tetapi terjadi justru oleh sebagian umat yang mengaku Islam. Mereka
adalah para pengkhianat yang menusuk para pejuangNya dengan belati penuh
racun. Syaikh Sa'ad Karim Al-Fiqi dalam buku
Pengkhianatan-Pengkhianatan dalam Sejarah Islam/ Khiyanat Hazzat
At-Tarikh Al-Islami menggambarkan pengkhianatan ini. Kemenangan yang
sudah di depan mata. Al Quds yang sudah di depan mata. Semakin
jauh...semakin jauh karena adanya pengkhianatan sebagian kaum muslimin.
Anehnya lagi kini ada orang yang dengan beraninya menuduh para
pejuangNya dari Ikhwanul Muslimin dengan tuduhan dan keburukan yang
layaknya disandang para pengkhianat itu. Ya Allah maafkanlah aku tak
bisa berbuat banyak untuk ini!
Catatan: Foto-foto kaum mujahidin
Ikhwanul Muslimin di medan jihad Palestina. Di foto itu ada Imam Hasan
Al Banna, DR. Said Ramadhan (menantu Imam Hasan Al Banna), dan Prof. DR.
Mushthafa As Siba'i (muraqib am IM Suriah)
Komentar
Posting Komentar