Bacalah dengan Menyebut Nama Tuhanmu
Lebah madu memiiki
karakteristik yang benar-benar unik. Keunikan itu telah menjadi diskusi dan
penelitian banyak ilmuwan dari zaman dulu hingga zaman sekarang. Seolah dari
keunikan tersebut ingin menyebutkan sebuah keajaiban. Yaitu keajaiban seekor
binatang. Ya, hanya seekor binatang dari jutaan bahkan milyaran binatang
lainnya. Apa keunikan dari lebah madu? Saya mencatat setidaknya ada empat keunikan.
Pertama, lebah madu membangun sarangnya dengan sangat cermat, efisien dan efektif. Sarangnya berbentuk heksagonal (segi enam). Kita layak bertanya, mengapa harus heksagonal? Bukan segitiga atau segi empat atau yang lain misalnya? Hal ini menjadi pertanyaan serius yang kemudian hari diteliti dan dijawab oleh sejumlah ilmuwan. Ahli matematika memberikan alasannya: "Struktur segi enam adalah bentuk geometris yang paling cocok untuk memanfaatkan setiap area unit secara maksimum". Jika sel-sel sarang madu dibangun dengan bentuk lain, akan terdapat area yang tidak terpakai, sehingga lebih sedikit madu yang bisa disimpan dan lebih sedikit lebah yang mendapatkan manfaatnya.
Pertama, lebah madu membangun sarangnya dengan sangat cermat, efisien dan efektif. Sarangnya berbentuk heksagonal (segi enam). Kita layak bertanya, mengapa harus heksagonal? Bukan segitiga atau segi empat atau yang lain misalnya? Hal ini menjadi pertanyaan serius yang kemudian hari diteliti dan dijawab oleh sejumlah ilmuwan. Ahli matematika memberikan alasannya: "Struktur segi enam adalah bentuk geometris yang paling cocok untuk memanfaatkan setiap area unit secara maksimum". Jika sel-sel sarang madu dibangun dengan bentuk lain, akan terdapat area yang tidak terpakai, sehingga lebih sedikit madu yang bisa disimpan dan lebih sedikit lebah yang mendapatkan manfaatnya.
Banyak inspirasi
yang keluar dari sana (heksagon). Salah satu orang yang meneliti segi enam ini
adalah George Saa, putra Indonesia yang menulis paper Infinite Triangle
and Hexagonal Lattice Networks of Identical Resistor. Saa menghitung
hambatan antara dua titik dari suatu rangkaian resistor tak berhingga yang
membentuk segitiga dan heksagon. Berkat hasil penelitiannya inilah Saa berhasil
menyabet medali emas Nobel Fisika yunior tingkat Internasional.
"Dan
Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: `Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di
pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia'." (QS. An Nahl: 68).
Kedua, lebah madu tidak mungkin membangun sarangnya seorang diri,
dia harus dibantu dengan yang lain. Artinya, untuk membangun sarang lebah yang
dapat memuat 80.000 lebah diperlukan kerja kolektif. Lebah mencontohkan
persaudaraan dan kerjasamanya yang efektif kepada kita.
Ketiga, lebah hanya memakan makanan yang halal dan baik, yaitu nektar
dan serbuksari bunga. Sehingga tidak heran yang dihasilkannya pun akan baik
atau bahkan sangat baik, yaitu madu (keempat). Dari berbagai hasil penelitian,
madu tersusun atas beberapa senyawa gula seperti glukosa dan fruktosa serta
sejumlah mineral seperti magnesium, kalium, kalsium, natrium, klor, belerang,
besi, dan fosfat. Madu juga mengandung vitamin B1, B2, C, B6 dan B3 yang
komposisinya berubah-ubah sesuai dengan kualitas nektar dan serbuk sari. Di samping
itu, dalam madu terdapat pula sejumlah kecil tembaga, yodium, dan seng, serta
beberapa jenis hormon. Kandungan-kandungan itu berfungsi sebagai "obat
untuk manusia". "…di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan
bagi manusia." (An Nahl: 69). Pada kesempatan yang lain, hasil
penelitian juga menyebutkan bahwa madu itu beragam jenis dan warnanya. "…Dari
perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya…" (QS.
An Nahl: 69).
Keempat, lebah madu bergerak berdasarkan perintah Allah. Sebagaimana
firman-Nya: "Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah.." Artinya
gerak gerik lebah bukan instink yang muncul tiba-tiba dan kebetulan, melainkan
bersumber dari kekuatan Allah yang menguasai dan menciptakan alam semesta ini.
Allah mewahyukan demikian, bukan berarti yang diwahyukan hanya sebatas lebah
madu saja. Lebah madu ditampilkan karena contoh yang paling efektif kecerdasan
seekor binatang yang telah diakui oleh kebanyakan orang pada umumnya. Allah
Swt. ingin meluruskan bahwa tidak mungkin kecerdasan lebah madu itu muncul
secara tiba-tiba melalui peristiwa yang disebut kebetulan. Kecerdasan itu
berasal dari Allah yang mewahyukan kepada lebah untuk bertindak demikian.
