Cita-Cita Ikhwanul Muslimin akan Tetap Hidup
Dulu,
rezim zalim di Mesir menyangka dengan membunuh Imam Hasan Al Banna dengan
sendirinya Ikhwanul Muslimin bubar. Justru dari kematian itu lahirlah
generasi-generasi baru yang lebih banyak dan lebih tangguh.
Lalu mereka menghukum penjara seumur hidup Mursyid Am
kedua, Imam Hasan Al Hudaibi dan menghukum mati Prof. Dr. Abdul Qadir Audah,
penulis kitab at-Tasyri ‘al-Jina’i fil Islam Muqarrinan bil Qanun al-Wadhi'
yang kesohor itu dan juga sekaligus wakil
Mursyid Am. Dengan harapan Ikhwanul Muslimin akan musnah. Tapi kenyataannya
tidaklah demikian. Bahkan tunas-tunas baru terus tumbuh.
Mereka
pun menggantung Sayyid Quthb yang dianggap sebagai pemikir kedua setelah Imam
Hasan Al Banna. Pikiran mereka dengan cara seperti itu pemikiran Ikhwanul
Muslimin akan berakhir. Ternyata kenyataannya buku-buku Sayyid Quthb,
murid-muridnya, dan kader-kader Ikhwanul Muslimin terus dicetak, dibaca, di
ekspor ke berbagai negara sehingga tunas-tunas baru sefikroh bermunculan.
Entah
sudah berapa banyak syuhada ikhwan yang tewas disiksa, dibunuh, dan dipenjara.
Tapi gerakan itu terus eksis dan membesar. Darah para syuhada seolah
menyuburkan tunas-tunas baru yang lebih bersemangat. Benarlah kata Buya HAMKA
ketika menyaksikan fenomena gerakan Ikhwanul Muslimin ini:
“Ingatlah
bahwasanya bangunnya Ikhwan adalah sebagai gejala daripada kebangunan Islam
kembali, beratus tahun Islam dan umat Islam jatuh tersungkur dihadapan
pikiran-pikiran Barat dan penjajahan Barat. Sudah hampir putus asa umat
muslimin melihara aliran ideologi yang simpang siur di dunia ini. Al Ikhwan Al
Muslimun adalah pelopor daripada penggalian cita-cita itu kembali. Sebagai
organisasi masa di Mesir, ia dapat dilumpuhkan oleh kekuatan senjata dan
adikara dan diktator di Mesir. Tetapi, sebagai suatu cita-cita, dia telah
tumbuh dan telah menjalar ke mana-mana ke pelosok dunia. Buah pikiran mereka
telah dibaca ke seluruh dunia Islam,”
Hamka
mengakhiri tulisannya dengan kalimat: “Umur satu cita, jauh lebih panjang
daripada umur orang!”
Begitulah
kenyataan yang terjadi pada Ikhwanul Muslimin.
Foto:
Prof. DR. Abdullah Shehata adalah guru besar ekonomi, lulusan terbaik di
angkatannya, meraih gelar doktor dari universitas di Inggris, telah bekerja di
berbagai pusat ekonomi dunia.Saat Presiden Mursi berkuasa, Shehata direkrut
dalam tim ekonominya. Kini dipenjara oleh rezim kudeta dan ditempatkan di
ruangan berukuran 2×1 meter. Tidur dengan alas di lantai, dan selimut. Toilet
kampung (kotoran langsung jatuh dan terkumpul di bawah) ada dalam ruangan yang
sama. Lampu rusak yang tidak pernah menyala. Lubang udara hanya ada di pintu
berfungsi untuk tempat masuk makan. Setiap pekan dikeluarkan dari ruangan untuk
waktu hanya setengah jam, lalu dimasukkan lagi. Banyak ilmuwan mesir saat ini
berada di dalam penjara, sebagian telah syahid karena siksaan yang
bertubi-tubi, sebagian lagi masih hidup.
Komentar
Posting Komentar