Setelah menjelaskan
tentang lebah madu, ayat itu diakhiri dengan, "Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang
yang memikirkan."
Ilmuwan-ilmuwan yang
sombong dan bingung
Para ilmuwan Barat khususnya
sekalipun ateis merasa "takjub dan hormat" dengan fenomena-fenomena
seperti itu. Mereka sering menyebutnya sebagai "keajaiban". Tapi
jelas, rasa takjub dan hormat itu tidak pernah keluar dari gelanggang materialisme.
Keadaan ini hampir tak ada bedanya dengan Abu Jahal atau Abu Lahab, dua tokoh
Quraisy yang disegani, yang merasa kagum dan takjub dengan ayat-ayat Al Quran
yang didengarnya. Namun, karena kesombongannya, mereka tetap saja menolak
menjadikan Muhammad sebagai Nabi dan Allah sebagai Tuhan yang Esa. Nabi
Muhammad pernah menerangkan definisi kesombongan kepada kita, dalam sebuah
haditsnya: "menolak kebenaran dan memandang remeh orang lain."
Para ilmuwan itu,
sekalipun mereka melihat bukti-bukti nyata yang menggugurkan argumen-argumen
mereka, tetapi tetap saja mereka menolaknya; "Segala bentuk justifikasi
yang menyeret kita pada bentuk selain materialisme kita tolak!"
Terbayang-bayang dalam benak mereka bagaimana agama digunakan untuk menindas
banyak ilmuwan seperti Galileo Galilei, Copernicus, dan orang-orang kritis yang
sezaman. Alfred Tang dalam artikelnya yang berjudul Science &
Theology: An Integrative Approach, 2003, berkata: "Para astronom pada
zaman sekarang sering menggunakan penganiayaan pada Galileo dan Copernicus
sebagai contoh menakutkan tentang gereja sebagai tokoh jahat yang merintangi
kemajuan ilmiah."
Bayangan-bayangan ini membuat
mereka trauma. Mereka tidak lagi memandang benar atau tidak. Selama kebenaran
itu berkonotasi tentang agama, mereka langsung menolaknya. Apapun itu agamanya.
Mereka tidak peduli ada agama lain yang tidak sama dengan agama yang sebelumnya
mereka anut.
Pernyataan ahli
biologi evolusionis terkenal dari Jerman, Hoimar Von Dithfurt, merupakan contoh
nyata pemahaman materialis yang fanatik. Setelah mengutarakan contoh susunan
kehidupan yang sangat kompleks, selanjutnya ia mengungkapkan kemungkinan
kehidupan muncul secara kebetulan, padahal sudah terbukti bahwa alam ini tidak
tercipta secara kebetulan: "Mungkinkah keserasian seperti itu terjadi
secara kebetulan? Inilah pertanyaan mendasar dari keseluruhan evolusi biologis.
Menjawabnya dengan "Ya, mungkin" berarti membuktikan kesetiaan pada
ilmu alam modern. Secara kritis dapat dikatakan, mereka yang menerima ilmu alam
modern tidak punya pilihan selain mengatakan "ya", karena dengan ini
dia akan dapat menjelaskan fenomena alam melalui cara-cara yang mudah dipahami
dan merujuk pada hukum-hukum alam tanpa menyertakan campur tangan metafisis.
Bagaimanapun, menjelaskan segala sesuatu dengan hukum alam, yakni konsep
kebetulan, merupakan pertanda bahwa tidak ada lagi jalan baginya. Karena, apa
yang dapat dilakukannya selain mempercayai konsep kebetulan?" (Hoimar Von
Dithfurt, Im Anfang War Der Wasserstoff (Secret Night of the Dinosaurs),
Vol 2, p. 64 Sebagaimana dikutip www.harunyahya.com).
Sekalipun banyak fakta yang
berlawanan dari "teori kebetulan ini". Namun anehnya, masih saja
mereka tetap mempertahankannya sampai sekarang. Bagaikan hipotesis ptolomeus
yang mendekati kehancurannya: setiap kali timbul kesulitan, lingkaran lain
ditambahkan untuk menyelamatkan teori itu.
Bukan karena tidak ilmiah
Seorang pakar
astrobiologi Inggris, Prof. Chandra Wickramasinghe berkata tentang hal ini:
"Sejak masa pendidikan untuk menjadi seorang ilmuwan, otak saya
benar-benar dicuci agar percaya bahwa ilmu pengetahuan tidak sesuai dengan
penciptaan yang 'disengaja'. Pemikiran tentang penciptaan ini harus
disingkirkan dengan cara yang menyakitkan. Pada saat ini, saya tidak dapat
menemukan argumentasi rasional untuk mengalahkan ajakan mempercayai Tuhan. Kami
biasanya memiliki pikiran terbuka; dan sekarang, kami sadar bahwa satu-satunya
jawaban logis atas kehidupan ini adalah penciptaan-bukan proses acak dan
kebetulan." (Chandra Wickramasinghe, wawancara dalam London Daily Express,
14 Agustus 1981 Sebagaimana dikutip www.harunyahya.com)
Ahli genetika
terkenal dari Universitas Harvard, Richard C. Lewontin, mengakui bahwa dia
"materialis dulu baru ilmuwan" dengan kata-kata berikut: "Bukan
metode dan penemuan-penemuan ilmiah yang mendorong kami menerima penjelasan
material tentang dunia yang fenomenal ini. Sebaliknya, kami dipaksa oleh
keyakinan apriori kami terhadap prinsip-prinsip material untuk menciptakan
perangkat penyelidikan dan serangkaian konsep yang menghasilkan penjelasan
material, betapa pun bertentangan dengan intuisi, atau membingungkan
orang-orang yang tidak berpengetahuan. Lagi-pula, materialisme itu absolut,
jadi kami tidak bisa membiarkan Kaki Tuhan masuk." (Richard C.
Lewontin, The Demon-Haunted World, The New York Review of Books - 9
januari 1997, p. 28 Sebagaimana dikutipwww.harunyahya.com).
Ali Demirsoy salah
seorang ahli biologi evolusionis ternama dari Turki berikut ini merupakan
contoh nyata untuk melihat tujuan dari penilaian menyimpang akibat keyakinan
buta ini. Ilmuwan ini membahas probabilitas pembentukan secara kebetulan
sitokrom-C, salah satu enzim terpenting bagi kehidupan: Probabilitas
pembentukan rangkaian sitokrom-C mendekati nol. Jadi, jika kehidupan memerlukan
sebuah rangkaian tertentu, maka dapat dikatakan bahwa ia memiliki probabilitas
untuk terwujud hanya satu kali di seluruh alam semesta. Jika tidak,
kekuatan-kekuatan metafisis di luar definisi kita mestilah telah berperan dalam
pembentukan tersebut. Menerima pernyataan terakhir ini tidak sesuai dengan
tujuan-tujuan ilmu pengetahuan, karenanya kita harus mengkaji hipotesis
pertama. (Ali Demirsoy, Kalitim ve Evrim (Vererbung und Evolution),
Ankara: Meteksan Publishing Co., 1984, S. 61 Sebagaimana dikutip www.harunyahya.com).
Penyebab kemunduran sains
Ibnu Taimiyah dalam
bukunya Ar Raddu Alal Manthiqiyyun mengatakan bahwa salah satu
penyebab kemunduran keilmuwan rasional dalam Islam adalah, ketika para ilmuwan
muslim tidak lagi kritis dan tidak mau lagi menguji hipotesis-hipotesis lama.
Mereka menerima begitu saja (taqlid) dan menganggap pemikiran guru-guru mereka
sudah final dan sempurna. Dalam buku-buku mereka hanya tertulis kutipan-kutipan
(manqul) guru-guru mereka. Dapat kita simak contoh-contohnya sebagai berikut:
"Kedua filosof ini (Aristoteles dan Plato) adalah pencipta filsafat,
asal-usulnya, sekaligus penyempurnanya. Mereka juga terpercaya sedikit dan
banyaknya filsafat." (Al Farabi). "Tiada Aristoteles sejak zaman
dahulu melainkan keputusan dan penelitian yang dikemukakannya tidak lagi
memerlukan tambahan sedikitpun." (Ibnu Sina).
Sekalipun secara
alamiah saya kontra terhadap teori evolusi, tapi saya terkesan dengan sikap
Michael Ruse Profesor Guelph University – anjing buldognya darwinisme – yang
menempatkan penjajahan atas teologi oleh biologi ini dalam perspektifnya ketika
dia menuduh rekan darwinis lain bertingkah laku seakan-akan darwinisme sebuah
agama. Rustum Roy, seorang ilmuwan di Pennsylvania State University melangkah
lebih jauh. Setengah guyon, dia mengancam akan memperkarakan National Science
Foundation karena sudah melanggar ketentuan pemisahan antara agama dan negara,
sebab membiayai riset pada bidang-bidang ilmiah yang kemudian menjadi agama.
Jika mereka benar dan darwinisme makin doktriner, kita mempunyai tontonan
menarik, karena yang dijajah kini bukan hanya teologi melainkan juga biologi.
(Huston Smith, Ajal Agama di Tengah Kedigdayaan Sains?, Cet. I
2003, Mizan).
Allah Swt. telah
berfirman, "Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu." Ilmu
pengetahuan yang hakiki adalah ilmu pengetahuan yang jujur secara ilmiah. Dan,
ilmu yang jujur secara ilmiah tidak mungkin bertolak belakang dari pengakuan
terhadap eksistensi Tuhan. Di mana ketika kita mengkaji ilmu, maka kita akan
takjub pada kekuasaan Tuhan, dan ketakjuban itu membuat kita semakin dekat
kepada-Nya.
Komentar
Posting Komentar